Jangan Anggap Enteng Dosa Kecil, Lama-Lama Bisa Jadi Kayu Bakar

Jum'at, 15 Mei 2020 - 04:15 WIB
loading...
A A A
Jumhur ulama berkata bahwa sesungguhnya al-lamam adalah berada di bawah tingkatan dosa-dosa besar. Begitulah riwayat yang paling sahih di antara riwayat yang berasal dari Ibn Abbas, sebagaimana disebutkan dalam Shahih al-Bukhari: "Aku tidak melihat hal yang lebih serupa dengan al-lamam kecuali apa yang dikatakan oleh Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw:

"Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagian-bagian zina terhadap anak Adam. Dia pasti melakukan hal itu. Mata berzina dengan melakukan penglihatan, lidah berzina dengan melakukan percakapan, hawa nafsu melakukan zina dengan berkhayal dan mengumbar syahwat, kemudian farji membenarkan atau mendustakannya.'" (Diriwayatkan oleh Muslim).

( )

Dalam riwayat itu juga disebutkan: "Kedua mata melakukan zina dengan pandangan, kedua telinga melakukan zina dengan pendengaran, lidah melakukan zina dengan percakapan, dan tangan melakukan zina dengan memukul, serta kaki melakukan zina dengan melangkah."

Imam Ibn al-Qayyim berkata, "Yang benar adalah pendapat Jumhur ulama yang mengatakan bahwa al-lamam ialah dosa-dosa kecil, seperti melihat, mengedipkan mata, mencium, dan lain-lain.

Pendapat ini berasal dan Jumhur sahabat dan orang-orang setelah mereka; seperti Abu Hurairah r.a., Ibn Mas'ud, Ibn Abbas, Masruq, dan al-Sya'bi.

Pendapat ini tidak menafikkan pendapat Abu Hurairah r.a. dan Ibn Abbas dalam riwayat yang lainnya: 'Yakni seseorang mengetahui dosa besar itu kemudian dia tidak mengulanginya lagi.' Karena sesungguhnya al-lamam sama-sama mencakup keduanya. Ini bermakna bahwa Abu Hurairah r.a. dan Ibn Abbas bermaksud bahwa ada seseorang yang melakukan dosa besar satu kali, kemudian dia tidak mengulanginya lagi, dan hanya sekali itu dilakukan dalam hidupnya, dan ini dinamakan al-lamam.

Kedua orang ini juga berpandangan bahwa al-lamam juga dapat berarti dosa-dosa kecil yang lama kelamaan menjadi besar karena sering diulang berkali-kali. Dan itulah yang dipahami dari pendapat para sahabat r.a., dari kedalaman ilmu mereka. Tidak diragukan lagi bahwasanya Allah SWT membedakan toleransi kepada hamba-Nya satu atau dua kali, atau tiga kali. Yang dikhawatirkan ialah kesalahan kecil yang seringkali dilakukan sehingga menjadi kebiasaan. Dan bila sering dilakukan maka akan bertumpuk menjadi dosa yang banyak." (Lihat Ibn al-Qayyim. Madarij ai-Salikin, 1:316-318, cet. Al-Sunnah al-Muhammadiyyah, yang ditahqiq oleh Muhammad Hamid al-Faqi).

( )

Walaupun syariah agama ini memberikan toleransi dan menganggap enteng dosa-dosa kecil dan ringan, tetapi dia memberikan peringatan agar tidak mengentengkannya, dengan terus melakukannya. Karena semua perkara yang kecil apabila ditambah dengan perkara yang kecil secara terus-menerus maka akan menjadi besar.

Sesungguhnya dosa-dosa yang kecil dapat menjadi dosa besar, dan dosa besar mengakibatkan kepada kekufuran. Kebanyakan api yang besar asalnya adalah api yang kecil.

Kayu Bakar
Sehubungan dengan hal ini Sahl bin Sa'ad meriwayatkan dari Nabi saw, "Jauhilah dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya perumpamaan dosa-dosa kecil adalah sama dengan perumpamaan suatu kaum yang turun ke sebuah lembah. Kemudian ada seorang di antara mereka membawa satu batang kayu, lalu ada lagi orang lain yang membawa sebatang kayu lagi, sampai batang kayu itu dapat dipergunakan untuk memasak roti mereka. Sesungguhnya dosa-dosa kecil itu bila dilakukan secara terus-menerus, dapat membinasakan orang yang melakukannya."

Al-Haitsami mengatakan dalam al-Majma', 10:190: "Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dengan rijal yang sahih; dan diriwayatkan oleh Thabrani sebanyak tiga kali melalui dua rangkaian sanad, dengan rijal hadis yang sahih selain Abd al-Wahhab bin al-Hakam. Dia adalah seorang tsiqat. Dia menyebutkannya dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir (2686), kemudian dia menisbatkannya kepada Baihaqi dalam al-Syu'ab wa al-Dhiya'"

Ibn Mas'ud meriwayatkan dengan lafal: "Jauhilah dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya dosa-dosa kecil yang berkumpul pada diri seseorang akan dapat menghancurkannya."

( )

Dan sesungguhnya Rasulullah saw mengambil satu perumpamaan dosa kecil ini bagaikan suatu kaum yang tinggal di suatu lembah, lalu datang seorang pembuat roti, kemudian dia menyuruh orang untuk pergi mencari batang kayu; kemudian orang-orang datang membawa batang kayu itu sampai jumlahnya sangat banyak. Lalu mereka
menyalakan api dan memasak apa yang mereka berikan kepada tukang roti itu."

Al-Haitsami mengatakan dalam al-Majma', 10:189: "Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani dengan rijal yang shahih selain Imrah al-Qattan, tetapi dia dianggap tsiqat. Al-Manawi mengutip dari al-Hafiz al-Iraqi bahwa isnad hadits ini shahih." Al-Alai berkata, "Hadits ini baik, sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh Bukhari dan Muslim." Ibn Hajar berkata, "Sanad hadits ini hasan." (Al-Faidh, 3:128)

Ringkasan perumpamaan itu adalah sebagai berikut:

"Sesungguhnya ranting-ranting kayu yang kecil itu ketika dikumpulkan akan dapat membuat api yang besar dan menyala-nyala. Begitu pula dosa-dosa kecil dan remeh."

Diriwayatkan dari Ibn Mas'ud: "Orang Mukmin itu melihat dosanya bagaikan gunung sehingga dia takut tertimpa olehnya; sedangkan orang munafiq melihat dosanya bagaikan lalat sehingga dia selalu terjerumus ke dalam dosa. Dengan dosa itu dia begini dan begitu." (Sambil memberikan isyarat dengan tangannya yang terombang-ambing). (HR Bukhari)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2390 seconds (0.1#10.140)