Ibadah Senang, Gus Baha Bilang Tertawa Kencang Itu Juga Ibadah
loading...
A
A
A
KH Bahauddin Nur Salim atau yang akrab disapa Gus Baha menyatakan bahwa tak ada ibadah sehebat senang. "Tertawa kencang juga ibadah," ujarnya,
Hal ini beliau utarakan Gus Baha saat mengisi ceramah dalam Majelis Tahlil Virtual Alm KH Atabik Ali yang disiarkan secara daring melalui kanal Youtube Krapyak TV, belum lama ini.
“Beliau (KH Atabik Ali) guyon itu jadikan fiqih . Saya baru belajar, dan di antara yang saya dokumen(tasi) adalah di kitab Tanbihul Mukhtarin karangan Imam Sya’rani yang dinukil Syekh Nawawi dalam kitab Syarah Sulam Taufiq,” ungkap Gus Baha sebagaimana dikutip nu.or.id.
Inna min syuu-ir rajuli an-yadhula aala ahlihi wahum fi sururin yadhakuun fayatafarraquuna khaufan minhu. “Termasuk suu-il khuluq (akhlak yang buruk) itu adalah, seorang tokoh atau seorang (dari) kita masuk ke keluarga, anak – istri kita sedang guyon, asyik, karena kita masuk, terus mereka tidak guyon. Karena senang itu mahal. Farah itu mahal,” jelasnya.
Kemudian kiai asal Kragan, Narukan, Rembang, itu menjelaskan bahwa bergembira itu sampai menjadi perintah khusus dalam Al-Qur'an :
Qul bifaḍlillāhi wa biraḥmatihī fa biżālika falyafraḥụ, huwa khairum mimmā yajma'ụn.
Terjemah: “Katakanlah: Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".
“Senang itu diperintahkan Tuhan. Ekspresi senang paling gampang ya guyon itu,” beber Gus Baha.
Kemudian Rais Syuriyah PBNU ini juga teringat sewaktu kecil diajak sowan Kiai Hamid Baidlowi. Ketika itu ada Mbah Ali Maksum yang ceramah dengan guyon.
“Setahu saya orang saleh-saleh juga guyon terus. Itu bukan guyon – mohon maaf – arogan, tidak. Tapi supaya farah bi-a’laillah wa bina’ma’i, supaya senang (bahwa) di dunia itu masih banyak nikmatnya daripada masalahnya,” ungkap kiai yang hafal Al-Qur'an 30 juz ini.
Gus Baha pun meminta kepada putra-putri KH Attabi’ Ali, menantu, cucu dan semuanya untuk tetap senang; bahwa KH Atabik Ali senang guyon itu bukan hal yang adat, tetapi ibadah dan ada ilmunya.
Dalam kesempatan itu beliau juga mengungkapkan, bahwa Imam Ghazali yang terkenal khusyu’ dan sufi, di antara yang diriwayatkan adalah: Inna min khiyari ummati fimaa nabbaanil mala-ul a’la qauman yadhakuuna jahran min sa’ati rahmatillah, wa yabquuna sirran min khaufi ‘adzaabih. Umatku pilihan, sesuai yang saya dapatkan dari mala’il a’la, katanya, itu kaum-kaum yang kalau tertawa itu keras.
“Jadi tertawa kencang itu juga ibadah. Alhamdulillah itu mudah,” kata Gus Baha.
Beliau pun meminta untuk tidak usah berkecil hati, karena memang ma qaddarahullah.
Gus Baha meminta “fiqih senang” ini difiqihkan secara permanen.
“Sudahlah, percaya saya: tidak ada ibadah sehebat senang. Karena setan itu, innama najwa minasy syaithan liyahzunalladziina aamanu. Jadi setan itu targetnya biar orang mukmin susah. Kalau sudah susah, terus lama-lama kecewa dengan keadaan. Kalau kecewa, mungkin – mohon maaf – jadi orang yang sangat keras, atau tidak rida (rela) dengan Qada – Qadar. Sekali tidak rida dengan Qada – Qadar itu ancamannya berat,” terangnya.
Man lam yardla bi qadla-i, walam yashbir ‘alaa bala-i, falyatlub rabban siwa-i, wal yakhruj min tahtil ardli was-sama-i.
“Jadi orang yang tidak rida dengan Qada – Qadar itu, kata Tuhan, tidak usah menganggap-Ku Tuhan, jangan menempati bumi-Ku, jangan menempati langit-Ku. Jadi orang yang tidak rida dengan Allah SWT itu tidak boleh menempati buminya Allah SWT, tidak boleh di bawah langitnya Allah SWT. Daripada repot begitu, ya pokoknya senang. Saya minta senang itu jadi ibadah,” jelasnya panjang lebar.
Gus Baha lalu membayangkan, seandainya ia meminjami rumah kepada orang, terus yang dipinjami cemberut, ia pun marah. “Orang sudah dipinjami, tidak bayar, malah cemberut. Bumi ini Anda sudah tidak bayar kepada Tuhan, terus cemberut terus, itu kan, gimana gitu. Kelihatannya tidak ikhlas. Ini yang disebut: innama najwa minasy syaithan liyahzunalladziina aamanu,” katanya.
“Maka Allah SWT memerintahkan: Qul bifaḍlillāhi wa biraḥmatihī fa biżālika falyafraḥụ…”
Jadi ini fiqih-fiqih yang bisa saya lihat dari Pak Attabik. Semoga ini menjadi ibadah beliau, farah beliau billah, rida beliau billah, padahal mengalami sakit yang seperti itu. Setahu saya, orang-orang yang dipilih Allah SWT itu ya bawaannya ceria, bawaannya nyaman. Semoga semua itu jadi ibadah yang menjadikan ad-darajatul ula fil jannah,” ucapnya.
Hal ini beliau utarakan Gus Baha saat mengisi ceramah dalam Majelis Tahlil Virtual Alm KH Atabik Ali yang disiarkan secara daring melalui kanal Youtube Krapyak TV, belum lama ini.
“Beliau (KH Atabik Ali) guyon itu jadikan fiqih . Saya baru belajar, dan di antara yang saya dokumen(tasi) adalah di kitab Tanbihul Mukhtarin karangan Imam Sya’rani yang dinukil Syekh Nawawi dalam kitab Syarah Sulam Taufiq,” ungkap Gus Baha sebagaimana dikutip nu.or.id.
Inna min syuu-ir rajuli an-yadhula aala ahlihi wahum fi sururin yadhakuun fayatafarraquuna khaufan minhu. “Termasuk suu-il khuluq (akhlak yang buruk) itu adalah, seorang tokoh atau seorang (dari) kita masuk ke keluarga, anak – istri kita sedang guyon, asyik, karena kita masuk, terus mereka tidak guyon. Karena senang itu mahal. Farah itu mahal,” jelasnya.
Kemudian kiai asal Kragan, Narukan, Rembang, itu menjelaskan bahwa bergembira itu sampai menjadi perintah khusus dalam Al-Qur'an :
Qul bifaḍlillāhi wa biraḥmatihī fa biżālika falyafraḥụ, huwa khairum mimmā yajma'ụn.
Terjemah: “Katakanlah: Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".
“Senang itu diperintahkan Tuhan. Ekspresi senang paling gampang ya guyon itu,” beber Gus Baha.
Kemudian Rais Syuriyah PBNU ini juga teringat sewaktu kecil diajak sowan Kiai Hamid Baidlowi. Ketika itu ada Mbah Ali Maksum yang ceramah dengan guyon.
“Setahu saya orang saleh-saleh juga guyon terus. Itu bukan guyon – mohon maaf – arogan, tidak. Tapi supaya farah bi-a’laillah wa bina’ma’i, supaya senang (bahwa) di dunia itu masih banyak nikmatnya daripada masalahnya,” ungkap kiai yang hafal Al-Qur'an 30 juz ini.
Gus Baha pun meminta kepada putra-putri KH Attabi’ Ali, menantu, cucu dan semuanya untuk tetap senang; bahwa KH Atabik Ali senang guyon itu bukan hal yang adat, tetapi ibadah dan ada ilmunya.
Dalam kesempatan itu beliau juga mengungkapkan, bahwa Imam Ghazali yang terkenal khusyu’ dan sufi, di antara yang diriwayatkan adalah: Inna min khiyari ummati fimaa nabbaanil mala-ul a’la qauman yadhakuuna jahran min sa’ati rahmatillah, wa yabquuna sirran min khaufi ‘adzaabih. Umatku pilihan, sesuai yang saya dapatkan dari mala’il a’la, katanya, itu kaum-kaum yang kalau tertawa itu keras.
“Jadi tertawa kencang itu juga ibadah. Alhamdulillah itu mudah,” kata Gus Baha.
Beliau pun meminta untuk tidak usah berkecil hati, karena memang ma qaddarahullah.
Gus Baha meminta “fiqih senang” ini difiqihkan secara permanen.
“Sudahlah, percaya saya: tidak ada ibadah sehebat senang. Karena setan itu, innama najwa minasy syaithan liyahzunalladziina aamanu. Jadi setan itu targetnya biar orang mukmin susah. Kalau sudah susah, terus lama-lama kecewa dengan keadaan. Kalau kecewa, mungkin – mohon maaf – jadi orang yang sangat keras, atau tidak rida (rela) dengan Qada – Qadar. Sekali tidak rida dengan Qada – Qadar itu ancamannya berat,” terangnya.
Man lam yardla bi qadla-i, walam yashbir ‘alaa bala-i, falyatlub rabban siwa-i, wal yakhruj min tahtil ardli was-sama-i.
“Jadi orang yang tidak rida dengan Qada – Qadar itu, kata Tuhan, tidak usah menganggap-Ku Tuhan, jangan menempati bumi-Ku, jangan menempati langit-Ku. Jadi orang yang tidak rida dengan Allah SWT itu tidak boleh menempati buminya Allah SWT, tidak boleh di bawah langitnya Allah SWT. Daripada repot begitu, ya pokoknya senang. Saya minta senang itu jadi ibadah,” jelasnya panjang lebar.
Gus Baha lalu membayangkan, seandainya ia meminjami rumah kepada orang, terus yang dipinjami cemberut, ia pun marah. “Orang sudah dipinjami, tidak bayar, malah cemberut. Bumi ini Anda sudah tidak bayar kepada Tuhan, terus cemberut terus, itu kan, gimana gitu. Kelihatannya tidak ikhlas. Ini yang disebut: innama najwa minasy syaithan liyahzunalladziina aamanu,” katanya.
“Maka Allah SWT memerintahkan: Qul bifaḍlillāhi wa biraḥmatihī fa biżālika falyafraḥụ…”
Jadi ini fiqih-fiqih yang bisa saya lihat dari Pak Attabik. Semoga ini menjadi ibadah beliau, farah beliau billah, rida beliau billah, padahal mengalami sakit yang seperti itu. Setahu saya, orang-orang yang dipilih Allah SWT itu ya bawaannya ceria, bawaannya nyaman. Semoga semua itu jadi ibadah yang menjadikan ad-darajatul ula fil jannah,” ucapnya.
(mhy)