Syekh Abu Jibril Wafat, KH Tengku Zulkarnaen Sampaikan Pesan Mengharukan
loading...
A
A
A
Salah satu Dai Indonesia yang juga Wakil Amir Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) KH Abu Muhammad Jibril atau dipanggil Syekh Abu Jibril meninggal dunia pada Senin 25 Januari 2021 malam. Mantan Wakil Sekjend Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Tengku Zulkarnain ikut berduka dan menyampaikan pesan mengharukan.
Saat berita duka ini tersiar, kediaman almarhum di Perumahan Witana Harja III, Pamulang Barat, Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel) ramai didatangi para kerabat dan umat Islam. KH Tengku tak ketinggalan menyampaikan takziyahnya melalui saluran Instagram @tengkuzulkarnain.id, kemarin.
Berikut pesan Tengku Zulkarnain yang mengharukan yang dipostingnya dengan judul "Ya Allah Muliakan Syekh Abu Jibril".
"Innalillahi wa Inna ilaihi Roji'un... Malam ini kembali hati ini bersedih. Saya mendengar kabar wafatnya seorang lagi shahabat, yang merupakan guru kita semua, Syekh Abu Jibril.
Kami memang berbeda Mazhab Fiqih. Beliau Mazhab Hambali dan saya bermadzhab Syafi'i. Namun, tidak pernah kami saling menyerang kepahaman dan amal masing-masing. Dan, beberapa kali kami tampil ceramah satu panggung bersama, walau isi ceramah masing masing dengan rujukan kitab yang berbeda. Betapa indahnya Islam.
Di sisi lain, saya menghormati sikap beliau yang kuat dalam menjalankan jihad fi sabilillah membela agama. Banyak penderitaan yang beliau dan keluarga beliau alami dalam perjuangan beliau selama hidupnya.
Ceramah beliau tegas dan lugas menurut cara pandang dan pemahaman beliau. Namun, hati beliau lunak bagai kapas. Satu hari beliau di rawat di Rumah Sakit karena masalah tulang punggung. Selepas salat Shubuh saya datang menjenguk ke Rumah Sakit. Dan, begitu beliau memandang saya di sisi tempat tidur, airmata beliau bercucuran dengan derasnya, karena rasa haru. Kami pun berpelukan dengan airmata berlinangan.
Saat di Padang Arafah Musim Haji tahun 2017 yang lalu, kami berada dalam satu tenda. Saat itu saya sedang mengejar khataman Al-Qur'an menjelang Maghrib di Arafah. Sejak pagi saya sudah tancap gas. Beliau membujuk saya untuk makan siang. Saya katakan saya tidak lapar dan ingin khatam sebelum Maghrib. Lalu beliau mengambilkan makanan dan menyuapi saya. "Nanti ustadz sakit..." katanya.
Ah, demikian penuh perhatiannya beliau pada orang lain. Seiring waktu, dalam hal menolak Syi'ah kami berdua berada dalam satu garis yang sama. Kenangan paling indah adalah saat kami bersama dalam barisan bela Agama 411 dan 212 bersama HRS, ananda Arifin Ilham, Syekh Ali Jaber dll. Saat itu, beliau sempat pingsan tidak sadarkan diri.
Selamat jalan Sahabat. Semoga Allah memuliakan Anda, Ya Syekh. Walau cara kita berjihad dan berjuang berbeda warna, tapi rasa hormat atas pribudi dan welas asih anda terasa agung di hati ini."
Medan, 26 Januari 2021,
Tengku Zulkarnain
Saat berita duka ini tersiar, kediaman almarhum di Perumahan Witana Harja III, Pamulang Barat, Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel) ramai didatangi para kerabat dan umat Islam. KH Tengku tak ketinggalan menyampaikan takziyahnya melalui saluran Instagram @tengkuzulkarnain.id, kemarin.
Berikut pesan Tengku Zulkarnain yang mengharukan yang dipostingnya dengan judul "Ya Allah Muliakan Syekh Abu Jibril".
"Innalillahi wa Inna ilaihi Roji'un... Malam ini kembali hati ini bersedih. Saya mendengar kabar wafatnya seorang lagi shahabat, yang merupakan guru kita semua, Syekh Abu Jibril.
Kami memang berbeda Mazhab Fiqih. Beliau Mazhab Hambali dan saya bermadzhab Syafi'i. Namun, tidak pernah kami saling menyerang kepahaman dan amal masing-masing. Dan, beberapa kali kami tampil ceramah satu panggung bersama, walau isi ceramah masing masing dengan rujukan kitab yang berbeda. Betapa indahnya Islam.
Di sisi lain, saya menghormati sikap beliau yang kuat dalam menjalankan jihad fi sabilillah membela agama. Banyak penderitaan yang beliau dan keluarga beliau alami dalam perjuangan beliau selama hidupnya.
Ceramah beliau tegas dan lugas menurut cara pandang dan pemahaman beliau. Namun, hati beliau lunak bagai kapas. Satu hari beliau di rawat di Rumah Sakit karena masalah tulang punggung. Selepas salat Shubuh saya datang menjenguk ke Rumah Sakit. Dan, begitu beliau memandang saya di sisi tempat tidur, airmata beliau bercucuran dengan derasnya, karena rasa haru. Kami pun berpelukan dengan airmata berlinangan.
Saat di Padang Arafah Musim Haji tahun 2017 yang lalu, kami berada dalam satu tenda. Saat itu saya sedang mengejar khataman Al-Qur'an menjelang Maghrib di Arafah. Sejak pagi saya sudah tancap gas. Beliau membujuk saya untuk makan siang. Saya katakan saya tidak lapar dan ingin khatam sebelum Maghrib. Lalu beliau mengambilkan makanan dan menyuapi saya. "Nanti ustadz sakit..." katanya.
Ah, demikian penuh perhatiannya beliau pada orang lain. Seiring waktu, dalam hal menolak Syi'ah kami berdua berada dalam satu garis yang sama. Kenangan paling indah adalah saat kami bersama dalam barisan bela Agama 411 dan 212 bersama HRS, ananda Arifin Ilham, Syekh Ali Jaber dll. Saat itu, beliau sempat pingsan tidak sadarkan diri.
Selamat jalan Sahabat. Semoga Allah memuliakan Anda, Ya Syekh. Walau cara kita berjihad dan berjuang berbeda warna, tapi rasa hormat atas pribudi dan welas asih anda terasa agung di hati ini."
Medan, 26 Januari 2021,
Tengku Zulkarnain
(rhs)