Kesetaraan Perempuan Dalam Islam
loading...
A
A
A
Momen peringatan Hari Kartini, lebih banyak dikaitkan dengan bagaimana tentang kesetaraan perempuan di zaman sekarang. Padahal, bila menengok sejarah awal Islam , kesetaraan perempuan dengan lelaki ini telah ada di masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Ada beberapa riwayat-riwayat yang mencatat sejumlah nama, seperti Ummu Salamah, Asma’ binti ‘Umais, dan Ummu ‘Umarah al-Anshariyah. Setiap dari mereka menemui Rasulullah SAW dan menanyakan mengapa lelaki lebih banyak disebut dalam Al Qur'an atau mengapa terasa bidang pengabdian perempuan lebih sempit daripada lelaki.
Ulama dan pemikir Islam Kontemporer asal Mesir (alm) Muhammad Imarah pernah menjelaskan dengan mengutip kisah Asma’ bin Yazid yang datang kepada Rasulullah SAW atas nama rekan-rekannya untuk menuntut kesetaraan upah lelaki dan perempuan walau dengan profesi berbeda.
Rasulullah SAW terkesan dengan ucapan Asma' bin Yazid ini dan menoleh kepada pria agar mendengar ucapan perempuan yang pandai menyampaikan aspirasi rekan-rekan gendernya tersebut. Pada akhirnya, Rasulullah menyetujui usul Asma’ itu.
Perempuan lain, Umaimah binti Rafiqah menceritakan, dia datang kepada Rasulullah bersama rekan-rekan perempuannya dan meminta agar dibaiat atau diambil janji setia oleh Rasulullah. Rasulullah mengabulkan permintaan itu sambil mengingatkan, baiat harus sesuai dengan kemampuan mereka dalam kedudukan mereka sebagai perempuan, (HR Ibnu Majah).
Pada peristiwa bai’at al-‘aqabah yang menjadi tonggak masyarakat Islam di Madinah, ada dua perempuan yang sedang pada bai’at ar-ridhwan. Salah satu butirnya adalah kesediaan berperang melawan musuh yang menganiaya juga tercatat nama-nama perempuan. Dalam situasi perang pun, banyak perempuan yang terlibat, khususnya dalam kegiatan pengobatan dan perawatan. Bahkan Ummu Sulaim binti Malhan r.a. dalam perang Hunain terlihat membawa senjata tajam.
Sahabat Rasulullah SAW, Abu Thalhah radhiyallahu'anhu yang melihat senjata itu menyampaikan kepada Rasulullah lalu beliau bertanya, “untuk apa senjata itu?” Ummu Sulaim menjawab, “Kalau ada musuh yang mendekat kepadaku, akan kubelah perutnya.” Mendengar jawabannya, Rasulullah tersenyum (HR Muslim).
Dari kisah para muslimah zaman Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, bisa disimpulkan bahwa sejak awal Islam banyak profesi atau karier yang dipilih kaum perempuan. Dalam Islam, kaum perempuan tidak hanya melulu mengurus urusan rumah tangga, banyak dari mereka yang aktif melakukan aktivitas lainnya di luar rumah. Bahkan hal itu telah menjadi profesinya sehari-hari.
Bila dijabarkan lagi, inilah profesi atau karier-karier perempuan yang telah ada sejak Islam berdiri, yakni :
1. Perawat
Perawat menjadi salah satu profesi para perempuan di masa Nabi SAW. Umumnya, mereka bertugas mengobati luka para tentara muslim dan merawat mereka yang sakit pasca peperangan. Selain itu, mereka juga yang bertugas menyediakan serta menyiapkan makanan dan minuman.
Dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda; "Aku selalu berperang bersama Ummu Sulaim dan para perempuan dari Anshar. Jika ia berperang, maka mereka memberikan air dan mengobati orang-orang yang luka. (HR. Muslim)
Dari Ummu Athiyyah Al-Anshariyyah, ia berkata, “Aku pernah ikut berperang bersama-sama dengan Rasulullah SAW. sebanyak tujuh kali peperangan, aku tinggal di perkemahan mereka, memasak makanan untuk mereka, mengobati yang luka, dan merawat orang-orang yang sakit.” (HR. Muslim
2. Akademisi dan ulama perempuan
Salah satu pekerjaan atau profesi perempuan di masa Nabi SAW adalah sebagai akademisi atau ulama’ perempuan. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh para istri Nabi SAW yang mengajarkan hadis-hadis Rasulullah kepada para sahabat lainnya. Khususnya hadis-hadis yang berkaitan tentang keluarga dan akhlak-akhlak Rasulullah saat berada di rumah.
Adapun istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang paling banyak meriwayatkan hadis adalah Sayyidah Aisyah radhiyallahu'anha dan Ummu Salamah radhiyallahu'anha.
3. Pembuat kerajinan tangan
Membuat kerajinan tangan pun menjadi salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh para perempuan di masa Nabi SAW. Bahkan istri Nabi SAW, Zainab dikenal memiliki tangan kreatif .
Dari Aisyah radhiyallahu'anha ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Di antara kalian yang lebih dahulu bertemu denganku di hari kiamat kelak adalah yang paling panjang lengannya. Aisyah berkata, “Lalu, mereka para istri Rasulullah SAW mengukur tangan siapakah yang paling panjang.” Aisyah berkata, “Ternyata setelah diukur-ukur Zainablah yang paling panjang di antara kami, karena ia sering melakukan pekerjaan dengan tangannya dan bersedekah.” (HR. Muslim)
Raithah istri Abdullah bin Mas’ud juga salah satu perempuan yang membuat kerajinan tangan lalu dijual untuk menghidupi perekonomian keluarganya.
4. Petani
Selain menjadi perawat di medan pertempuran, para perempuan di masa Rasulullah pun ada yang berprofesi sebagai petani. Khususnya petani kurma dari kebun milik mereka sendiri. Di dalam riwayat imam Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW pernah masuk ke dalam kebun milik seorang perempuan yang bernama Ummu Mubasyir Al-Anshariyyah.
Asma’ binti Abi Bakar juga mengurusi kebun kurmanya untuk membantu perekonomian rumah tangganya bersama Az-Zubair bin Awwam.
Dari Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu'anha, ia berkata, “Az-Zubair bin Awwam menikahiku. Saat itu, ia tidak memiliki harta dan tidak juga memiliki budak serta tidak memiliki apa-apa kecuali alat penyiram lahan dan seekor kuda. Maka, akulah yang memberi makan dan minum kudanya, menjahit timbanya serta membuatkan adonan roti. Padahal, aku bukanlah seorang pembuat roti. Karena itu, para tetanggaku dari kaum Anshar lah yang membuatkan roti. Aku memindahkan biji kurma dari kebun Az-Zubair yang telah ditetapkan oleh Rasulullah di atas kepalaku. Tanah itu dariku atas dua pertiga farsakh… (HR.Bukhari)
Begitu pula dengan bibi Jabir bin Abdillah. Ia berusaha bangkit untuk menjalani kehidupannya setelah dicerai suaminya dengan bertani di kebun kurma miliknya.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ طُلِّقَتْ خَالَتِى فَأَرَادَتْ أَنْ تَجُدَّ نَخْلَهَا فَزَجَرَهَا رَجُلٌ أَنْ تَخْرُجَ فَأَتَتِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « بَلَى فَجُدِّى نَخْلَكِ فَإِنَّكِ عَسَى أَنْ تَصَدَّقِى أَوْ تَفْعَلِى مَعْرُوفًا ».(رواه مسلم)
Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata, “Bibikku dicerai suaminya. Lalu, ia ingin memetik buah kurma, namun ia dilarang oleh seorang laki-laki untuk keluar rumah.” setelah itu, istriku mendatangi Rasulullah saw. untuk menanyakan hal itu, maka Rasulullah saw. menjawab, “Ya boleh, Petiklah buah kurmamu, semoga kamu dapat bersedekah atau berbuat kebajikan.” (HR. Muslim)
5. Peternak atau penggembala kambing
Dari Muadz bin Sa’ad atau Sa’ad bin Muadz ia mengabarkan bahwa seorang perempuan budak Ka’ab bin Malik bekerja menggembala kambing di pengunungan Sal’. Ketika terjadi insiden pada salah satu kambingnya, ia bergegas menyembelihnya. Nabi saw. ditanya tentang hal ini, “Makanlah (kambing itu),” jawab Nabi saw. (HR Bukhari)
Dari karier dan profesi di atas, menunjukkan bahwa sebagai seorang perempuan tidak menjadi penghalang untuk berkreativitas dan beraktivitas, dan mereka setara kedudukannya dalam Islam.
Wallahu A'lam
Ada beberapa riwayat-riwayat yang mencatat sejumlah nama, seperti Ummu Salamah, Asma’ binti ‘Umais, dan Ummu ‘Umarah al-Anshariyah. Setiap dari mereka menemui Rasulullah SAW dan menanyakan mengapa lelaki lebih banyak disebut dalam Al Qur'an atau mengapa terasa bidang pengabdian perempuan lebih sempit daripada lelaki.
Ulama dan pemikir Islam Kontemporer asal Mesir (alm) Muhammad Imarah pernah menjelaskan dengan mengutip kisah Asma’ bin Yazid yang datang kepada Rasulullah SAW atas nama rekan-rekannya untuk menuntut kesetaraan upah lelaki dan perempuan walau dengan profesi berbeda.
Rasulullah SAW terkesan dengan ucapan Asma' bin Yazid ini dan menoleh kepada pria agar mendengar ucapan perempuan yang pandai menyampaikan aspirasi rekan-rekan gendernya tersebut. Pada akhirnya, Rasulullah menyetujui usul Asma’ itu.
Baca Juga
Perempuan lain, Umaimah binti Rafiqah menceritakan, dia datang kepada Rasulullah bersama rekan-rekan perempuannya dan meminta agar dibaiat atau diambil janji setia oleh Rasulullah. Rasulullah mengabulkan permintaan itu sambil mengingatkan, baiat harus sesuai dengan kemampuan mereka dalam kedudukan mereka sebagai perempuan, (HR Ibnu Majah).
Pada peristiwa bai’at al-‘aqabah yang menjadi tonggak masyarakat Islam di Madinah, ada dua perempuan yang sedang pada bai’at ar-ridhwan. Salah satu butirnya adalah kesediaan berperang melawan musuh yang menganiaya juga tercatat nama-nama perempuan. Dalam situasi perang pun, banyak perempuan yang terlibat, khususnya dalam kegiatan pengobatan dan perawatan. Bahkan Ummu Sulaim binti Malhan r.a. dalam perang Hunain terlihat membawa senjata tajam.
Sahabat Rasulullah SAW, Abu Thalhah radhiyallahu'anhu yang melihat senjata itu menyampaikan kepada Rasulullah lalu beliau bertanya, “untuk apa senjata itu?” Ummu Sulaim menjawab, “Kalau ada musuh yang mendekat kepadaku, akan kubelah perutnya.” Mendengar jawabannya, Rasulullah tersenyum (HR Muslim).
Dari kisah para muslimah zaman Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, bisa disimpulkan bahwa sejak awal Islam banyak profesi atau karier yang dipilih kaum perempuan. Dalam Islam, kaum perempuan tidak hanya melulu mengurus urusan rumah tangga, banyak dari mereka yang aktif melakukan aktivitas lainnya di luar rumah. Bahkan hal itu telah menjadi profesinya sehari-hari.
Bila dijabarkan lagi, inilah profesi atau karier-karier perempuan yang telah ada sejak Islam berdiri, yakni :
1. Perawat
Perawat menjadi salah satu profesi para perempuan di masa Nabi SAW. Umumnya, mereka bertugas mengobati luka para tentara muslim dan merawat mereka yang sakit pasca peperangan. Selain itu, mereka juga yang bertugas menyediakan serta menyiapkan makanan dan minuman.
Dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda; "Aku selalu berperang bersama Ummu Sulaim dan para perempuan dari Anshar. Jika ia berperang, maka mereka memberikan air dan mengobati orang-orang yang luka. (HR. Muslim)
Dari Ummu Athiyyah Al-Anshariyyah, ia berkata, “Aku pernah ikut berperang bersama-sama dengan Rasulullah SAW. sebanyak tujuh kali peperangan, aku tinggal di perkemahan mereka, memasak makanan untuk mereka, mengobati yang luka, dan merawat orang-orang yang sakit.” (HR. Muslim
2. Akademisi dan ulama perempuan
Salah satu pekerjaan atau profesi perempuan di masa Nabi SAW adalah sebagai akademisi atau ulama’ perempuan. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh para istri Nabi SAW yang mengajarkan hadis-hadis Rasulullah kepada para sahabat lainnya. Khususnya hadis-hadis yang berkaitan tentang keluarga dan akhlak-akhlak Rasulullah saat berada di rumah.
Adapun istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang paling banyak meriwayatkan hadis adalah Sayyidah Aisyah radhiyallahu'anha dan Ummu Salamah radhiyallahu'anha.
3. Pembuat kerajinan tangan
Membuat kerajinan tangan pun menjadi salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh para perempuan di masa Nabi SAW. Bahkan istri Nabi SAW, Zainab dikenal memiliki tangan kreatif .
Dari Aisyah radhiyallahu'anha ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Di antara kalian yang lebih dahulu bertemu denganku di hari kiamat kelak adalah yang paling panjang lengannya. Aisyah berkata, “Lalu, mereka para istri Rasulullah SAW mengukur tangan siapakah yang paling panjang.” Aisyah berkata, “Ternyata setelah diukur-ukur Zainablah yang paling panjang di antara kami, karena ia sering melakukan pekerjaan dengan tangannya dan bersedekah.” (HR. Muslim)
Raithah istri Abdullah bin Mas’ud juga salah satu perempuan yang membuat kerajinan tangan lalu dijual untuk menghidupi perekonomian keluarganya.
4. Petani
Selain menjadi perawat di medan pertempuran, para perempuan di masa Rasulullah pun ada yang berprofesi sebagai petani. Khususnya petani kurma dari kebun milik mereka sendiri. Di dalam riwayat imam Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW pernah masuk ke dalam kebun milik seorang perempuan yang bernama Ummu Mubasyir Al-Anshariyyah.
Asma’ binti Abi Bakar juga mengurusi kebun kurmanya untuk membantu perekonomian rumah tangganya bersama Az-Zubair bin Awwam.
Dari Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu'anha, ia berkata, “Az-Zubair bin Awwam menikahiku. Saat itu, ia tidak memiliki harta dan tidak juga memiliki budak serta tidak memiliki apa-apa kecuali alat penyiram lahan dan seekor kuda. Maka, akulah yang memberi makan dan minum kudanya, menjahit timbanya serta membuatkan adonan roti. Padahal, aku bukanlah seorang pembuat roti. Karena itu, para tetanggaku dari kaum Anshar lah yang membuatkan roti. Aku memindahkan biji kurma dari kebun Az-Zubair yang telah ditetapkan oleh Rasulullah di atas kepalaku. Tanah itu dariku atas dua pertiga farsakh… (HR.Bukhari)
Begitu pula dengan bibi Jabir bin Abdillah. Ia berusaha bangkit untuk menjalani kehidupannya setelah dicerai suaminya dengan bertani di kebun kurma miliknya.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ طُلِّقَتْ خَالَتِى فَأَرَادَتْ أَنْ تَجُدَّ نَخْلَهَا فَزَجَرَهَا رَجُلٌ أَنْ تَخْرُجَ فَأَتَتِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « بَلَى فَجُدِّى نَخْلَكِ فَإِنَّكِ عَسَى أَنْ تَصَدَّقِى أَوْ تَفْعَلِى مَعْرُوفًا ».(رواه مسلم)
Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata, “Bibikku dicerai suaminya. Lalu, ia ingin memetik buah kurma, namun ia dilarang oleh seorang laki-laki untuk keluar rumah.” setelah itu, istriku mendatangi Rasulullah saw. untuk menanyakan hal itu, maka Rasulullah saw. menjawab, “Ya boleh, Petiklah buah kurmamu, semoga kamu dapat bersedekah atau berbuat kebajikan.” (HR. Muslim)
5. Peternak atau penggembala kambing
Dari Muadz bin Sa’ad atau Sa’ad bin Muadz ia mengabarkan bahwa seorang perempuan budak Ka’ab bin Malik bekerja menggembala kambing di pengunungan Sal’. Ketika terjadi insiden pada salah satu kambingnya, ia bergegas menyembelihnya. Nabi saw. ditanya tentang hal ini, “Makanlah (kambing itu),” jawab Nabi saw. (HR Bukhari)
Dari karier dan profesi di atas, menunjukkan bahwa sebagai seorang perempuan tidak menjadi penghalang untuk berkreativitas dan beraktivitas, dan mereka setara kedudukannya dalam Islam.
Wallahu A'lam
(wid)