Kisah Sunan Muria Adu Sakti untuk Mendapatkan Si Cantik Dewi Roroyono
loading...
A
A
A
Sunan Muria pun menceritakan penculikan Dewi Roroyono oleh Pathak Warak. Kapa dan Gentiri sangat menghormati Sunan Muria sebagai saudara seperguruan yang lebih tua. Keduanya lantas menyatakan diri untuk membantu Sunan Muria merebut kembali Dewi Roroyono.
“Kakang sebaiknya pulang ke Padepokan Gunung Muria. Murid-murid Kakang sangat membutuhkan bimbingan. Biarlah kami yang berusaha merebut Diajeng Roroyono kembali. Kalau berhasil Kakang tetap berhak mengawininya, kami hanya sekadar membantu,” demikian janji Kapa.
“Aku masih sanggup merebutnya sendiri,” ujar Sunan Muria.
“Itu benar, tapi membimbing orang memperdalam agama Islam juga lebih penting, percayalah pada kami. Kami pasti sanggup merebutnya kembali,” desak Kapa.
Sunan Muria akhirnya meluluskan permintaan adik seperguruannya itu. Rasanya tidak enak menolak seseorang yang hendak berbuat baik. Lagi pula ia harus menengok para santrinya di Padepokan Gunung Muria.
Dalam menjalankan tugas merebut Dewi Roroyono dari tangan Pathak Warak, Kapa dan Gentiri meminta bantuan Wiku Lodhang di pulau Sprapat yang dikenal sebagai tokoh sakti yang jarang tandingannya. Usaha mereka berhasil. Dewi Roroyono dikembalikan ke Ngerang.
Di sisi lain, Sunan Muria gelisah menanti kabar hasil kerja kedua saudara seperguruanya itu. Ia pun segera pergi ke Ngerang untuk mengecek langsung. Ia ingin mengetahui perkembangan usaha Kapa dan Gentiri.
Di tengah jalan Sunan Muria bertemu dengan Adipati Pathak Warak yang memacu kudanya.
“Hai Pathak Warak berhenti kau!” bentak Sunan Muria, menghadang lari kudanya.
Pathak Warak terpaksa menarik kekang kudanya. “Minggir! Jangan menghalangi jalanku!” hardik Pathak Warak.
“Boleh, asal kau kembalikan Dewi Roroyono!”
“Goblok! Roroyono sudah dibawa Kapa dan Gentiri. Kini aku hendak mengejar mereka!” umpat Pathak Warak.
“Untuk apa kau mengejar mereka?” tanya Sunan Muria.
“Merebutnya kembali!” jawab Pathak Warak dengan sengit.
“Kalau begitu langkahi dulu mayatku, Roroyono telah dijodohkan denganku!” ujar Sunan Muria, melompat dari punggung kudanya, di susul Pathak Warak.
Dia merangsak ke arah Sunan Muria dengan jurus-jurus cakar harimau. Tapi dia bukan tandingan Sunan Muria yang memiliki segudang kesaktian. Hanya dalam beberapa kali gebrakan, Pathak Warak roboh di tanah. Seluruh kesaktiannya seakan lenyap dan ia menjadi lumpuh, tak mampu untuk bangkit berdiri apalagi berjalan.
Menikah
Sunan Muria kemudian meneruskan perjalanan ke Juana. Kedatangannya disambut gembira oleh Sunan Ngerang. Karena Kapa dan Gentiri telah bercerita secara jujur bahwa mereka sendirilah yang memaksa mengambil alih tugas Sunan Muria mencari Roroyono, maka Sunan Ngerang pada akhirnya menjodohkan Dewi Roroyono dengan Sunan Muria.
Upacara pernikahanpun segera dilaksanakan. Kapa dan Gentiri yang berjasa besar itu diberi hadiah Tanah di desa Buntar. Dengan hadiah itu keduanya sudah menjadi orang kaya yang kehidupannya serba berkecukupan.
“Kakang sebaiknya pulang ke Padepokan Gunung Muria. Murid-murid Kakang sangat membutuhkan bimbingan. Biarlah kami yang berusaha merebut Diajeng Roroyono kembali. Kalau berhasil Kakang tetap berhak mengawininya, kami hanya sekadar membantu,” demikian janji Kapa.
“Aku masih sanggup merebutnya sendiri,” ujar Sunan Muria.
“Itu benar, tapi membimbing orang memperdalam agama Islam juga lebih penting, percayalah pada kami. Kami pasti sanggup merebutnya kembali,” desak Kapa.
Sunan Muria akhirnya meluluskan permintaan adik seperguruannya itu. Rasanya tidak enak menolak seseorang yang hendak berbuat baik. Lagi pula ia harus menengok para santrinya di Padepokan Gunung Muria.
Dalam menjalankan tugas merebut Dewi Roroyono dari tangan Pathak Warak, Kapa dan Gentiri meminta bantuan Wiku Lodhang di pulau Sprapat yang dikenal sebagai tokoh sakti yang jarang tandingannya. Usaha mereka berhasil. Dewi Roroyono dikembalikan ke Ngerang.
Di sisi lain, Sunan Muria gelisah menanti kabar hasil kerja kedua saudara seperguruanya itu. Ia pun segera pergi ke Ngerang untuk mengecek langsung. Ia ingin mengetahui perkembangan usaha Kapa dan Gentiri.
Di tengah jalan Sunan Muria bertemu dengan Adipati Pathak Warak yang memacu kudanya.
“Hai Pathak Warak berhenti kau!” bentak Sunan Muria, menghadang lari kudanya.
Pathak Warak terpaksa menarik kekang kudanya. “Minggir! Jangan menghalangi jalanku!” hardik Pathak Warak.
“Boleh, asal kau kembalikan Dewi Roroyono!”
“Goblok! Roroyono sudah dibawa Kapa dan Gentiri. Kini aku hendak mengejar mereka!” umpat Pathak Warak.
“Untuk apa kau mengejar mereka?” tanya Sunan Muria.
“Merebutnya kembali!” jawab Pathak Warak dengan sengit.
“Kalau begitu langkahi dulu mayatku, Roroyono telah dijodohkan denganku!” ujar Sunan Muria, melompat dari punggung kudanya, di susul Pathak Warak.
Dia merangsak ke arah Sunan Muria dengan jurus-jurus cakar harimau. Tapi dia bukan tandingan Sunan Muria yang memiliki segudang kesaktian. Hanya dalam beberapa kali gebrakan, Pathak Warak roboh di tanah. Seluruh kesaktiannya seakan lenyap dan ia menjadi lumpuh, tak mampu untuk bangkit berdiri apalagi berjalan.
Menikah
Sunan Muria kemudian meneruskan perjalanan ke Juana. Kedatangannya disambut gembira oleh Sunan Ngerang. Karena Kapa dan Gentiri telah bercerita secara jujur bahwa mereka sendirilah yang memaksa mengambil alih tugas Sunan Muria mencari Roroyono, maka Sunan Ngerang pada akhirnya menjodohkan Dewi Roroyono dengan Sunan Muria.
Upacara pernikahanpun segera dilaksanakan. Kapa dan Gentiri yang berjasa besar itu diberi hadiah Tanah di desa Buntar. Dengan hadiah itu keduanya sudah menjadi orang kaya yang kehidupannya serba berkecukupan.