Mari ke Surga..! Slogan Khawarij Saat Perang Melawan Pasukan Ali bin Abu Thalib

Selasa, 09 Februari 2021 - 07:28 WIB
loading...
Mari ke Surga..! Slogan...
Ilustrasi Ali Bin Abi Thalib/Ist/mhy
A A A
Kaum Khawarij bersikeras untuk tetap melancarkan pemberontakan bersenjata dan tidak mau menerima apa yang datang dari Khalifah Ali bin Abu Thalib r.a. Mereka tetap memandang Ali bin Abu Thalib r.a. sebagai orang yang sudah murtad dan menjadi kafir karena menerima "tahkim".

Oleh karena itu mereka memandang Ali bin Abu Thalib sebagai orang yang telah keluar dari rel agama dan harus diperlakukan sebagai musuh Allah! Begitulah pendirian kaum Khawarij yang sudah tidak dapat berubah lagi.



Buku Sejarah Hidup Imam Ali ra karya H.M.H. Al Hamid Al Husaini memaparkan, betapa pilu hati Ali bin Abu Thalib r.a. menghadapi pendirian orang-orang yang kemarin masih menjadi pendukung dan pembelanya, tetapi hari ini sudah berbalik menjadi lawan yang sangat keras kepala. Ia sangat menyesal karena mereka sekarang sudah dikuasai oleh pikiran kacau, sampai mereka buta melihat kebenaran.

Jalan Kekerasan
Akhirnya Ali bin Abu Thalib r.a. yakin tak ada jalan lain lagi yang bisa ditempuh, selain terpaksa harus menghadapi kekerasan dengan kekerasan. Lebih-lebih setelah ada kenyataan bahwa mereka ketika meninggalkan Kufah telah banyak merenggut nyawa kaum muslimin yang tidak berdosa.

Tiap orang yang tidak sependapat dengan mereka dicap "kafir". Setiap orang yang sudah terkena cap itu, oleh mereka dihalalkan darahnya, harta bendanya dan keluarganya.

Abdullah bin Khabbab bersama isterinya yang sedang hamil tua mereka bantai di tepi sungai bersama seekor babi, hanya karena waktu ditanya tentang sebuah hadis menjawab: "Ayahku menyampaikan sebuah hadis berasal dari Rasulullah SAW: 'Sepeninggalku akan terjadi suatu fitnah (bencana). Dalam fitnah itu hati orang akan menjadi mati, sama seperti tubuhnya yang juga mati. Sore hari ia menjadi orang yang beriman dan di pagi hari ia menjadi orang kafir'…"

Sebelum membantai dua orang suami isteri itu mereka sudah membantai lebih dulu 3 orang wanita, hanya karena tidak sependapat dengan mereka. Salah seorang di antara tiga wanita itu ialah: Ummu Saman, yang pada masa hidupnya Rasulullah SAW pernah menjadi sahabat setia.

Sekalipun sudah sejauh itu tindakan kaum Khawarij, Ali bin Abu Thalib r.a. tidak meninggalkan kebiasaannya, yaitu lebih suka bersikap baik sebelum diserang. Kepada para sahabat dan pasukannya ia berpesan: "Janganlah kalian menyerang lebih dulu sebelum kalian diserang!"

Kini Ali bin Abu Thalib r.a. dan pasukannya telah tiba di Nehrawan. Sebelum pasukan Ali bin Abu Thalib r.a. datang, kaum Khawarij sudah tiba lebih dahulu dan terus siaga untuk mengangkat senjata. Jumlah anggota pasukan Khawarij lebih kurang 1.500 orang, termasuk anggota-anggota pasukan penunggang kuda.

Orang-orang yang sekarang menjadi komandan mereka sejak dulu terkenal cekatan, pemberani, gigih dan pantang mundur dalam pertempuran.

Ali bin Abu Thalib r.a. telah mengatur pasukannya. Pimpinan sayap kanan diserahkan kepada Hujur bin Addiy, sedang pimpinan sayap kiri diserahkan kepada Syabatah bin Rab'iy. Pimpinan pasukan berkuda diserahkan kepada Ayyub Al Anshariy, sedang pasukan infantri (pejalan kaki) pimpinannya diserahkan kepada Abu Qatadah.

Pengikut lainnya pimpinannya diserahkan kepada Qeis bin Sa'ad bin Ubadah.

Ali bin Abu Thalib r.a. sendiri berada di bagian tengah memimpin pasukan Bani Mudhar. Bendera tanda-aman kemudian ditancapkan tiangnya oleh Ayyub Al Anshariy sambil berseru kepada pasukan Khawarij yang sudah berada di hadapan pasukan Ali bin Abu Thalib r.a.:

"Barang siapa dari kalian yang mendekati bendera ini, dijamin keselamatannya. Barang siapa pergi masuk kota atau berangkat ke Irak (Kufah) dan keluar dari gerombolan, akan dijamin keselamatannya! Kami dilarang menumpahkan darah kalian, selama kalian tidak menumpahkan darah kami!"

Pasukan berkuda Ali bin Abu Thalib r.a. kemudian maju menjadi barisan terdepan. Sedang pasukan pejalan kaki memecah diri menjadi dua barisan, berjalan di belakang pasukan berkuda. Pasukan panah mengatur barisannya sendiri secara berlapis.

Ali bin Abu Thalib r.a. masih tetap mengingatkan perintahnya: "Jangan menyerang sebelum kalian diserang!"

Pasukan Khawarij mulai bergerak maju. Setelah agak dekat dengan pasukan Ali bin Abu Thalib r.a., pasukan Khawarij berteriak-teriaka: "Tidak ada hukum selain Allah."

Sahut menyahut, silih berganti sampai sedemikian hiruk pikuk dan gaduh. Mendengar teriakan-teriakan itu Ali bin Abu Thalib r.a. berkata kepada beberapa orang sahabat: "Kata-kata benar diartikan secara batil. Yang mereka maksud sebenarnya tidak perlu ada imarah. Imarah (pemerintahan) tidak bisa tidak harus ada. Soalnya apakah imarah itu baik atau tidak!"

Pasukan Khawarij berganti teriakan. Sekarang yang satu berteriak kepada yang lain: "Mari berangkat ke surga! Mari berangkat ke surga!"

Di tengah-tengah gemuruhnya teriakan itu mereka serentak bergerak menyerang pasukan Ali bin Abu Thalib r.a. Mereka juga menempatkan pasukan berkuda di barisan depan dan di belakangnya pasukan pejalan kaki.

Serangan serempak mereka itu disambut dengan hujan anak panah yang dilepaskan pasukan pemanah Ali bin Abu Thalib r.a. yang diatur secara berlapis. Pasukan Khawarij terpaksa mundur meninggalkan banyak korban.

Menurut Ats Tsa'labiy, ketika ia menceritakan pengalamannya sendiri mengatakan: "Waktu kulihat Khawarij dihujani anak panah, mereka kelihatan seperti iring-iringan kambing yang berusaha menghalangi hujan dengan tanduk. Pasukan berkuda Ali bin Abu Thalib kemudian menikungdari arah kanan ke kiri."

Ali bin Abu Thalib sendiri bersama sejumlah pasukan yang dipimpinnya melancarkan serangan menerobos ke jantung pasukan Khawarij dengan pedang dan tombak.

"Demi Allah, kulihat belum sempat kaum Khawarij menyelesaikan serangan serentaknya, banyak sekali dari mereka yang sudah jatuh bergelimpangan."

Masing-masing pihak bertempur mati-matian. Ketangguhan mental kaum Khawarij ternyata memang tinggi. Sungguhpun demikian tidak sanggup menangkis serangan pasukan Ali bin Abu Thalib r.a.

Peperangan ini berakhir dengan kemenangan di pihak pasukan Ali bin Abu Thalib r.a. Kurang lebih pasukan Khawarij yang masih hidup sebanyak 400 orang. Semuanya dalam keadaan luka parah. Mereka itu orang-orang yang sangat keras dan berpendirian teguh. Semboyan "Menang atau Mati" sudah menjadi perhiasan mereka sehari-hari.

Ali bin Abu Thalib r.a. tidak sampai hati membiarkan mereka dalam keadaan luka parah dan tidak berdaya. Ia memerintahkan anggota-anggota pasukannya, supaya semua mereka itu diserahkan kepada sanak famili atau handai tolannya, agar cepat memperoleh pengobatan dan perawatan.

Semua yang ditinggalkan oleh kaum Khawarij diambil oleh pasukan Ali bin Abu Thalib r.a. Senjata-senjata dan hewan tunggangan dibagi-bagi, sedang barang-barang lain yang jelas dirampas oleh kaum Khawarij pada waktu lari dari Kufah, dikembalikan kepada para pemiliknya semula. (Bersambung)

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1953 seconds (0.1#10.140)