Alternatif Lain, 7 Menit Khutbah Idul Fitri di Rumah Saat Corona
loading...
A
A
A
أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Begitulah Allah menciptakan satu generasi dan berlanjut pada generasi berikutnya sampai hari Kiamat. Yaitu kehancuran dunia ini dan seluruh isinya—sekaligus sebagai tanda berakhirnya kehidupan manusia dan makhluk lainnya.
Fase berikutnya manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas semua yang pernah dilakukan sewaktu menjalani kehidupannya di dunia ini. Tangung jawab terhadap nikmat-nikmat yang sudah diberikan-Nya. Hanya dengan mentaati Allah dan Rasul-Nya kita akan selamat.
Momentum ini bisa kita jadikan kesempatan yang baik untuk menjadikan rumah ini laksana surga. Untuk diperlukan adanya manajeman yang baik.
Bukan semata faktor indah dan luasnya bangunan rumah yang menjadikan rumah itu bisa dibangun laksana surga, akan tetapi hati yang lapanglah yang dapat mengantarkan penghuninya merasakan kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia.
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ.
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda, ”Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, tetapi kekayaan itu adalah kaya hati.” (Bukhari dan Muslim)
Sungguh bahagia merupakan pilihan, dalam keadaan bagaimanapun kita akan bisa tetap merasa bahagia selama kita dalam ketaatan kepada-Nya. Selama yang kita tempuh adalah jalan keimanan dan bukan jalan nafsu.
Yaitu dengan selalu merasakan betapa besar kasih sayang Allah kepada kita. Dan itulah memang sifat Allah ar-Rahman dan ar-Rahim. Walaupun kadang seolah keadaan tidak kondusif seperti sekarang ini, yakni terjadinya pandemi Covid-19.
Tetapi bagi seorang mukmin akan selalu tetap berhusnudldlan kepada Allah, bahwa setiap masalah yang terjadi adalah bagian dari wujud kasih sayang Allah, sehingga selalu berusaha mendapatkan hikmah dari setiap peristiwa, baik yang menimpa orang lain, maupun yang menimpa diri sendiri.
Dan itulah pilihannya. Karena kenyataan bukan untuk disesali tetapi yang lebih penting adalah harus dihadapi dengan terus berikhtiar atau berupaya yang terbaik. Sambil terus berdoa memohon pertolongan kepada Allah SWT wallahul musta’an dan Allah tempat kita memohon pertolongan.
Jika kita memilih sikap sakit hati, bahkan marah dengan keadaan yang mungkin tidak sesuai harapan kita, maka yang terjadi justru jiwa kita akan mengalami sakit, dan hal itu sama dengan kita menyiksa diri sendiri.
Maka pilihannya hanya satu sabar dan tawakkal untuk bersandar hanya kepada Allah SWT.
أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Terpenting sebagaimana pesan Allah dalam al-Quran, adalah wajib kita dalam keluarga ini menjaga kedisiplinan dalam menegakkan salat, sambil berusaha memahami apa yang kita baca.
Sehingga menimbulkan kekhusyu’an dalam menjalankannya.
وَأۡمُرۡ أَهۡلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصۡطَبِرۡ عَلَيۡهَاۖ لَا نَسۡئَلُكَ رِزۡقٗاۖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكَۗ وَٱلۡعَٰقِبَةُ لِلتَّقۡوَىٰ
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (Thaha: 132).
Itulah jaminan Allah adalah kebaikan bagi mereka yang bertakwa, yaitu selalu menegakkan salat dan selalu bersabar dalam menegakkanya. Akibat baik akan didapatkan bagi orang yang bertakwa.
Begitulah Allah menciptakan satu generasi dan berlanjut pada generasi berikutnya sampai hari Kiamat. Yaitu kehancuran dunia ini dan seluruh isinya—sekaligus sebagai tanda berakhirnya kehidupan manusia dan makhluk lainnya.
Fase berikutnya manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas semua yang pernah dilakukan sewaktu menjalani kehidupannya di dunia ini. Tangung jawab terhadap nikmat-nikmat yang sudah diberikan-Nya. Hanya dengan mentaati Allah dan Rasul-Nya kita akan selamat.
Momentum ini bisa kita jadikan kesempatan yang baik untuk menjadikan rumah ini laksana surga. Untuk diperlukan adanya manajeman yang baik.
Bukan semata faktor indah dan luasnya bangunan rumah yang menjadikan rumah itu bisa dibangun laksana surga, akan tetapi hati yang lapanglah yang dapat mengantarkan penghuninya merasakan kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia.
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ.
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda, ”Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, tetapi kekayaan itu adalah kaya hati.” (Bukhari dan Muslim)
Sungguh bahagia merupakan pilihan, dalam keadaan bagaimanapun kita akan bisa tetap merasa bahagia selama kita dalam ketaatan kepada-Nya. Selama yang kita tempuh adalah jalan keimanan dan bukan jalan nafsu.
Yaitu dengan selalu merasakan betapa besar kasih sayang Allah kepada kita. Dan itulah memang sifat Allah ar-Rahman dan ar-Rahim. Walaupun kadang seolah keadaan tidak kondusif seperti sekarang ini, yakni terjadinya pandemi Covid-19.
Tetapi bagi seorang mukmin akan selalu tetap berhusnudldlan kepada Allah, bahwa setiap masalah yang terjadi adalah bagian dari wujud kasih sayang Allah, sehingga selalu berusaha mendapatkan hikmah dari setiap peristiwa, baik yang menimpa orang lain, maupun yang menimpa diri sendiri.
Dan itulah pilihannya. Karena kenyataan bukan untuk disesali tetapi yang lebih penting adalah harus dihadapi dengan terus berikhtiar atau berupaya yang terbaik. Sambil terus berdoa memohon pertolongan kepada Allah SWT wallahul musta’an dan Allah tempat kita memohon pertolongan.
Jika kita memilih sikap sakit hati, bahkan marah dengan keadaan yang mungkin tidak sesuai harapan kita, maka yang terjadi justru jiwa kita akan mengalami sakit, dan hal itu sama dengan kita menyiksa diri sendiri.
Maka pilihannya hanya satu sabar dan tawakkal untuk bersandar hanya kepada Allah SWT.
أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Terpenting sebagaimana pesan Allah dalam al-Quran, adalah wajib kita dalam keluarga ini menjaga kedisiplinan dalam menegakkan salat, sambil berusaha memahami apa yang kita baca.
Sehingga menimbulkan kekhusyu’an dalam menjalankannya.
وَأۡمُرۡ أَهۡلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصۡطَبِرۡ عَلَيۡهَاۖ لَا نَسۡئَلُكَ رِزۡقٗاۖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكَۗ وَٱلۡعَٰقِبَةُ لِلتَّقۡوَىٰ
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (Thaha: 132).
Itulah jaminan Allah adalah kebaikan bagi mereka yang bertakwa, yaitu selalu menegakkan salat dan selalu bersabar dalam menegakkanya. Akibat baik akan didapatkan bagi orang yang bertakwa.