Konsep Zakat Thariqah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani yang Bikin Bangkrut

Jum'at, 19 Februari 2021 - 19:21 WIB
loading...
Konsep Zakat Thariqah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani yang Bikin Bangkrut
Hadrat Syaikh Abdul Qadir/Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
KONSEP zakat Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani memiliki dua aspek: aspek syari’ah dan aspek thariqah . Zakat syari’ah berupa zakat hasil pekerjaan duiawi. Sedangkan zakat thariqah berupa zakat dari hasil pekerjaan ukhrawi.



Zakat thariqah juga berarti menyucikan qalbu sehingga qalbu menjadi bersih dan dapat tersambung kepada Allah. Orang yang berzakat thariqah akan memiliki kepedulian sosial yang tinggi kepada orang lain.

Yang dimaksud dengan zakat thariqah adalah zakat pahala untuk orang-orang yang fakir dan miskin pahala karena kurangnya ilmu pengetahuan tentang agama sehingga amal ibadahnya sedikit bahkan ditolak oleh Allah SWT, seperti perkataan Syaikh Abdul Qâdir al-Jîlani sebagai berikut:

“Zakat thariqah diberikan kepada ahli maksiat dari hasil amalan ukhrawi (sang muzakki) untuk mendapat ridha Allah SWT. Lalu Allah mengampuni para ahli maksiat itu. Amalan ukhrawi yang dimaksud adalah shadaqah, salat, puasa, zakat, haji, bacaan tasbih, tahlil, bacaan Al Qur’an, kepedulian sosial dan amalan-amalan baik lainnya.

Dengan begitu, tak ada pahala bagi orang yang berzakat tarekat (karena sudah diberikan kepada orang “fakir”), maka jadilah dia orang yang pailit (bangkrut dalam arti tidak memiliki lagi pahala ibadah bagi dirinya).

Syaikh Abdul Qâdir dalam kitab Sirr Al-Asrâr berpendapat bahwa Allah menyukai hambaNya yang pailit berdasarkan pada sebuah hadis:

“Orang yang pailit (muflis) akan berada pada kesentosaan dari Allah di dunia dan akhirat”.



Orang yang pailit dalam pahala karena disedekahkan kepada orang yang membutuhkan mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah karena hamba dengan segala hal yang dimilikinya adalah milik Allah dimana kelak pada hari kiamat apa yang diberikan hamba, dibalas oleh Tuhannya sepuluh kali lipat dari setiap kebaikannya.

Sebagaimana Firman Allah SWT: “Barang siapa yang melakukan amal kebajikan, maka ia akan mendapat pahala sepuluh kali lipat” (Q.S. AlAn’âm:160).

Syaikh Abdul Qâdir mengutip perkataan Rabi’ah al-Adawiyah di dalam doanya:

“Ya Allah semua harta duniawi yang menjadi jatahku, berikanlah kepada orang kafir, dan semua pahala akhirat yang menjadi jatahku, berikanlah kepada orang mukmin, karena yang kuinginkan di dunia ini hanyalah mengingat-Mu dan yang kuinginkan di akhirat hanyalah bertemu denganMu”.



Dan zakat thariqah tidak hanya sebatas memberikan pahala untuk orang yang membutuhkan, tetapi zakat thariqah juga bisa bermakna membersihkan qalbu dari kotoran atau sifat-sifat tercela, seperti perkataan Syaikh Abdul Qâdir al-Jîlani:

“Termsuk pula makna zakat thariqah adalah membersihkan qalbu dari sifat-sifat yang mendorong hawa nafsu, sebagaimana Firman Allah: “Barang siapa yang menunjukkan amal kebajikan kepada Allah, maka Allah akan melipatgandakan pahalanya dengan lipatan yang banyak” (Q.S. Al-Baqarah:245) dan Firman Allah “Sungguh bahagia orang-orang yng membersihkan jiwanya” (Q.S. Al-Syams:9)”

Maksud al qardh (meminjamkan di sini ialah memberikan segala kebaikan di jalan Allah dengan niat berbuat baik pada orang lain, ikhlas karena Allah semata, didasari rasa kasih sayang dan tidak diikuti dengan harapan terhadap imbalan.

Allah SWT berfirman “Janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima” (Q.S. Al Baqarah:264).

Inilah yang disebut dengan infaq fi sabilillah, sebagaimana firman Allah SWT “kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” (Q.S. Ali Imran:92).

Jadi zakat thariqah juga bermakna membersihkan qalbu dari kotoran dan sifat tercela.

Dan Syaikh Abdul Qâdir al-Jîlani juga mengajarkan cara membersihkan qalbu adalah dengan cara berzikir kepada Allah SWT. Dengan berzikir qalbu akan menjadi bersih sehingga mudah untuk menerima cahaya hidayah dari Allah SWT.

Tingkatan setiap orang dalam berzikir berbed-beda. Menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jîlani setiap maqam zikir memiliki martabat masing-masing, baik zikir jahr maupun khafî. Urutan tingkatan zikir dari yang terendah sampai yang tertinggi adalah zikir lisan, zikir qalbu, zikir ruh, zikir sir, zikir khafi, dan zikir akhfal khafi.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2564 seconds (0.1#10.140)