Teuku Wisnu Hingga UYM Wujudkan Mimpi Bangun Masjid Pertama Indonesia di London

Rabu, 05 Mei 2021 - 09:08 WIB
loading...
Teuku Wisnu Hingga UYM Wujudkan Mimpi Bangun Masjid Pertama Indonesia di London
Rumah di Wakemans Hill Avenue, London utara yang akan dijadikan masjid pertama Indonesia di Inggris. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Empat bintang Instagram dengan pengikut jutaan orang kompak mendukung ikhtiar mewujudkan mimpi selama lebih dari 20 tahun membangun masjid pertama Indonesia di Ibu Kota Inggris, London. Mereka adalah Teuku Wisnu, Arie Untung, Ustaz Salim A. Fillah dan Ustaz Yusuf Mansur .

Keempatnya sama-sama mengunggah posting ajakan bagi masyarakat Indonesia mendukung pembangunan masjid Indonesian Islamic Centre (IIC). “Mari menjadi bagian, pilar dan bata penyangga, dari pembangunan masjid Indonesia yang pertama di London. Semoga dengan usaha kita, Allah SWT bangunkan rumah kita di surga berdekatan dengan para rasul mulia yang tercinta,” tulis Teuku Wisnu, yang punya empat juta pengikut di Instagram.

Arie Untung mengunggah posting senada dengan mengatakan masjid Indonesia akan bertambah lagi di luar negeri. “Masjid Indonesia pertama di Amerika Serikat wasilah ustaz Shamsi Ali, masjid Indonesia pertama di Kanada wasilah ustaz Adi Hidayat, kali ini mendapat kabar dari ustaz Salim A. Fillah untuk masjid Indonesia pertama di Inggris,” tulis Arie Untung, pemilik akun Instagram dengan 2,7 juta pengikut.

Salim A. Fillah sendiri – yang punya 1,1 juta pengikut – mengatakan Muslim di Inggris memang minoritas, layaknya generasi awal muslim di Mekkah. “Sebuah rumah di London yang selama ini dijadikan bak rumah Arqam bin Abil Arqam. Tak berizin rumah ibadah, tak sanggup lagi menampung jumlah jamaah. Rindu mewujudkan mimpi memiliki masjid yang sebenarnya, 20 tahun berusaha, semoga Allah segera sampaikan di bulan yang mulia ini,” tulis Salim.

Ustaz asal Yogyakarta ini menambahkan, “Seperti para sahabat Rasulullaah SAW yang bahu membahu membangun masjid demi terciprat berkah dan pahalanya, masyarakat Muslim Indonesia di London pun menanti bantuan para sahabat dermawan sekalian.”

Sebelumnya, pendakwah dan pengusaha Yusuf Mansur, juga melalui posting di Instagram, menulis, “Sedekah ke masjid [Indonesia] di London, Inggris … mudah-mudahan dapat syafaat dari sedekah di negeri yang jauh, dapat amal saleh sedekah masjid pula.”

Teuku Wisnu Hingga UYM Wujudkan Mimpi Bangun Masjid Pertama Indonesia di London


Rumah yang disinggung oleh Salim A. Fillah mengacu ke satu rumah di Wakemans Hill Avenue, London utara. Bagi warga Indonesia di Inggris, ini memang bukan sekadar rumah. Sejak 2003, rumah ini telah menjadi pusat kegiatan komunitas seperti pengajian pekanan, pendidikan Quran bagi anak-anak dan remaja, kajian tafsir, hingga tempat untuk kegiatan kesenian seperti rebana.

Rumah dua lantai ini biasa disebut Indonesian Islamic Centre (IIC). Ukurannya tak terlalu besar, dan karenanya hanya bisa menampung maksimal 100 orang. Sangat jauh dari mencukupi. Namun inilah langkah awal untuk mewujudkan keinginan memiliki masjid sendiri yang representatif, yang punya corak dan penampakan fisik seperti masjid, bukan seperti rumah biasa, seperti yang ada saat ini. “Saat ini fasilitas dan sarana yang ada rumah di Wakemans Hill Avenue memang sudah tidak lagi memadai,” ujar Ketua Panitia Pembangunan IIC Eko Kurniawan.

Apalagi, properti di Wakemans Hill Avenue ini, terang Eko, berada di permukiman penduduk, sehingga izin yang diberikan sebatas rumah tinggal, bukan untuk aktivitas publik ataupun kegiatan komunitas. “Konsekuensinya, kami tidak bisa menggunakan properti ini untuk kegiatan keumatan secara maksimal,” lanjut Eko.

Keterbatasan izin, sarana yang tidak memadai dan animo tinggi warga Indonesia dalam mengikuti kegiatan-kegiatan agama, membuat sejumlah warga Indonesia akhirnya memutuskan membentuk panitia baru pembangunan masjid, dengan harapan kerja-kerja mewujudkan masjid yang representatif bisa lebih cepat diwujudkan. Rumah yang selama ini menjadi pusat kegiatan warga Indonesia di Wakemans Hill Avenue saat ini dalam proses dijual dan dana dari penjualan dipakai untuk membeli properti lain yang lebih representatif.

Dalam hitungan panitia, nilai jual properti di Wakemans Hill Avenue antara £500.000 hingga £600.000. Panitia juga memiliki dana sekitar £250.000 yang didapat dari sumbangan warga, baik yang ada di Inggris, negara-negara lain, maupun di Indonesia. “Dari posisi dana ini, setelah dihitung total anggaran belanja dikurangi dana IIC yang tersedia saat ini, maka dana yang diperlukan oleh panitia pembangunan masjid adalah antara £750.000 hingga £1,25 juta atau antara Rp14,2 miliar hingga Rp23,7 miliar,” jelas Eko.

Eko dan panitia optimistis rencana membangun masjid Indonesia pertama di London bisa diwujudkan, apalagi rencana ini didukung oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di London dan juga oleh Diaspora Indonesia.

Nantinya, Indonesian Islamic Centre di London akan memiliki masjid, ruang kelas, perpustakaan, dan unit usaha. Masjid ini akan dipakai sebagai tempat salat lima waktu, salat Jumat, salat Idul Fitri, dan salat Idul Adha. Diharapkan juga, masjid ini dapat dipakai untuk menggelar kegiatan-kegiatan komunitas Indonesia seperti silaturahim akbar, yang biasanya diselenggarakan dua kali dalam satu tahun. “Dalam rencana kami, masjid ini punya kapasitas sekitar 500 jemaah,” kata Eko.

Ruang kelas akan dimanfaatkan untuk pendidikan anak-anak dan remaja, terutama untuk belajar Quran dan agama Islam. Menyediakan pendidikan agama menjadi tantangan tersendiri di Inggris. Diharapkan, keberadaan ruang kelas akan bisa menjadi semacam madrasah bagi anak-anak dan remaja Indonesia di London dan sekitarnya.

Untuk unit usaha seperti restoran halal, toko groseri, dan toko baju Muslim/Muslimah diharapkan bisa menjadi bagian dari pemasukan rutin dana pengelolaan atau operasional masjid.

Rencana pembangunan masjid ini disambut baik oleh Elvi Ibrahim, warga Indonesia di London. Ia mengungkapkan sudah sejak 1990-an komunitas Indonesia di Inggris ingin memiliki masjid. “Saya masih ingat, pada bulan puasa sekitar 30 tahun yang lalu, beberapa anggota masyarakat Indonesia di Londn menggalang dana untuk membangun masjid,” kata Elvi.

Makanya, ia sangat berharap masjid ini bisa diwujudkan. “Kami dulu membentuk panitia, nah para anggota panitia tersebut kini sudah beranjak tua. Kami berharap, dengan masuknya para anggota panitia yang baru, yang lebih muda, keinginan kami untuk memiliki masjid bisa segera terwujud,” tambah Elvi.

Hamim Syaaf, warga Indonesia yang sudah puluhan tahun menetap di London, mengatakan jumlah warga Indonesia di Inggris terus bertambah dan komunitas Indonesia ini dikenal aktif menggelar berbagai kegiatan keagamaan. “Di sisi lain, kami dihadapkan pada persoalan tempat kegiatan. Kami jelas butuh tempat yang bisa mengakomodasi jumlah jemaah yang terus bertambah ini,” kata Hamim.

Ia menyadari pembangunan masjid ini memerlukan kerja keras, namun ia optimistis masjid Indonesia di London ini bisa diwujudkan. “Ada komunitas Indonesia baik yang ada di Inggris, Eropa, dan Indonesua yang saya kira bisa membantu kami mewujudkan mimpi yang sudah kami rajut sejak beberapa dekade lalu,” kata Hamim.
(cip)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2109 seconds (0.1#10.140)