Fira'un Gagal Tobat karena Dihalangi Malaikat Jibril
loading...
A
A
A
FIR'AUN memang bukan sembarang raja. Ia tercatat sukses memimpin Mesir . Pembangunan infrastruktur maju pesat. Selama dinasti Fir'aun, Mesir mengalami puncak kejayaannya.
Firaun adalah gelar raja Mesir. Kerajaan Mesir diperintah selama sekitar tiga ribu tahun oleh puluhan dinasti. Satu dinasti terdiri atas sejumlah Firaun.
Lantas, Firaun manakah yang mengejar Nabi Musa AS dan muminya ditemukan dalam kondisi mulutnya menganga? Ali Akbar dalam Arkeologi Al-Qur'an (2020) menguraikan, para peneliti sejauh ini telah mengerucutkan kesimpulan pada dua nama, yakni Firaun Ramses II dan anaknya, Firaun Merneptah. Yang pertama memerintah hingga tahun 1212 SM. Mumi atau jasadnya telah diteliti banyak ahli, termasuk Dr Maurice Bucaille, seorang ahli bedah asal Prancis, pada 1975-1976.
Firaun manapun yang dimaksud, menurut Ali, pada intinya Nabi Musa AS diperkirakan hidup sekitar tahun 1212 SM. Ia sendiri berkeyakinan, Firaun yang memelihara dan membesarkan Nabi Musa diistananya ialah Ramses II.
Sombong dan Angkuh
Fir'aun, yang oleh kegagahannya dan keberhasilannya dalam menjayakan negeri Mesir semasa Nabi Musa dilahirkan, telah berani menganggap dirinya paling berkuasa. Rakyat, yang pada mulanya terbius oleh kekaguman akan pemimpin hebat ini menerima saja segala tuntutan Fir'aun.
Akhirnya, Fir'aun menobatkan dirinya menjadi tuhan, atau maharaja, pembuat dan penentu hukum, maka semua keinginan dan titahnya menjadi undang-undang kerajaan Mesir ketika itu.
Rakyat akhirnya ditindas oleh Fir'aun, yang sudah mulai menganggap dirinya tidak pernah bersalah.
Ketika Musa, sesudah menerima wahyu, menyatakan kepada Fir'aun, bahwa tuhan satu-satunya yang benar dan paling berkuasa ialah Allah Pencipta seluruh alam, maka Fir'aun dengan bangganya menjawab: "Aku tidak menyangka, bahwa kalian masih punya tuhan selain diriku." (QS 28:38).
Muhammad Imaduddin Abdulrahim (1931-2008) dalam buku Kuliah Tauhid yang diterbitkan oleh Pustaka-Perpustakaan Salman ITB (1980) memaparkan pada hakikatnya Fir'aun bukan tidak percaya akan adanya Allah Maha Pencipta langit dan bumi. Ia hanya kejangkitan penyakit, yang sengaja ditularkan oleh iblis , yaitu sombong atau bangga akan keturunan.
Fir'aun sebenarnya percaya akan adanya Allah Maha Pencipta, tapi di samping itu ia ingin mempertahankan statusnya sebagai satu-satunya pembuat dan penentu undang-undang (ilah) bagi negeri dan rakyat Mesir.
Oleh karena itu, konsep Tauhid yang ditawarkan Musa demi menegakkan kembali hak asasi manusia bagi kaum Yahudi ini telah dicemoohkan Fir'aun dan ditolaknya mentah-mentah.
Kebencian Malaikat Jibril
Al-Qur'an telah menyampaikan kepada kita secara panjang lebar tentang Fir'aun, tentang kesombongan dan kelalaiannya, tentang sepak terjang dan perilakunya dalam menghadapi kebenaran.
Kesombongan dan kecongkaan Fir'aun itu ternyata membuat Malaikat Jibril sangat membencinya. Manakala Allah menenggelamkannya lalu membinasakannya, Jibril hadir untuk menyaksikan.
Pada saat kritis, Fir'aun hendak membaca syahadat : "Aku percaya bahwa tidak ada tuhan selain Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israi."
Jibril yang kelewat benci itu, menyumbat mulut Fir'aun dengan lumpur laut, sehingga dia tidak bisa berucap kalimat tauhid. "Wahai Muhammad, seandainya kamu melihatku mengambil lumpur laut, lalu aku suapkan di mulutnya karena aku takut rahmat mendapatinya," ujar Jibril kepada Rasulullah SAW. Jibril khawatir dia meraih rahmat Allah dan tobat nya diterima pada saat kritis, sakaratul maut, itu.
Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Quran . Allah SWT berfirman:
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS Yunus: 90)
Kisah tentang kebencian Jibril kepada Fir'aun diceritakan dalam hadis yang diriwayatkan Tirmidzi dalam Kitab Tafsir, bab dari surat Yunus, 4/287. Lihat hadis ini di Shahih Sunan Tirmidzi, 3/61, no. 3320-3321. Muhaqqiq Jami’ul Ushul (2/192) menisbatkannya kepada Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Jarir, dan Abu Dawud At-Thayalisi. Abu Isa At-Tirmidzi berkata, "Ini adalah hadis hasan sahih gharib dari jalan ini."
Mungkin ada yang berkata, ''Apa ruginya Jibril kalau Allah memberi rahmat kepada Fir'aun dan mengampuninya?''
Syaikh ‘Umar Sulaiman al-Asyqor dalam Kisah-Kisah Shahih Dalam Al-Qur’an dan Sunnah menjawab bahwa seorang hamba sampai pada keadaan membenci orang-orang zalim di mana dia berdoa kepada Allah agar tobat mereka tidak diterima dan tidak dimasukkan ke dalam rahmat-Nya. Ini terjadi pada Musa. Dia berdoa atas Fir'aun dan bala tentaranya agar Allah mengunci mata hati mereka, sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat azab yang pedih.
وَقَالَ مُوسَىٰ رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ ۖ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَىٰ أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّىٰ يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ
Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami -- akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih". (QS Yunus: 88)
Kini, jasad Firaun dapat disaksikan di museum di Kairo, Mesir. Hal ini mengingatkan pada Al-Quran surat Yunus ayat 92:
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ
“Maka pada hari ini, Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.”
Jasad mumi Ramses II itu dalam posisi mulut terbuka menganga, seperti orang yang sedang menahan kesakitan luar biasa ketika detik-detik kematiannya.
Firaun adalah gelar raja Mesir. Kerajaan Mesir diperintah selama sekitar tiga ribu tahun oleh puluhan dinasti. Satu dinasti terdiri atas sejumlah Firaun.
Lantas, Firaun manakah yang mengejar Nabi Musa AS dan muminya ditemukan dalam kondisi mulutnya menganga? Ali Akbar dalam Arkeologi Al-Qur'an (2020) menguraikan, para peneliti sejauh ini telah mengerucutkan kesimpulan pada dua nama, yakni Firaun Ramses II dan anaknya, Firaun Merneptah. Yang pertama memerintah hingga tahun 1212 SM. Mumi atau jasadnya telah diteliti banyak ahli, termasuk Dr Maurice Bucaille, seorang ahli bedah asal Prancis, pada 1975-1976.
Firaun manapun yang dimaksud, menurut Ali, pada intinya Nabi Musa AS diperkirakan hidup sekitar tahun 1212 SM. Ia sendiri berkeyakinan, Firaun yang memelihara dan membesarkan Nabi Musa diistananya ialah Ramses II.
Sombong dan Angkuh
Fir'aun, yang oleh kegagahannya dan keberhasilannya dalam menjayakan negeri Mesir semasa Nabi Musa dilahirkan, telah berani menganggap dirinya paling berkuasa. Rakyat, yang pada mulanya terbius oleh kekaguman akan pemimpin hebat ini menerima saja segala tuntutan Fir'aun.
Akhirnya, Fir'aun menobatkan dirinya menjadi tuhan, atau maharaja, pembuat dan penentu hukum, maka semua keinginan dan titahnya menjadi undang-undang kerajaan Mesir ketika itu.
Rakyat akhirnya ditindas oleh Fir'aun, yang sudah mulai menganggap dirinya tidak pernah bersalah.
Ketika Musa, sesudah menerima wahyu, menyatakan kepada Fir'aun, bahwa tuhan satu-satunya yang benar dan paling berkuasa ialah Allah Pencipta seluruh alam, maka Fir'aun dengan bangganya menjawab: "Aku tidak menyangka, bahwa kalian masih punya tuhan selain diriku." (QS 28:38).
Muhammad Imaduddin Abdulrahim (1931-2008) dalam buku Kuliah Tauhid yang diterbitkan oleh Pustaka-Perpustakaan Salman ITB (1980) memaparkan pada hakikatnya Fir'aun bukan tidak percaya akan adanya Allah Maha Pencipta langit dan bumi. Ia hanya kejangkitan penyakit, yang sengaja ditularkan oleh iblis , yaitu sombong atau bangga akan keturunan.
Fir'aun sebenarnya percaya akan adanya Allah Maha Pencipta, tapi di samping itu ia ingin mempertahankan statusnya sebagai satu-satunya pembuat dan penentu undang-undang (ilah) bagi negeri dan rakyat Mesir.
Oleh karena itu, konsep Tauhid yang ditawarkan Musa demi menegakkan kembali hak asasi manusia bagi kaum Yahudi ini telah dicemoohkan Fir'aun dan ditolaknya mentah-mentah.
Kebencian Malaikat Jibril
Al-Qur'an telah menyampaikan kepada kita secara panjang lebar tentang Fir'aun, tentang kesombongan dan kelalaiannya, tentang sepak terjang dan perilakunya dalam menghadapi kebenaran.
Kesombongan dan kecongkaan Fir'aun itu ternyata membuat Malaikat Jibril sangat membencinya. Manakala Allah menenggelamkannya lalu membinasakannya, Jibril hadir untuk menyaksikan.
Pada saat kritis, Fir'aun hendak membaca syahadat : "Aku percaya bahwa tidak ada tuhan selain Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israi."
Jibril yang kelewat benci itu, menyumbat mulut Fir'aun dengan lumpur laut, sehingga dia tidak bisa berucap kalimat tauhid. "Wahai Muhammad, seandainya kamu melihatku mengambil lumpur laut, lalu aku suapkan di mulutnya karena aku takut rahmat mendapatinya," ujar Jibril kepada Rasulullah SAW. Jibril khawatir dia meraih rahmat Allah dan tobat nya diterima pada saat kritis, sakaratul maut, itu.
Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Quran . Allah SWT berfirman:
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS Yunus: 90)
Kisah tentang kebencian Jibril kepada Fir'aun diceritakan dalam hadis yang diriwayatkan Tirmidzi dalam Kitab Tafsir, bab dari surat Yunus, 4/287. Lihat hadis ini di Shahih Sunan Tirmidzi, 3/61, no. 3320-3321. Muhaqqiq Jami’ul Ushul (2/192) menisbatkannya kepada Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Jarir, dan Abu Dawud At-Thayalisi. Abu Isa At-Tirmidzi berkata, "Ini adalah hadis hasan sahih gharib dari jalan ini."
Mungkin ada yang berkata, ''Apa ruginya Jibril kalau Allah memberi rahmat kepada Fir'aun dan mengampuninya?''
Syaikh ‘Umar Sulaiman al-Asyqor dalam Kisah-Kisah Shahih Dalam Al-Qur’an dan Sunnah menjawab bahwa seorang hamba sampai pada keadaan membenci orang-orang zalim di mana dia berdoa kepada Allah agar tobat mereka tidak diterima dan tidak dimasukkan ke dalam rahmat-Nya. Ini terjadi pada Musa. Dia berdoa atas Fir'aun dan bala tentaranya agar Allah mengunci mata hati mereka, sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat azab yang pedih.
وَقَالَ مُوسَىٰ رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ ۖ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَىٰ أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّىٰ يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ
Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami -- akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih". (QS Yunus: 88)
Kini, jasad Firaun dapat disaksikan di museum di Kairo, Mesir. Hal ini mengingatkan pada Al-Quran surat Yunus ayat 92:
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ
“Maka pada hari ini, Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.”
Jasad mumi Ramses II itu dalam posisi mulut terbuka menganga, seperti orang yang sedang menahan kesakitan luar biasa ketika detik-detik kematiannya.
(mhy)