Kisah Sufi Wanita Rabi'ah Al-Adawiyah yang Mengagumkan, Majikannya Pun Kaget

Selasa, 20 April 2021 - 17:18 WIB
loading...
Kisah Sufi Wanita Rabiah Al-Adawiyah yang Mengagumkan, Majikannya Pun Kaget
Rabiah sang tokoh sufi perempuan yang mengajarkan hakikat cinta kepada Ilahi tanpa pamrih atas pahala, surga atau penyelamatan dari azab neraka. Foto/Ilustrasi
A A A
Rabi'ah Al-Adawiyah bernama lengkap Rabi’ah binti Isma'il Al-'Adawiyah. Tokoh sufi wanita yang dijuluki Syahidatul ‘Isyqil Ilahi (wanita yang syahid oleh kerinduan ilahi) ini lahir dan wafat di Basrah, Irak pada abad ke-2 Hijriah.

Ulama sufi yang dijuluki sang Ratu Cinta itu lahir dalam kemiskinan yang sangat. Dikisahkan, tak ada kain untuk menyelimuti dirinya, tak ada minyak setetespun untuk pemoles pusarnya. Tak ada lampu untuk menerangi kelahirannya. Beliau adalah putri ke empat, Maka disebutlah Robi’ah.

Baca Juga: Kisah Hasan Al-Bashri dan Karomah Rabi'ah Adawiyah

Sang ayah sedih memikirkan hal ini. Mau pinjam ataupun minta, sudah menjadi pantangan bagi dirinya. Semuanya digantungkannya pada Allah, Dalam kesedihan ia bermimpi, Bertemu sang Nabi yang menghibur hati:

"Temuilah Gubernur Basrah dan katakan setiap malam engkau kirimkan Sholawat 100 kali kepadaku, dan setiap malam Jumat 400 kali, kemarin adalah malam Jum’at dan engkau lupa mengerjakannya. Sebagai penebus kelalaianmu itu, berikanlah kepada orang ini 400 dinar, Yang telah engkau peroleh dengan halal."

Gubernur pun memberikan apa yang dikehendaki oleh Nabi, Ditambah dengan 2.000 dinar bagi sedekah orang miskin, Cukuplah sudah untuk kebutuhan keluarga Robi'ah.

Sampai keadaan berbicara lain, bencana kelaparan melanda Basrah. Seorang penjahat menculik Robiah untuk kemudian dijual di pasar budak seharga 6 dirham. Majikan membelinya dan memberikannya tugas-tugas yang berat. Siang hari Robiah bekerja sambil berpuasa, Malam harinya dihabiskan untuk mujahadah dan muajahah dengan Rob-nya.

Kedekatan beralih menuju keaqroban, Keaqroban membawanya kepada kerinduan dan kerinduan telah mengantarkannya pada cintanya pada Tuhannya.

"Aku adalah milikNya. Aku hidup di bawah naunganNya. Aku lepaskan segala sesuatu yang telah kuperoleh kepadaNya. Aku telah mengenal-Nya, sebab aku menghayati."

Rabi'ah Dibebaskan
Satu malam yang dingin, sang majikan merasakan kegelisahan dalam hatinya. Maka iapun berjalan ke belakang rumah, memeriksa sekelilingnya, memeriksa kunci-kunci rumahnya.

Dan ketika ia sampai di dekat gudang tempat Robi'ah tinggal, Kekagetannya membuat ia sendiri gugup, lampu yang semula dipegangnya kini terlempar entah kemana. Bagaimana tidak, ketika ia melongokkan kepalanya ke dalam ruang tempat Robiah beristirahat, Ia sedang melihat Robiah menjalankan sholat.

"Dan di atasnya tampak cahaya yang terang benderang. Bukan lampu, sebab cahaya itu tidak bergantung kepada suatu apapun."

Esok harinya, Robi’ah dipanggil. Majikannya menyampaikan keinginannya. Ia membebaskan Robiah sebagai budak. Kini Robi'ah merdeka. Meski sang majikan berharap Robiah mau untuk tinggal di rumahnya, tapi ia memilih untuk pergi menjauhi masyarakat sekitar.

Dan ia menemukan sebuah gua di pinggir desa. Tinggallah ia di sana. Suatu hari di musim semi, Robi'ah memasuki tempat tinggalnya, Kemudian ia melongok keluar sebab pelayannya berseru, "Ibu, keluarlah dan saksikanlah, apa yang telah dilakukan oleh sang Pencipta." "Lebih baik engkaulah yang masuk kemari dan saksikanlah sang Pencipta itu sendiri."

"Aku sedemikian asyik menatap sang Pencipta, sehingga apa peduliku lagi terhadap ciptaan-ciptaan-Nya?" sahut Robiah dari dalam.

Bertemu Pencuri
Suatu malam sebab terlalu letih, Rabi'ah tertidur. Seorang maling menyelusup masuk ke dalam rumahnya, dan mencuri cadarnya. Tetapi, tak ditemuinya pintu keluar. Cadar diletakkan, pintu keluar terlihat. Cadar dibawa, pintu keluar tak terlihat lagi.

Terdengarlah suara, "Hai manusia, tiada gunanya engkau mencoba-coba.Sudah bertahun-tahun Robi'ah mengabdi kepada Kami. Setan sendiri tidak berani datang menghampirinya. Tetapi betapakah seorang maling berani mencoba-coba untuk mengambil cadarnya. Pergilah dari sini. Jika seorang sahabat sedang tertidur, maka sang Sahabat bangun dan berjaga-jaga"

Ketika seorang sahabat mengantarkan seorang kaya yang ingin memberikan uang emasnya pada Robiah, Robiah berkata: "Dia telah menafkahi orang-orang yang menghujjah-Nya. Apakah Dia tidak akan menafkahi orang-orang yang mencintai-Nya? Sejak aku mengenal-Nya, aku telah berpaling dari manusia ciptaan-Nya. Aku tidak tahu apakah kekayaan seseorang itu halal atau tidak, maka betapakah aku dapat menerima pemberiannya?"

Di malam-malam hari yang sepi dan sunyi, dalam kerinduannya dengan sang Maha Pencipta, Robiah bergumam sambil bersujud, "Ya Allah, apapun yang akan Engkau karuniakan kepadaku di dunia ini, berikanlah kepada musuh-musuh Mu. Dan apapun yang akan Engkau karuniakan kepadaku di akhirat nanti, berikanlah kepada sahabat-sahabatMu, karena Engkau sendiri cukuplah bagiku"

"Ya Allah, semua jerih payahku dan semua hasratku di antara kesenangan-kesenangan dunia ini, adalah untuk mengingat Engkau. Dan di akhirat nanti, di antara segala kesenangan akhirat, adalah berjumpa dengan-Mu. Begitulah halnya dengan diriku, Seperti yang telah kukatakan. Kini berbuatlah seperti yang Engkau kehendaki."

Sumber:
Cahaya Tarim

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1250 seconds (0.1#10.140)