Konsep Haji Syari’ah dan Thariqah Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani
loading...
A
A
A
KONSEP haji menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani bisa disimak dalam kitab Sir al-Asrâr. Syaikh Abdul Qâdir al-Jîlani menjelaskan bahwa haji itu ada dua, yaitu haji syari’ah dan haji thariqah (tasawuf).
“Haji syari’ah ialah melakukan ibadah haji ke Baitullah dengan melaksanakan syarat-syarat dan rukunnya, sehingga menghasilkan pahala haji. Bila ada yang kurang dari syaratnya, maka kurang pula pahala hajinya karena Allah memerintahkan kita untuk menjalankan haji yang sempurna," ujar Syaikh Abdul Qâdir al-Jîlani terkait konsep Haji Syari’ah.
Lebih lanjut beliau menjelaskan tata cara haji syari’ah yaitu sebagai berikut.
Pertama adalah ihram, kemudian memasuki kota Makkah , lalu tawaf Qudum, wukuf di arafah, menginap di muzdalifah, menyembelih hewan kurban di Mina, masuk ke tanah haram, tawaf keliling ka’bah tujuh kali, minum air zam zam, shalat sunnah tawaf di maqam Ibrahim, kemudian melakukan tahallul dari pekerjaan yang dilarang di waktu ihram seperti berburu dan lain-lain.
Selanjutnya melakukan tawaf wada’ dan kembali ke negerinya masing-masing.
Konsep Haji Thariqah
Sedangkan konsep Haji Thariqah, menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, harus mengambilkan bekal terlebih dahulu, yaitu mengambil talqin (pembelajaran) zikir kepada ahli talqin, dalam hal ini yang dimaksud adalah mursyid.
Lalu senantiasa memulazamahkan kalimat La Ilaha Illah dengan lisan hingga qalbunya hidup.
Beliau menjelaskan bahwa sebelum mengenakan pakaian ihram, terlebih dahulu kita harus membersihkan diri fisik dan rohani kita.
Perlu diketahui bahwa di dalam amalan zikir tarekat Qadiriyyah ada yang namanya zikir La Ilaha Illallah yang melahirkan dua belas nama Allah.
Setiap nama tercantum pada setiap huruf yang menyusun kalimat La Ilaha Illallah.
Allah akan memberikan nama kepada setiap huruf dalam proses kemaujan hati seseorang itu. Dua belas nama tersebut adalah yang pertama yaitu La Ilaha Illallah yang artinya Tiada Tuhan Selain Allah.
Lalu berikutnya adalah nama zat Allah. Lalu dhamir Huwa yang merujuk kepada Allah. Setelah itu ada al Haqqu yang artinya Yang Maha Hidup. Kemudian Al Qayyumu yang artinya Yang Berdiri sendiri, kepada-Nya segala sesuatu bergantung.
Kemudian Al Qahhar yang artinya Yang Maha Berkuasa dan perkasa. Kemudian Al Wahhab yang artinya Yang Maha Pemberi. Kemudian Al Fattah yang artinya Yang Maha Pembuka. Kemudian Al Wahid yang artinya Yang Satu.
Kemudian Al Ahad yang artinya Yang Maha Esa. Lalu yang terakhir adalah Al Shamad yang artinya Sumber, puncak segala sesuatu.
Keduabelas nama tersebut terbagi menjadi empat tingkatan secara berurutan dan setiap tingkatan berisi masing masing tiga nama.
Menurut Syaikh Abdul Qâdir, sebelum berangkat haji seseorang harus membersihkan qalbunya terlebih dahulu dengan cara mengambil talqin zikir dari seorang mursyid.
Agar ketika nanti melaksanakan ibadah haji, qalbunya akan selalu hidup dan senantiasa mengingat Allah SWT. Ketika qalbu terus mengingat Allah, maka nanti kan muncul ka’bah sirri di dalam qalbu.
Lalu Syaikh Abdul Qâdir menjelaskan, setelah badan dan hati kita sudah bersih, kemudian memakai pakaian ihram dari cahaya Al Qudsi kemudian masuk ke ka’bah sirri. Lalu tawaf qudum dengan me-mulazamah-kan nama yang kedua, yaitu lafadz jalalah “Allah”
Selanjutnya berangkat ke arafah kalbu sebagai tempat munajat. Di sana lantas wukuf denga me-mulazamah-kan nama yang ketiga, yaitu “Huwa” (Dia, Allah), dan nama yang keempat yaitu “ Al Haqqu” (Yang Maha Benar).
“Haji syari’ah ialah melakukan ibadah haji ke Baitullah dengan melaksanakan syarat-syarat dan rukunnya, sehingga menghasilkan pahala haji. Bila ada yang kurang dari syaratnya, maka kurang pula pahala hajinya karena Allah memerintahkan kita untuk menjalankan haji yang sempurna," ujar Syaikh Abdul Qâdir al-Jîlani terkait konsep Haji Syari’ah.
Lebih lanjut beliau menjelaskan tata cara haji syari’ah yaitu sebagai berikut.
Pertama adalah ihram, kemudian memasuki kota Makkah , lalu tawaf Qudum, wukuf di arafah, menginap di muzdalifah, menyembelih hewan kurban di Mina, masuk ke tanah haram, tawaf keliling ka’bah tujuh kali, minum air zam zam, shalat sunnah tawaf di maqam Ibrahim, kemudian melakukan tahallul dari pekerjaan yang dilarang di waktu ihram seperti berburu dan lain-lain.
Selanjutnya melakukan tawaf wada’ dan kembali ke negerinya masing-masing.
Konsep Haji Thariqah
Sedangkan konsep Haji Thariqah, menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, harus mengambilkan bekal terlebih dahulu, yaitu mengambil talqin (pembelajaran) zikir kepada ahli talqin, dalam hal ini yang dimaksud adalah mursyid.
Lalu senantiasa memulazamahkan kalimat La Ilaha Illah dengan lisan hingga qalbunya hidup.
Beliau menjelaskan bahwa sebelum mengenakan pakaian ihram, terlebih dahulu kita harus membersihkan diri fisik dan rohani kita.
Perlu diketahui bahwa di dalam amalan zikir tarekat Qadiriyyah ada yang namanya zikir La Ilaha Illallah yang melahirkan dua belas nama Allah.
Setiap nama tercantum pada setiap huruf yang menyusun kalimat La Ilaha Illallah.
Allah akan memberikan nama kepada setiap huruf dalam proses kemaujan hati seseorang itu. Dua belas nama tersebut adalah yang pertama yaitu La Ilaha Illallah yang artinya Tiada Tuhan Selain Allah.
Lalu berikutnya adalah nama zat Allah. Lalu dhamir Huwa yang merujuk kepada Allah. Setelah itu ada al Haqqu yang artinya Yang Maha Hidup. Kemudian Al Qayyumu yang artinya Yang Berdiri sendiri, kepada-Nya segala sesuatu bergantung.
Kemudian Al Qahhar yang artinya Yang Maha Berkuasa dan perkasa. Kemudian Al Wahhab yang artinya Yang Maha Pemberi. Kemudian Al Fattah yang artinya Yang Maha Pembuka. Kemudian Al Wahid yang artinya Yang Satu.
Kemudian Al Ahad yang artinya Yang Maha Esa. Lalu yang terakhir adalah Al Shamad yang artinya Sumber, puncak segala sesuatu.
Keduabelas nama tersebut terbagi menjadi empat tingkatan secara berurutan dan setiap tingkatan berisi masing masing tiga nama.
Menurut Syaikh Abdul Qâdir, sebelum berangkat haji seseorang harus membersihkan qalbunya terlebih dahulu dengan cara mengambil talqin zikir dari seorang mursyid.
Agar ketika nanti melaksanakan ibadah haji, qalbunya akan selalu hidup dan senantiasa mengingat Allah SWT. Ketika qalbu terus mengingat Allah, maka nanti kan muncul ka’bah sirri di dalam qalbu.
Lalu Syaikh Abdul Qâdir menjelaskan, setelah badan dan hati kita sudah bersih, kemudian memakai pakaian ihram dari cahaya Al Qudsi kemudian masuk ke ka’bah sirri. Lalu tawaf qudum dengan me-mulazamah-kan nama yang kedua, yaitu lafadz jalalah “Allah”
Selanjutnya berangkat ke arafah kalbu sebagai tempat munajat. Di sana lantas wukuf denga me-mulazamah-kan nama yang ketiga, yaitu “Huwa” (Dia, Allah), dan nama yang keempat yaitu “ Al Haqqu” (Yang Maha Benar).