Pernyataan Pilu Ali bin Abu Thalib Setelah Pengikutnya Tinggal 50 Orang
loading...
A
A
A
SEMENTARA Khalifah Ali bin Abu Thalib r.a. menanggulangi pemberontakan Khawarij di Nehrawan, Muawiyah meningkatkan terus kekuatannya, mengkonsolidasi barisan serta mengokohkan kedudukannya. Mereka memperoleh waktu yang sangat cukup untuk mempersiapkan peperangan lebih lama lagi, berkat politik "tahkim" yang disusun oleh arsiteknya, Amr bin Al Ash .
Sebaliknya, dengan muslihat "tahkim" itu, kekuatan Ali bin Abu Thalib r.a. menjadi berkurang. Ia ditinggalkan, bahkan dilawan oleh pengikut-pengikutnya sendiri, yang sudah memisahkan diri sebagai kaum Khawarij.
Buku Sejarah Hidup Imam Ali ra karya H.M.H. Al Hamid Al Husaini memaparkan, dalam menumpas gerakan Khawarij, Ali bin Abu Thalib r.a. telah kehilangan beberapa anggota pasukan yang cukup merugikan, walaupun berhasil mencapai kemenangan.
Imbangan kekuatan yang sekarang sangat menguntungkan pihak Muawiyah dipahami benar-benar oleh para pengikut Ali bin Abu Thalib r.a. Secara diam-diam banyak di antara mereka yang sudah kejangkitan penyakit putus asa. Belum lagi kita sebutkan besarnya dana yang dihamburkan Muawiyah untuk membeli pengikut sebanyak-banyaknya.
Bagaimana pun juga hal ini besar pengaruhnya di kalangan para pengikut Ali bin Abu Thalib r.a. yang kurang teguh iman dan pendiriannya.
Kepada para pengikut Ali bin Abu Thalib r.a. yang mau menyeberang, Muawiyah mengiming-imingkan hadiah berlipat ganda.
Perlawanan Terhenti
Selesai perang melawan kaum Khawarij dan sebelum meninggalkan Nehrawan untuk berangkat melanjutkan perang melawan Muawiyah, Ali bin Abu Thalib r.a. mengucapkan pidato di depan para pengikutnya.
Antara lain ia berkata: "Cobaan Allah yang kalian hadapi telah berakhir dengan baik. Allah telah memenangkan kalian dengan pertolongan-Nya. Sekarang marilah kita berangkat untuk menghadapi Muawiyah dan para pendukungnya yang durhaka itu. Mereka yang meninggalkan Kitab Allah di belakang punggung dan telah menjual-belikannya dengan harga murah. Alangkah buruknya apa yang telah mereka beli dengan Kitab Allah itu!"
Bagaimana sambutan pengikut Ali bin Abu Thalib r.a. Kali ini Ali bin Abu Thalib r.a. terbentur lagi pada ranjau yang dipasang oleh Al Asy'ats bin Qeis.
Asy'ats ternyata sudah berhasil mempengaruhi banyak anggota pasukan Ali bin Abu Thalib r.a. supaya meninggalkan barisan, dengan jalan mencari tempat-tempat peristirahatan di daerah-daerah yang berdekatan. Alasan yang digunakan dalam kampanye itu ialah mereka sudah terlampau letih dan sangat perlu beristirahat, untuk memulihkan tenaga lebih dulu, sebelum bergabung dalam pasukan.
Jasa Asy'ats tampaknya tidak kecil bagi Muawiyah. Tidak keliru rasanya kalau ada sementara penulis yang mengatakan, bahwa bukan hanya Abu Musa dan kaum Khawarij saja yang berjasa kepada Muawiyah, tetapi juga Al Asy'ats bin Qeis.
Waktu Khalifah Ali bin Abu Thalib r.a. mengajak anggota pasukannya berangkat memerangi Muawiyah, mereka menjawab sesuai dengan garis yang sudah diletakkan Al Asy'ats:
"Ya Amiral Mukminin, anak panah kami sudah habis, tangan kami sudah terlalu payah, pedang kami banyak yang patah dan tombak kami sudah tumpul! Biarkanlah kami pulang dulu agar kami dapat mempersiapkan perbekalan dan perlengkapan yang lebih baik. Mungkin Amirul Mukminin akan memberi tambahan senjata kepada kami, agar kami lebih kuat dalam menghadapi musuh!"
Sulit mencari orang yang bertabiat keras seperti Ali bin Abu Thalib r.a. tetapi juga sangat sulit mencari orang yang sabar seperti dia.
Sukar mencari orang yang waspada seperti Ali bin Abu Thalib r.a., tetapi juga sangat sukar mencari orang yang mempercayai sahabat sepenuh hati seperti dia.
Bagaimana harus dibantah, bukankah mereka itu benar-benar baru saja menyelesaikan peperangan? Jadi alasan mereka itu memang masuk di akal!
Khalifah Ali bin Abu Thalib r.a. setuju mereka beristirahat, tetapi tidak pulang ke rumah masing-masing. Mereka harus diistirahatkan bersama di suatu tempat, agar setiap saat dapat dikerahkan bila dipandang perlu.
Mereka kemudian diajak oleh Ali bin Abu Thalib r.a. ke sebuah tempat bernama Nakhilah. Selain menjadi tempat istirahat, Nakhilah juga dijadikan tempat pemusatan pasukan. Kepada semua pasukan diperintahkan supaya jangan sampai ada yang meninggalkan tempat. Semua pasukan harus selalu dalam keadaan siaga untuk melanjutkan peperangan melawan pasukan Syam.
Jika anak isteri tidak seberapa jauh dari Nakhilah, boleh saja menjenguk mereka, tetapi jangan terlalu sering. Masing-masing anggota pasukan diminta supaya selalu siap menantikan saat keberangkatan ke Shiffin.
Sebaliknya, dengan muslihat "tahkim" itu, kekuatan Ali bin Abu Thalib r.a. menjadi berkurang. Ia ditinggalkan, bahkan dilawan oleh pengikut-pengikutnya sendiri, yang sudah memisahkan diri sebagai kaum Khawarij.
Buku Sejarah Hidup Imam Ali ra karya H.M.H. Al Hamid Al Husaini memaparkan, dalam menumpas gerakan Khawarij, Ali bin Abu Thalib r.a. telah kehilangan beberapa anggota pasukan yang cukup merugikan, walaupun berhasil mencapai kemenangan.
Imbangan kekuatan yang sekarang sangat menguntungkan pihak Muawiyah dipahami benar-benar oleh para pengikut Ali bin Abu Thalib r.a. Secara diam-diam banyak di antara mereka yang sudah kejangkitan penyakit putus asa. Belum lagi kita sebutkan besarnya dana yang dihamburkan Muawiyah untuk membeli pengikut sebanyak-banyaknya.
Bagaimana pun juga hal ini besar pengaruhnya di kalangan para pengikut Ali bin Abu Thalib r.a. yang kurang teguh iman dan pendiriannya.
Kepada para pengikut Ali bin Abu Thalib r.a. yang mau menyeberang, Muawiyah mengiming-imingkan hadiah berlipat ganda.
Perlawanan Terhenti
Selesai perang melawan kaum Khawarij dan sebelum meninggalkan Nehrawan untuk berangkat melanjutkan perang melawan Muawiyah, Ali bin Abu Thalib r.a. mengucapkan pidato di depan para pengikutnya.
Antara lain ia berkata: "Cobaan Allah yang kalian hadapi telah berakhir dengan baik. Allah telah memenangkan kalian dengan pertolongan-Nya. Sekarang marilah kita berangkat untuk menghadapi Muawiyah dan para pendukungnya yang durhaka itu. Mereka yang meninggalkan Kitab Allah di belakang punggung dan telah menjual-belikannya dengan harga murah. Alangkah buruknya apa yang telah mereka beli dengan Kitab Allah itu!"
Bagaimana sambutan pengikut Ali bin Abu Thalib r.a. Kali ini Ali bin Abu Thalib r.a. terbentur lagi pada ranjau yang dipasang oleh Al Asy'ats bin Qeis.
Asy'ats ternyata sudah berhasil mempengaruhi banyak anggota pasukan Ali bin Abu Thalib r.a. supaya meninggalkan barisan, dengan jalan mencari tempat-tempat peristirahatan di daerah-daerah yang berdekatan. Alasan yang digunakan dalam kampanye itu ialah mereka sudah terlampau letih dan sangat perlu beristirahat, untuk memulihkan tenaga lebih dulu, sebelum bergabung dalam pasukan.
Jasa Asy'ats tampaknya tidak kecil bagi Muawiyah. Tidak keliru rasanya kalau ada sementara penulis yang mengatakan, bahwa bukan hanya Abu Musa dan kaum Khawarij saja yang berjasa kepada Muawiyah, tetapi juga Al Asy'ats bin Qeis.
Waktu Khalifah Ali bin Abu Thalib r.a. mengajak anggota pasukannya berangkat memerangi Muawiyah, mereka menjawab sesuai dengan garis yang sudah diletakkan Al Asy'ats:
"Ya Amiral Mukminin, anak panah kami sudah habis, tangan kami sudah terlalu payah, pedang kami banyak yang patah dan tombak kami sudah tumpul! Biarkanlah kami pulang dulu agar kami dapat mempersiapkan perbekalan dan perlengkapan yang lebih baik. Mungkin Amirul Mukminin akan memberi tambahan senjata kepada kami, agar kami lebih kuat dalam menghadapi musuh!"
Sulit mencari orang yang bertabiat keras seperti Ali bin Abu Thalib r.a. tetapi juga sangat sulit mencari orang yang sabar seperti dia.
Sukar mencari orang yang waspada seperti Ali bin Abu Thalib r.a., tetapi juga sangat sukar mencari orang yang mempercayai sahabat sepenuh hati seperti dia.
Bagaimana harus dibantah, bukankah mereka itu benar-benar baru saja menyelesaikan peperangan? Jadi alasan mereka itu memang masuk di akal!
Khalifah Ali bin Abu Thalib r.a. setuju mereka beristirahat, tetapi tidak pulang ke rumah masing-masing. Mereka harus diistirahatkan bersama di suatu tempat, agar setiap saat dapat dikerahkan bila dipandang perlu.
Mereka kemudian diajak oleh Ali bin Abu Thalib r.a. ke sebuah tempat bernama Nakhilah. Selain menjadi tempat istirahat, Nakhilah juga dijadikan tempat pemusatan pasukan. Kepada semua pasukan diperintahkan supaya jangan sampai ada yang meninggalkan tempat. Semua pasukan harus selalu dalam keadaan siaga untuk melanjutkan peperangan melawan pasukan Syam.
Jika anak isteri tidak seberapa jauh dari Nakhilah, boleh saja menjenguk mereka, tetapi jangan terlalu sering. Masing-masing anggota pasukan diminta supaya selalu siap menantikan saat keberangkatan ke Shiffin.