Wasiat Ali bin Abi Thalib kepada Putra-Putranya Jelang Sakaratul Maut

Senin, 15 Februari 2021 - 05:00 WIB
loading...
Wasiat  Ali  bin Abi Thalib kepada Putra-Putranya Jelang Sakaratul Maut
Ilustrasi Ali Bin Abi Thalib/Ist/mhy
A A A
KEPADA Muawiyah Bin Abu Sufyan , Al-Barak menceritakan rencana pembunuhan atas Ali bin Abi Thalib ra . "Biarlah aku kau tahan dulu. Jika benar ia mati terbunuh, terserahlah apa yang hendak kau lakukan terhadap diriku. Tetapi jika ternyata ia tidak berhasil dibunuh, aku berjanji kepadamu, akulah yang akan membunuhnya. Lantas aku akan kembali lagi kepadamu menyerahkan diri. Selanjutnya terserah hukuman apa yang akan kau jatuhkan atas diriku!" ujarnya.



Buku Sejarah Hidup Imam Ali ra karya H.M.H. Al Hamid Al Husaini menceritakan Al-Barak lalu ditahan oleh Muawiyah. Setelah terdengar berita tentang terbunuhnya Ali bin Abu Thalib r.a., Al-Barak dibebaskan. Sumber riwayat lain mengatakan dengan pasti, bahwa waktu Al-Barak dihadapkan kepada Muawiyah, seketika itu juga Muawiyah memerintahkan supaya Al-Barak segera dibunuh.

Wafat
Allah SWT rupanya telah menakdirkan bahwa Ali bin Abu Thalib r.a. harus meninggal karena pembunuhan pada waktu subuh tanggal 17 Ramadhan, tahun 40 Hijriyah.

Ketika Ali bin Abu Thalib r.a. sedang menuju masjid, sesudah mengambil air sembahyang untuk melakukan salat subuh, tiba-tiba muncul Abdurrahman bin Muljam dengan pedang terhunus. Ali bin Abu Thalib r.a. yang terkenal ulung itu tak sempat lagi mengelak. Pedang yang ditebaskan Abdurrahman tepat mengenai kepalanya. Luka berat merobohkannya ke tanah.

Ali bin Abu Thalib r.a. segera diusung kembali ke rumah. Saat itu semua orang geram sekali hendak melancarkan tindakan balas dendam terhadap Ibnu Muljam. Tetapi Ali bin Abu Thalib r.a. sendiri tetap lapang dada dan ikhlas, tidak berbicara sepatahpun tentang balas dendam. Tak ada isyarat apa pun yang diberikan ke arah itu.

Semua orang yang berkerumun di pintu rumahnya merasa sedih. Mereka berdoa agar Ali bin Abu Thalib r.a. dilimpahi rahmat Allah yang sebesar-besarnya dan dipulihkan kembali kesehatannya.

Semua mengharap semoga ia dapat melanjutkan perjuangan menghapus penderitaan manusia. Beberapa orang sahabat Ali bin Abu Thalib r.a. mendatangkan tabib terbaik di Kufah. Seorang tabib yang berpengalaman mengobati luka, bernama Atsir Ibnu Amr bin Hani. Setelah memeriksa luka-luka di kening, dengan hati cemas dan suara putus asa, Atsir memberi tahu: "Ya Amiral Mukminin, berikan sajalah apa yang hendak anda wasiatkan. Pukulan orang terkutuk itu mengenai selaput otak anda."

Ali bin Abu Thalib r.a. tidak mengeluh. Ia menyerahkan nasib sepenuhnya kepada Allah SWT. Ia memanggil dua orang putranya: Al Hasan r.a. dan Al Husein r.a .

Dari seluruh hidupnya yang penuh dengan pengalaman-pengalaman pahit dalam perjuangan menegakkan kebenaran Allah dan Rasul-Nya, Ali bin Abu Thalib r.a. menarik pelajaran-pelajaran yang sangat tinggi nilainya. Hal itu dituangkan dalam wasiat yang diberikan kepada putra-putranya beberapa saat sebelum meninggalkan dunia yang fana ini.

Abu Ja'far Muhammad bin Jarir At Thabariy dalam Tarikh-nya dan Abu Faraj Al Ashfahaniy dalam Maqatilut Thalibiyyin masing-masing mengetengahkan wasiat Ali bin Abu Thalib r.a. sebagai berikut:

"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa tanpa sekutu apapun bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, diutus membawa hidayat dan agama yang benar, untuk dimenangkan atas agama-agama lain, walau kaum musyrikin tidak menyukainya.

Kemudian shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semuanya kupersembahkan kepada Allah, Tuhan penguasa alam semesta, tanpa sekutu apa pun bagi-Nya. Itulah yang diperintahkan kepadaku, dan aku ini adalah orang muslim pertama.

"Kuwasiyatkan kepada kalian berdua supaya tetap bertakwa kepada Allah. Janganlah kalian mengejar-ngejar dunia walau dunia mengejar kalian, dan janganlah menyesal jika ada sebagian dunia itu lepas meninggalkan kalian. Katakanlah hal-hal yang benar dan berbuatlah untuk memperoleh pahala akhirat. Jadilah kalian penentang orang zalim dan pembela orang madzlum."

"Kuwasiatkan kepada kalian berdua, kepada semua anak-anakku, para ahlu-baitku, dan kepada siapa saja yang mendengar wasiatku ini, supaya senantiasa bertakwa kepada Allah. Hendaknya kalian mengatur baik-baik urusan kalian dan jagalah hubungan persaudaraan di antara kalian. Sebab aku mendengar sendiri Rasulullah SAW mengatakan: Memperbaiki dan menjaga baik-baik hubungan persaudaraan antara sesama kaum muslimin lebih afdhal daripada sembahyang dan puasa umum."

"Ketahuilah, bahwa pertengkaran itu merusak agama, dan ingatlah bahwa tak ada kekuatan apa pun selain atas perkenaan Allah. Perhatikanlah keadaan sanak famili kalian dan eratkan hubungan dengan mereka, Allah akan melimpahkan kemudahan kepada kalian di hari perhitungan kelak."

"Allah…, Allah, perhatikanlah anak-anak yatim. Janganlah mereka itu sampai kelaparan dan jangan sampai kehilangan hak. Aku mendengar sendiri Rasulullah SAW berpesan: Barang siapa mengasuh anak yatim sampai ia menjadi kecukupan, orang itu pasti akan dikaruniai surga oleh Allah. Sama halnya seperti siksa neraka yang pasti akan ditimpakan Allah kepada orang yang memakan harta anak yatim."

"Allah…, Allah, perhatikanlah Al-Qur'an, jangan sampai kalian kedahuluan orang lain dalam mengamalkannya."

"Allah…, Allah…, perhatikanlah tetangga-tetangga kalian, sebab mereka itu adalah wasiat Nabi kalian. Sedemikian sungguhnya beliau mewasiatkan, sampai kami menduga bahwa beliau akan menetapkan hak waris bagi mereka."

"Allah…, Allah…, perhatikanlah rumah Allah, masjid Al-Haram, janganlah kalian tinggalkan selama kalian masih hidup. Sebab jika sampai kalian tinggalkan, kalian tidak akan dipandang orang. Barang siapa selalu dekat kepadanya, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu."

"Allah…, Allah…, peliharalah salat baik-baik, sebab salat itu amal perbuatan yang paling mulia dan merupakan tiang agama kalian."

"Allah…, Allah…, tunaikanlah zakat sebagaimana mestinya, sebab zakat itu meniadakan murka Allah."

"Allah…, Allah…, laksanakanlah puasa bulan Ramadhan, sebab puasa itu merupakan penutup jalan ke neraka."

"Allah…, Allah…, berjuanglah di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Hanya ada dua macam saja orang yang berjuang di jalan Allah, yaitu seorang pemimpin yang memberikan bimbingan dan orang yang patuh kepada pemimpin serta mengikuti kebenaran pimpinannya."

"Allah..., Allah…, jagalah baik-baik keturunan Nabi kalian, jangan sampai mereka dianiaya orang di depan mata kalian. Jagalah baik-baik para sahabat Nabi yang tidak mengada-adakan bid'ah mungkar, dan yang tidak melindungi orang yang mengada-adakan bid'ah mungkar. Sebab Rasulullah SAW telah memberi wasiat tentang mereka itu, dan mengutuk orang dari mereka atau orang yang bukan mereka, yang mengada-adakan bid'ah mungkar dan mengutuk pula orang-orang yang memberi perlindungan kepada mereka."

"Allah…, Allah…, perhatikanlah para fakir miskin. Ikut sertakan mereka dalam kehidupan kalian."

"Allah…, Allah…, jagalah baik-baik wanita kalian dan para hamba sahaya kalian, sebab Rasulullah SAW mewasiatkan supaya kalian menaruh perhatian kepada dua golongan lemah itu, yaitu kaum wanita dan para hamba sahaya."

Setelah berhenti sebentar untuk memulihkan tenaga yang semakin melemah, Ali bin Abu Thalib r.a. melanjutkan: "Dalam menjalankan kewajiban terhadap Allah, janganlah kalian takut dicela orang lain. Allah akan melindungi dan menyelamatkan kalian dari orang-orang yang hendak berbuat jahat terhadap kalian."

"Berkatalah baik-baik kepada semua orang sebagaimana telah diperintahkan Allah kepada kalian. Janganlah kalian lengah meninggalkan amr ma'ruf dan nahi mungkar, agar Allah tidak melimpahkan kekuasaan kepada orang-orang yang berperangai jahat. Sebab dalam keadaan seperti itu doa kalian tidak akan dikabulkan lagi."

"Hendaknya kalian saling berhubungan erat, saling tolong-menolong dan saling bercinta-kasih. Janganlah kalian saling memutuskan hubungan, saling bertolak belakang atau bercerai-berai. Hendaknya kalian saling bantu-membantu dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah salingbantu dalam berbuat dosa dan permusuhan."

"Bertakwalah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya siksa Allah itu sangat berat. Semoga Allah senantiasa menjaga dan memelihara kalian, hai para ahlul-bait. Allah melestarikan Nabi SAW melalui kalian. Kuucapkan selamat tinggal sebaik-baiknya kepada kalian dan kuucapkan pula Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wabarakaatuh…"

Ibnul Atsir meriwayatkan, bahwa sesudah Ali bin Abu Thalib r.a. menyampaikan wasiat tersebut kepada Al Hasan r.a. dan Al Husin r.a., ia menoleh kepada putranya yang lain, Muhammad Ibnul Hanafiyah, lalu bertanya: "Apakah engkau sudah memahami benar-benar apa yang kuwasiatkan kepada kedua orang saudaramu?"

"Ya," jawab Muhammad Ibnul Hanafiyah.

"Kepadamu juga kuwasiatkan," kata Ali bin Abu Thalib r.a. meneruskan: "hal yang sama seperti itu. Kuwasiatkan juga supaya engkau selalu menghormati dua orang saudaramu yang besar itu. Janganlah mereka kau tinggalkan dalam urusan apa pun."

Selesai menekankan hal itu kepada Muhammad Ibnul Hanafiyah, Ali bin Abu Thalib r.a. menambahkan wasiatnya kepada Al Hasan r.a. dan Al Husein r.a.

"Kuwasiatkan kepada kalian berdua supaya menjaga dia (Muhammad Ibnul Hanafiyah) dengan baik. Sebab dia itu saudara kalian sendiri dan putra ayah kalian. Kalian tahu benar, bahwa ayah kalian juga mencintai dia…"

Ali bin Abu Thalib r.a. mengulangi ucapannya tentang Abdurrahman bin Muljam. Kepada Al Hasan r.a. Ali bin Abu Thalib r.a. berkata: "Perhatikanlah orang yang memukulku. Berilah ia makan seperti makananku dan minuman seperti minumanku!" (Bersambung)
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1778 seconds (0.1#10.140)