Kejayaan Islam di Pulau 'Mafia' Sisilia yang Sering Terlupakan

Senin, 29 Maret 2021 - 17:23 WIB
loading...
Kejayaan Islam di Pulau Mafia Sisilia yang Sering Terlupakan
Gereja San Giovanni degli Eremiti di Palermo, Sisilia, dulunya adalah sebuah masjid peninggalan kaum muslim Dinasti Aghlabiyah di kota tersebut. Foto wikipedia
A A A
Pulau Sisilia selama ini dikenal sebagai kawasan 'mafia' di Italia bahkan di kawasan Eropa. Tapi siapa sangka, di pulau ini juga menjadi saksi bisu kisah kejayaan Islam yang sering terlupakan. Ada p eninggalan yang menganggumkan di Pulau Sisilia yang ditinggalkan kaum muslim, tepatnya berupa bangunan – bangunan megah berarsitektur Timur Tengah, peninggalan Dinasti Aghlabiyah, yang masih bisa dijumpai hingga sekarang.



Selama ini, sejarah kejayaan Islam di Benua Eropa, seringkali hanya tertuju pada Muslim di Andalusia, Spanyol, pada periode 711 hingga 1492 Masehi dengan komunitas muslim yang masih bertahan hingga 1609. Atau, ke Dinasti Turki Utsmani yang terbentang dari Anatolia hingga Eropa Tenggara pada awal 1300. Sebaliknya, periode Muslim di Kepulauan Sisilia, Italia, sering terlupa. Sejarah mencatat, umat Islam di bawah Dinasti Aghlabiyah pernah menguasai kepulauan ini selama lebih dari 200 tahun.

Dinasti Aghlabiyah sendiri merupakan bagian dari era Abbasiyah yang berasal dari Tunisia dan Aljazair pada abad ke-8 hingga ke – 10. Dinasti ini digagas oleh Ibrahim bin Al Aghlab yang berkuasa pada tahun 800 – 812 masehi. Kemudian, nama Aghlab di ambil sebagai nama dinasti.

Pada 817 hingga 838, pasukan elite militer muslim dipimpin oleh Ziyadatallah I berhasil menaklukkan Pulau Sisilia di Semenanjung Italia.



Pulau Sisilia, saat itu memiliki posisi yang sangat strategis untuk jalur transportasi melewati laut dan perdagangan. Selain alasan ekonomi, pada 826 terjadi sebuah pemberontakan yang mengharuskan Ziyadatallah I membantu dari segi politik dan keamanan.

Dengan pasukan komando angkatan laut yang terkenal cakap, invasi pun harus dilakukan. Karena beberapa muslimin telah ditawan dan dijadikan tahanan di Pulau Sisilia oleh bangsa Romawi. Ziyadatallah kemudian mengirimkan pasukan untuk membebaskan sandera politik dan para pedagang muslim yang ditahan.

Ziyadatallah juga berpikir bahwa saat Pulau Sisilia jatuh ke tangannya, maka perdagangan bangsa Romawi di kawasan Laut Mediterania akan goyah dan semakin memperkuat kekuasaannya di Eropa.

Kala menaklukan Sisilia, rombongan militer Ziyadatallah mengerahkan sekitar 10.000 pasukan elite muslim yang diberangkatkan dari Afrika pada 827. Kemudian, mereka tiba di pesisir barat Pulau Sisilia dan terjadi perang dengan pasukan bangsa Romawi. Karena jumlah pasukan yang tidak seimbang, pasukan Romawi berhasil dipukul mundur hingga ke kota Palermo dan Syracuse di sisi utara dan timur.



Sayangnya, pemimpin pasukan yang bernama Al – Furat tidak mampu mengepung Palermo. Dan hanya berselang satu tahun dari perang ini, beliau meninggal dunia karena sakit.

Alhasil, pasukan muslim kemudian diserang balik oleh pasukan bangsa Romawi yang memakai kapal dari Laut Aegea. Dengan berbagai tekanan dari pihak musuh serta penyakit, kaum muslimin saat itu sudah hampir di ujung tanduk dan nyaris kalah.

Mujurnya, pada 830, pasukan dari Dinasti Umayyah tiba dalam waktu yang tepat. Mereka datang dari Spanyol yang saat itu sudah dikuasai Dinasti Umayyah dan membantu pasukan muslimin di Sisilia. Di sinilah terjadi perang besar yang berhasil mengalahkan bangsa romawi.

Selanjutnya, Pulau Sisilia dijadikan sebuah basis pemerintahan baru oleh Ziyadatallah I. Ia mengirimkan sepupunya bernama Abu Fihr Muhammad ibn Abd-Allah sebagai gubernur di Palermo.



Sisilia menjadi sebuah kota yang masuk di bawah kekuasaan Dinasti Aghlabiyah. Kota – kota dan pedesaan yang bernafaskan Islam mulai dibangun dengan pusat pemerintahan di Palermo.

Misalnya, seperti sistem pemerintahan yang berdasarkan dinasti atau keturunan kerabat. Dan setiap provinsi dipimpin oleh seorang gubernur yang akan melaporkan pertanggung jawabannya ke ibukota dinasti di Qayrawan.

Selain itu, sebagai kota yang berbasis pemerintahan Islam, maka warga lokal dan rakyat secara menyeluruh juga wajib mengikuti aturan syariah yang ditetapkan. Sementara itu, bagi yang beragama non muslim diperbolehkan menjalankan agama sesuai kepercayaan yang dianut. Namun, tetap harus membayar pajak negara, pajak tanah ladang. Serta, bagi warga muslim wajib membayar zakat dan kharaj.

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3026 seconds (0.1#10.140)