Kisah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani Menghidupkan Tulang Belulang Ayam
loading...
A
A
A
Kisah ulama besar Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani (1078-1167 M) selalu diwarnai dengan banyak kisah ajaib dan karomah yang dimilikinya. Beliau pernah menghidupkan kembali tulang belulang ayam.
Dikutip dari Dakwah Islamiyyah, suatu hari ada seorang ibu datang menghadap Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani mengantarkan anaknya untuk mempelajari ilmu suluk kepada beliau. Syaikh Abdul Qadir memerintahkan agar si anak belajar dengan tekun mengikuti cara-cara orang Salaf dan ditempatkan di ruang khalwat.
Beberapa hari kemudian si ibu datang menengok anaknya dan dilihat tubuh anaknya itu menjadi kurus. Makannya hanya roti kering dan gandum. Si ibu kemudian masuk ke ruang Syaikh Abdul Qadir dan melihat di hadapannya tulang-tulang sisa makanan daging ayam yang sudah bersih.
Ibu itu berkata: "Kalau saya perhatikan, Tuan Syaikh makan dengan makanan serba enak, sedang anak saya badannya kurus karena makanannya hanya bubur gandum dan roti kering. Untuk hal itu apa maknanya sehingga ada perbedaan?"
Mendengar pertanyaan itu, Syaikh Abdul Qadir meletakkan tangannya di atas tulang-belulang ayam sambil berkata:
قومي باذن الله تعالى الذي ÙŠØÙŠ العظام وهي رميم
Quumii Bi Idznillahi Ta'ala Alladzi Yuhyil 'Idzoma Wa Hiya Romiim
Artinya: "Berdirilah dengan izin Allah yang menghidupkan tulang belulang yang sudah hancur."
Lalu berdirilah tulang-belulang itu menjadi ayam kembali sambil berkokok:
لا اله الا الله Ù…Øمد رسول الله الشيخ عبد القادر ولي الله
Artinya: "Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah, Syaikh Abdul Qodir kekasih Allah."
Syaikh Abdul Qadir berkata kepada orang tua anak itu: "Kalau anakmu dapat berbuat seperti ini, maka ia boleh makan seenaknya asal yang halal".
Ibu itu merasa malu dan memohon maaf atas prasangka yang buruk. Dengan keyakinan bulat, ibu itu menyerahkan anaknya kepada Syaikh Abdul Qadir untuk dididik.
Tarbiyah itu adalah untuk membina dan melatih pikiran yang merupakan hal paling sulit. Itulah yang diperlukan seseorang yang ingin senang tentu harus berusaha keras untuk mencapainya.
Demikian juga orang yang ingin berhasil, maka ia harus belajar dengan sungguh-sungguh sebagaimana dikatakan Syaikh Abdul Qadir Jilani di atas.
Referensi:
Kisah-kisah Ajaib Syekh Abdul Qadir Jaelani Karangan Ibnu Watiniyah
Dikutip dari Dakwah Islamiyyah, suatu hari ada seorang ibu datang menghadap Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani mengantarkan anaknya untuk mempelajari ilmu suluk kepada beliau. Syaikh Abdul Qadir memerintahkan agar si anak belajar dengan tekun mengikuti cara-cara orang Salaf dan ditempatkan di ruang khalwat.
Beberapa hari kemudian si ibu datang menengok anaknya dan dilihat tubuh anaknya itu menjadi kurus. Makannya hanya roti kering dan gandum. Si ibu kemudian masuk ke ruang Syaikh Abdul Qadir dan melihat di hadapannya tulang-tulang sisa makanan daging ayam yang sudah bersih.
Ibu itu berkata: "Kalau saya perhatikan, Tuan Syaikh makan dengan makanan serba enak, sedang anak saya badannya kurus karena makanannya hanya bubur gandum dan roti kering. Untuk hal itu apa maknanya sehingga ada perbedaan?"
Mendengar pertanyaan itu, Syaikh Abdul Qadir meletakkan tangannya di atas tulang-belulang ayam sambil berkata:
قومي باذن الله تعالى الذي ÙŠØÙŠ العظام وهي رميم
Quumii Bi Idznillahi Ta'ala Alladzi Yuhyil 'Idzoma Wa Hiya Romiim
Artinya: "Berdirilah dengan izin Allah yang menghidupkan tulang belulang yang sudah hancur."
Lalu berdirilah tulang-belulang itu menjadi ayam kembali sambil berkokok:
لا اله الا الله Ù…Øمد رسول الله الشيخ عبد القادر ولي الله
Artinya: "Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah, Syaikh Abdul Qodir kekasih Allah."
Syaikh Abdul Qadir berkata kepada orang tua anak itu: "Kalau anakmu dapat berbuat seperti ini, maka ia boleh makan seenaknya asal yang halal".
Ibu itu merasa malu dan memohon maaf atas prasangka yang buruk. Dengan keyakinan bulat, ibu itu menyerahkan anaknya kepada Syaikh Abdul Qadir untuk dididik.
Tarbiyah itu adalah untuk membina dan melatih pikiran yang merupakan hal paling sulit. Itulah yang diperlukan seseorang yang ingin senang tentu harus berusaha keras untuk mencapainya.
Demikian juga orang yang ingin berhasil, maka ia harus belajar dengan sungguh-sungguh sebagaimana dikatakan Syaikh Abdul Qadir Jilani di atas.
Referensi:
Kisah-kisah Ajaib Syekh Abdul Qadir Jaelani Karangan Ibnu Watiniyah
(rhs)