Ammar bin Yasir: Ketika Ramalan Rasulullah Jadi Kenyataan

Sabtu, 08 Mei 2021 - 16:00 WIB
loading...
Ammar bin Yasir: Ketika Ramalan Rasulullah Jadi Kenyataan
Ilustrasi/Ist
A A A
TATKALA Rasulullah SAW dan para sahabat mendirikan masjid di Madinah, semuanya bekerja dengan riang gembira. Mereka mengangkut batu, mengaduk pasir dengan kapur atau mendirikan tembok, sekelompok di sini dan sekelompok lagi di sana.



Rasulullah turut mengangkat batu yang paling berat dan melakukan pekerjaan yang paling sukar. Maka di tengah-tengah khalayak ramai yang sedang hilir mudik itu, kelihatanlah Ammar bin Yasir sedang mengangkat batu besar.

Rasulullah melihatnya, lalu mendekati Ammar. Tangan beliau yang penuh berkah itu mengipaskan debu yang menutupi kepala Ammar. Beliau mengamati wajah Ammar kemudian beliau bersabda di hadapan semua sahabatnya:

"Aduhai Ibnu Sumayyah, ia dibunuh oleh golongan pendurhaka!"

Ramalan ini diulangi oleh Rasulullah sekali lagi. Kebetulan bertepatan dengan ambruknya dinding di atas tempat Ammar bekerja, hingga sebagian kawannya menyangka bahwa ia tewas yang menyebabkan Rasulullah meratapi kematiannya itu. Para sahabat sama terkejut dan menjadi ribut karenanya, tetapi dengan nada menenangkan dan penuh kepastian, Rasulullah menjelaskan:

"Tidak. Ammar tidak apa-apa, hanya nanti ia akan dibunuh oleh golongan pendurhaka!"

Maka wahai, siapakah kiranya yang dimaksud dengan golongan tersebut. Dan bilakah serta di manakah terjadinya peristiwa itu?



Ammar mendengarkan ramalan itu dan meyakini kebenaran pandangan tembus yang disingkapkan oleh Rasul yang utama. Tetapi ia tidak merasa gentar, karena semenjak menganut Islam ia telah dicalonkan untuk menghadapi maut dan mati syahid di setiap detik baik siang maupun malam.

Dan hari-hari pun berlalu. Tahun demi tahun silih berganti. Rasulullah SAW telah kembali ke tempat tertinggi..., disusul oleh Abu Bakar ke tempat ridla Ilahi. Lalu berangkatlah pula Umar pergi mengiringi. Setelah itu khilafat dipegang oleh Dzun Nurain Utsman bin Affan.

Sementara itu musuh-musuh Islam yang bergerak di bawah tanah, berusaha menebus kekalahannya di medan tempur dengan jalan menyebarluaskan fitnah.

Terbunuhnya Umar merupakan hasil pertama yang dicapai oleh gerakan atau subversi ini, yang gerakannya merembes ke Madinah tak ubahnya bagai angin panas, dan bergerak dari negeri yang kerajaan dan singgasananya telah dibebaskan oleh ummat Islam.

Berhasilnya usaha mereka terhadap Umar membangkitkan minat dan semangat mereka untuk melanjutkannya, mereka sebarkan fitnah dan nyalakan apinya di sebagian besar negeri-negeri Islam. Dan mungkin Utsman r. a. tidak memberikan perhatian khusus terhadap masalah ini hingga terjadilah pula peristiwa yang menyebabkan syahidnya Utsman dan terbukanya pintu fitnah yang melanda Kaum Muslimin.

Mu'awiyah bangkit hendak merebut jabatan khalifah dari tangan khalifah Ali bin Abu Thalib yang baru diangkat



Di pihak siapakah berdirinya laki-laki yang mengenai dirinya Rasulullah SAW pernah bersabda: "Dan ambillah olehmu petunjuk yang dipakai oleh Ammar sebagai bimbingan."

Dan bagaimanakah pendirian orang yang mengenai dirinya, Rasulullah SAW pernah pula bersabda:

"Barangsiapa yang memusuhi Ammar, maka ia akan dimusuhi oleh Allah."

Dan orang yang bila suaranya kedengaran mendekat ke rumah Rasulullah, maka beliau segera menyambut dengan sabdanya: "Selamat datang bagi orang baik dan diterima baik izinkanlah ia masuk !"

Ammar berdiri di samping Ali bin Abi Thalib . Ini bukan karena fanatik atau berpihak, tetapi karena tunduk kepada kebenaran dan teguh memegang janji. Ali adalah Khalifah Kaum muslimin, dan berhak menerima bai'at sebagai pemimpin ummat. Dan khilafat itu diterimanya, karena memang ia berhak untuk itu dan layak untuk menjabatnya.

Baik sebelum maupun sesudah ini, Ali memiliki keutamaan-keutamaan yang menjadikan bedudukannya di samping Rasulullah tak ubah bagai kedudukan Harun di samping Musa.

Dengan cahaya pandangan ruhani dan ketulusannya, Ammar yang selalu mengikuti kebenaran ke mana juga perginya, dapat mengetahui pemilik hak satu-satunya dalam perselisihan ini.

Dan menurut keyakinannya, tak seorang pun berhak atas hal ini dewasa itu selain Imam Ali, oleh sebab itulah ia berdiri di sampingnya.

Dan Ali r. a. sendiri merasa gembira atas sokongan yang diberikannya itu, mungkin tak ada kegembiraan yang lebih besar daripada itu, hingga keyakinannya bahwa ia berada di pihak yang benar kian bertambah, yakni selama tokoh utama pencinta kebenaran Ammar datang kepadanya dan berdiri di sisinya.

Kemudian datanglah saat perang Shiffin yang mengerikan itu. Imam Ali menghadapi pekerjaan penting ini sebagai tugas memadamkan pembangkangan dan pemberontakan. Dan 'Ammar ikut bersamanya. Waktu itu usianya telah 93 tahun.



Apa dalam usia 93 tahun ia masih pergi ke medan juang? Benar. Selama menurut keyakinannya peperangan itu menjadi tugas kewajibannya. Bahkan ia melakukannya lebih semangat dan dahsyat dari yang dilakukan oleh orang-orang
muda berusia 30 tahun.

Tokoh yang pendiam dan jarang bicara ini hampir saja tidak menggerakkan kedua bibirnya, kecuali mengucapkan kata-kata mohon perlindungan berikut:

"Aku berlindung kepada Allah dari fitnah... Aku berlindung kepada Allah dari fitnah ....".

Tak lama setelah Rasulullah wafat, kata-kata ini merupakan do'a yang tak putus lekang dari bibirnya. Dan setiap hari berlalu setiap itu pula ia memperbanyak do'a dan mohon perlindungannya itu seolah-olah hatinya yang suci merasakan bahaya mengancam yang semakin dekat dan menghampir juga.

Dan tatkala bahaya itu tiba dan fitnah merajalela, Ibnu Sumayyah telah mengerti di mana ia harus berdiri. Maka di hari perang Shiffin, ia bangkit menghunus pedangnya, demi membela kebenaran yang menurut keimanannya harus dipertahankan.

Pandangan terhadap pertempuran ini telah dimaklumkannya dalam kata-kata sebagai berikut:

"Hai ummat manusia! Marilah kita berangkat menuju gerombolan yang mengaku-ngaku hendak menuntutkan bela Utsman!

Demi Allah! Maksud mereka bukanlah hendak menuntutkan belanya itu, tetapi sebenarnya mereka telah merasakan manisnya dunia dan telah ketagihan terhadapnya, dan mereka mengetahui bahwa kebenaran itu menjadi penghalang bagi pelampiasan nafsu serakah mereka.

Mereka bukan yang berlomba dan tidak termasuk barisan pendahulu memeluk Agama Islam.
Argumentasi apa sehingga mereka merasa berhak untuk ditaati oleh Kaum Muslimin dan diangkat sebagai pemimpin, dan tidak pula dijumpai dalam hati mereka perasaan takut kepada Allah, yang akan mendorong mereka untuk mengikuti kebenaran.

Mereka telah menipu orang banyak dengan mengakui hendak menuntutkan bela kematian Utsman, padahal tujuan mereka yang sesungguhnya ialah hendak menjadi raja dan penguasa adikara."

Kemudian diambilnya bendera dengan tangannya, lain dikibarkannya tinggi-tinggi di atas kepala sambil berseru:

"Demi Dzat yang menguasai nyawaku .... ! Saya telah bertempur dengan mengibarkan bendera ini bersama Rasulullah SAW, dan inilah aku siap berperang pula dengan mengibarkannya sekarang ini!

Demi nyawa saya berada dalam tangan-Nya!
Seandainya mereka menggempur dan menyerbu hingga berhasil mencapai kubu pertahanan kita, saya tahu pasti bahwa kita berada di pihak yang haq, dan bahwa mereka di pihak yang bathil ....!"

Orang-orang mengikuti Ammar, mereka percaya kebenaran ucapannya.

Berkatalah Abu Abdirrahman Sullami:

"Kami ikut serta dengan Ali r. a. di pertempuran Shiffin, maka saya lihat 'Ammar bin Yasir r. a. setiap ia menyerbu ke sesuatu jurusan, atau turun ke sesuatu lembah, para sahabat Rasulullah pun mengikutinya, tak ubahnya ia bagai panji-panji bagi mereka ....!"



Dan mengenai ’, Ammar sendiri, sementara ia menerjang dan menyusup ke medan juang, ia yakin akan menjadi salah seorang syuhadanya. Ramalan Rasulullah saw terang terpampang di ruang matanya dengan huruf-huruf besar: "Ammar akan dibunuh oleh golongan pendurhaha"

Oleh sebab itu suaranya bergema di serata arena dengan senandung ini:

"Hari ini daku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta... Muhammad dan para sahabatnya .... !"

Kemudian bagai sebuah peluru dahsyat ia menyerbu ke arah Mu'awiyah dan orang-orang sekelilingnya dari golongan Bani Umayyah, lalu melepaskan seruannya yang nyaring yang menggetarkan:

"Dulu kami hantam kalian di saat diturunkannya.
Kini kami hantam lagi kalian karena menyelewengkannya Tebasan maut menghentikan niat jahat
Dan memisahkan kawanan pengkhianat
Atau al-Had berjalan kembali pada relnya"

Maksudnya dengan sya'irnya itu, bahwa para sahabat yang terdahulu dan Ammar termasuk salah seorang di antara mereka. Dulu telah memerangi golongan Bani Umayyah yang dikepalai oleh Abu Sufyan ayah Muawiyah pemanggul panji-panji syirik dan pemimpin tentara musyrikin.

Mereka perangi orang-orang itu karena secara terus terang al-Quran menitahkannya disebabkan mereka adalah orang-orang musyrik.

Dan sekarang di bawah pimpinan Muawiyah, walaupun mereka telah menganut Islam dan meskipun al-Quranul Karim tidak menitahkan secara tegas memerangi mereka, tetapi menurut ijtihad Ammar dalam penyelidikannya mengenai kebenaran dan pengertiannya terhadap maksud dan tujuan al-Quran, meyakinkan dirinya akan kehausan memerangi mereka, sampai barang haq yang ditumpas itu kembali kepada pemiliknya, serta api fitnah dan pemberontakan itu dapat dipadamkan untuk selama-lamanya.

Juga maksudnya, bahwa dulu mereka memerangi orang-orang Bani Umayyah karena mereka kafir kepada Agama dan kafir kepada al-Quran. Dan sekarang mereka menggempur orang-orang itu karena mereka menyelewengkan Agama dan menyimpang dari ajaran al-Quranul Karim serta mengacaukan ta'wil dan salah menafsirkannya, dan mencoba hendak menyesuaikan tujuan ayat-ayatnya dengan kemauan dan keinginan mereka pribadi.

Maka tokoh tua yang berusia 93 tahun ini menerjuni akhir perjuangan hidupnya yang menonjol dengan gagah berani. Dan sebelum ia berangkat ke rafiqul A'la, ia tanamkan pendidikan terakhir tentang keteguhan hati membela kebenaran, dan ditinggalkannya sebagai contoh teladan perjuangannya yang besar dan mulia lagi berkesan dan mendalam.

Orang-orang dari pihak Mu'awiyah mencoba sekuat daya untuk menghindari Ammar, agar pedang mereka tidak menyebabkan kematiannya hingga ternyata bagi manusia bahwa merekalah "golongan pendurhaka".

Tetapi keperwiraan Ammar yang berjuang seolah-olah ia satu pasukan tentara juga, menghilangkan pertimbangan dan akal sehat mereka. Maka sebagian dari anak buah Mu'awiyah
mengintai-ngintai kesempatan untuk menewaskannya, hingga setelah kesempatan itu terbuka mereka laksanakanlah dan tewaslah Ammar di tangan tentara Mu'awiyah

Sebagian besar dari tentara Mu'awiyah terdiri dari orang-orang yang baru saja masuk Agama Islam, yakni orang-orang yang menganutnya tidak lama setelah bertalu-talunya genderang kemenangan terhadap kebanyakan negeri yang dibebaskan Islam, baik dari kekuasaan Romawi maupun dari penjajahan Persi.

Maka mereka inilah sebenarnya yang menjadi biang keladi dan menyalakan api perang saudara yang dimulai oleh pembangkangan Mu'awiyah dan penolakannya untuk mengakui Ali sebagai Khalifah dan Imam. Jadi mereka inilah yang bagaikan kayu bakar menyalakan apinya hingga jadi besar dan menggejolak.



Dan bagaimana juga gawatnya pertikaian ini, sedianya akan dapat diselesaikan dengan jalan damai andainya masih terpegang dalam tangan Muslimin pertama. Tetapi demi bentuknya jadi meruncing, ia jatuh ke dalam tokoh-tokoh kotor yang tidak peduli akan nasib Islam hingga api kian menyala dan tambah berkobar.

Berita tewasnya Ammar segera tersebar dan ramalan Rasulullah SAW yang didengar oleh semua sahabatnya sewaktu mereka sedang membina masjid di Madinah di masa yang telah jauh sebelumnya, berpindah dari mulut ke mulut:

"Aduhai Ibnu Sumayyah, ia dibunuh oleh golongan pendurhaka!"

Maka sekarang tahulah orang-orang siapa kiranya golongan pendurhaka itu, yaitu golongan yang membunuh Ammar, yang tidak lain dari pihak Mu'awiyah!

Dengan kenyataan ini semangat dan kepercayaan pengikut-pengikut Ali kian bertambah.

Sementara di pihak Mu'awiyah, keraguan mulai menyusup ke dalam hati mereka, bahkan sebagian telah bersedia-sedia hendak memisahkan diri dan bergabung ke pihak Ali.

Mengenai Mu'awiyah, demi mendengar peristiwa yang telah terjadi ia segera keluar mendapatkan orang banyak dan menyatakan kepada mereka bahwa ramalan itu benar adanya, dan Rasulullah benar-benar telah meramalkan bahwa 'Ammar akan dibunuh oleh golongan pemberontak. Tetapi siapakah yang telah membunuhnya itu?

Kepada orang-orang sekeliling diserukannya: "Yang telah membunuh Ammar ialah orang-orang yang keluar bersama dari rumahnya dan membawanya pergi berperang.

Maka tertipulah dengan ta'wil yang dicari-cari ini orang-orang yang memendam maksud tertentu dalam hatinya, sementara pertempuran kembali berkobar sampai saat yang telah ditentukan."

Adapun Ammar, ia dipangku oleh Khalifah Ali ke tempat ia mensalatkannya bersama Kaum Muslimin, lalu dimakamkan dengan pakaiannya! Benar, dengan pakaian yang dilumuri oleh darahnya yang bersih suci! Karena tidak satu pun dari sutera atau beludru dunia yang layak untuk menjadi kain kafan bagi seorang syahid mulia, seorang suci utama dari tingkatan Ammar!
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1254 seconds (0.1#10.140)