Puasa Adalah Perisai dari 3 Perkara Ini!
loading...
A
A
A
Perisai adalah sebuah alat yaang berfungsi untuk melindungi dari suatu bahaya . Begitu juga seorang muslim, ia memerlukan perisai untuk berlindung dari sebuah bahaya. Dalam Islam, ibadah puasa ternyata adalah perisai yang akan melindungi seorang hamba dari api neraka di akhirat kelak.
Dinukil dari kitab: Mukhtashar Ahadits ash-Shiyam, Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan menjelaskan tentang puasa sebagai sebuah perisai. Sebuah hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Puasa adalah perisai. Maka (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor (rafats) dan jangan pula ribut-ribut.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Dan jangan berbuat bodoh.” “Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah aku sedang shaum (ia mengulang ucapannya dua kali).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas menunjukkan bahwa orang yang puasa dituntut untuk menjaga kesempurnaan puasanya dan menghindari dari segala hal yang membatalkannya. Di antara cara yang dapat dilakukan adalah dengan menghiasi diri dengan akhlak karimah dan menjauhi perbuatan-perbuatan tercela.
Dengan begitu orang yang puasa dapat meraih pahala yang diinginkan dan mendapat ampunan Allah ‘azza wa jalla sebagaimana yang dijanjikan.
Perisai dari 3 Perkara
Menurut Ustadz Maulana La Eda Lc, setidaknya ada tiga makna perisai yang mereka sebutkan dalam hadis-hadis tentang puasa sebagai perisai ini. Antara lain sebagai berikut:
1. Puasa adalah perisai, bermakna bahwa puasa tersebut menjadi tameng/benteng bagi orang yang berpuasa dari perbuatan keji dan amalan yang tidak layak dengan ibadah puasa.
Karena diisyaratkan oleh redaksi hadis setelahnya sebagaimana dalam hadis Abu Hurairah di atas, yaitu : “maka apabila seorang dari kalian sedang melaksanakan puasa, janganlah dia berkata rafats (kotor) dan jangan pula bertingkah laku jahil (sepert mengejek, atau bertengkar sambil berteriak).”
Ini menunjukkan bahwa perisai tersebut adalah agar ia terhalangi dari ucapan rafats (kotor), perbuatan jahil, serta maksiat lainnya.
Senada dengan ini, Ibnu Rajab rahimahullah berkata: “…puasa menghalangi seseorang dari maksiat ketika didunia, sebagaimana firman Allah ‘Azza Wa Jalla: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 183)”. (Jami’ Al-‘Ulum Wa Al-Hikam: hal.576).
2. Puasa adalah perisai yaitu sebuah tameng dan benteng seorang muslim dari azab api neraka.
Dalil dari makna ini adalah:
Berdasarkan hadis shahih dari Utsman bin Abil-‘Ash radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
الصيام جنة من النار كجنة أحدكم من القتال
Artinya: “Puasa adalah perisai dari neraka, seperti perisai salah seorang diantara kamu dari peperangan”. (HR Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah dengan sanad shahih)
Dalam Kitabnya Jami’ Al-‘Ulum, Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah berkomentar dengan komentar yang indah: “Bila puasa adalah perisai dirinya dari berbagai maksiat (ketika didunia), maka diakhirat kelak, puasa tersebut lebih pantas menjadi perisainya dari azab neraka, namun apabila puasa tersebut tidak bisa menjadi perisai baginya dari maksiat ketika didunia, maka lebih-lebih lagi tidak akan menjadi perisai dirinya dari api neraka diakhirat kelak”.
Dinukil dari kitab: Mukhtashar Ahadits ash-Shiyam, Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan menjelaskan tentang puasa sebagai sebuah perisai. Sebuah hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Puasa adalah perisai. Maka (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor (rafats) dan jangan pula ribut-ribut.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Dan jangan berbuat bodoh.” “Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah aku sedang shaum (ia mengulang ucapannya dua kali).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas menunjukkan bahwa orang yang puasa dituntut untuk menjaga kesempurnaan puasanya dan menghindari dari segala hal yang membatalkannya. Di antara cara yang dapat dilakukan adalah dengan menghiasi diri dengan akhlak karimah dan menjauhi perbuatan-perbuatan tercela.
Dengan begitu orang yang puasa dapat meraih pahala yang diinginkan dan mendapat ampunan Allah ‘azza wa jalla sebagaimana yang dijanjikan.
Perisai dari 3 Perkara
Menurut Ustadz Maulana La Eda Lc, setidaknya ada tiga makna perisai yang mereka sebutkan dalam hadis-hadis tentang puasa sebagai perisai ini. Antara lain sebagai berikut:
1. Puasa adalah perisai, bermakna bahwa puasa tersebut menjadi tameng/benteng bagi orang yang berpuasa dari perbuatan keji dan amalan yang tidak layak dengan ibadah puasa.
Karena diisyaratkan oleh redaksi hadis setelahnya sebagaimana dalam hadis Abu Hurairah di atas, yaitu : “maka apabila seorang dari kalian sedang melaksanakan puasa, janganlah dia berkata rafats (kotor) dan jangan pula bertingkah laku jahil (sepert mengejek, atau bertengkar sambil berteriak).”
Ini menunjukkan bahwa perisai tersebut adalah agar ia terhalangi dari ucapan rafats (kotor), perbuatan jahil, serta maksiat lainnya.
Senada dengan ini, Ibnu Rajab rahimahullah berkata: “…puasa menghalangi seseorang dari maksiat ketika didunia, sebagaimana firman Allah ‘Azza Wa Jalla: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 183)”. (Jami’ Al-‘Ulum Wa Al-Hikam: hal.576).
2. Puasa adalah perisai yaitu sebuah tameng dan benteng seorang muslim dari azab api neraka.
Dalil dari makna ini adalah:
Berdasarkan hadis shahih dari Utsman bin Abil-‘Ash radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
الصيام جنة من النار كجنة أحدكم من القتال
Artinya: “Puasa adalah perisai dari neraka, seperti perisai salah seorang diantara kamu dari peperangan”. (HR Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah dengan sanad shahih)
Dalam Kitabnya Jami’ Al-‘Ulum, Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah berkomentar dengan komentar yang indah: “Bila puasa adalah perisai dirinya dari berbagai maksiat (ketika didunia), maka diakhirat kelak, puasa tersebut lebih pantas menjadi perisainya dari azab neraka, namun apabila puasa tersebut tidak bisa menjadi perisai baginya dari maksiat ketika didunia, maka lebih-lebih lagi tidak akan menjadi perisai dirinya dari api neraka diakhirat kelak”.