Ketika Khalid bin Walid Harus Memohon Maaf Kepada Ammar bin Yasir
loading...
A
A
A
SETELAH pindahnya Rasulullah SAW ke Madinah, Kaum Muslimin tinggal bersama beliau bermukim di sana. Masyarakat Islam pun terbentuk dan menyempurnakan barisannya.
Di tengah-tengah masyarakat Islam yang beriman ini Ammar bin Yasir mendapatkan kedudukan yang tinggi. Rasulullah SAW amat sayang kepadanya, dan beliau sering membanggakan keimanan dan ketakwaan Ammar kepada para sahabat.
Bersabda Rasulullah SAW: "Diri Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang punggungnya!"
Dan sewaktu terjadi selisih paham antara Khalid bin Walid dengan Ammar, Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang memusuhi Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah, dan siapa yang membenci Ammar, maka ia akan dibenci Allah."
Maka tak ada pilihan bagi Khalid bin Walid pahlawan Islam itu selain segera mendatangi Ammar untuk mengakui kekhilafannya dan meminta ma'af.
Suatu peristiwa terjadi pula ketika Rasulullah SAW bersama para sahabat mendirikan masjid di Madinah, yakni tiada lama setelah kepindahannya ke sana. Ali bin Abu Thalib menggubah sebuah bait sya'ir yang didendangkan berulang-ulang diikuti oleh Kaum Muslimin yang sedang bekerja itu, dan baitnya adalah sebagai beribut:
"Orang yang memakmurkan masjid nilainya tidak sama. Sibuk bekerja sambil duduk di sini berdiri di sana.
Sedang pemalas lari menghindar tertidur di sana..."
Kebetulan waktu itu Ammar sedang bekerja di salah satu sisi bangunan. la juga turut berdendang, mengulang-ulangnya dengan nada tinggi. Salah seorang kawan menyangka bahwa Ammar bermaksud dengan nyanyian itu hendak menonjolkan dirinya, hingga di antara mereka terjadi pertengkaran dan keluar kata-kata yang menunjukkan kemarahan.
Mendengar itu Rasulullah murka, sabdanya: "Apa maksud mereka terhadap Ammar? Diserunya mereka ke surga, tapi mereka hendak mengajaknya ke neraka. Sungguh, 'Ammar adalah biji mataku sendiri...!"
Jika Rasulullah SAW telah menyatakan kesayangannya terhadap seorang Muslim demikian rupa, pastilah keimanan orang itu, kecintaan dan jasanya terhadap Islam, kebesaran jiwa dan ketulusan hati serta keluhuran budinya telah mencapai batas dan puncak kesempurnaan. Demikian halnya Ammar.
Berkat nikmat dan petunjuk-Nya, Allah telah memberikan kepada Ammar ganjaran setimpal, dan menilai takaran kebaikannya secara penuh. Hingga disebabkan tingkatan petunjuk dan keyakinan yang telah dicapainya, maka Rasulullah menyatakan kesucian imannya dan mengangkat dirinya sebagai contoh teladan bagi para sahabat, sabdanya:
"Contoh dan ikutilah setelah kematianku nanti Abu Bakar dan Umar dan ambillah pula hidayah yang dipakai Ammar untuk jadi bimbingan!"
Mengenai perawakannya, para ahli riwayat melukiskannya sebagai berikut:
la adalah seorang yang bertubuh tinggi dengan bahunya yang bidang dan matanya yang biru. Dia pendiam, tak banyak bicara. Tubuhnya penuh dengan bekas-bekas siksaan.
Dia adalah pejuang yang berani mati. Sungguh telah diterjuninya bersama Rasulullah sebagai gurunya semua perjuangan bersenjata, baik Badar, Uhud, Khandaq, Tabuk. Pendeknya semua tanpa kecuali. Dan tatkala Rasulullah telah wafat, maka ia melanjutkan perjuangannya terus-menerus.
Di tengah-tengah masyarakat Islam yang beriman ini Ammar bin Yasir mendapatkan kedudukan yang tinggi. Rasulullah SAW amat sayang kepadanya, dan beliau sering membanggakan keimanan dan ketakwaan Ammar kepada para sahabat.
Bersabda Rasulullah SAW: "Diri Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang punggungnya!"
Dan sewaktu terjadi selisih paham antara Khalid bin Walid dengan Ammar, Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang memusuhi Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah, dan siapa yang membenci Ammar, maka ia akan dibenci Allah."
Maka tak ada pilihan bagi Khalid bin Walid pahlawan Islam itu selain segera mendatangi Ammar untuk mengakui kekhilafannya dan meminta ma'af.
Suatu peristiwa terjadi pula ketika Rasulullah SAW bersama para sahabat mendirikan masjid di Madinah, yakni tiada lama setelah kepindahannya ke sana. Ali bin Abu Thalib menggubah sebuah bait sya'ir yang didendangkan berulang-ulang diikuti oleh Kaum Muslimin yang sedang bekerja itu, dan baitnya adalah sebagai beribut:
"Orang yang memakmurkan masjid nilainya tidak sama. Sibuk bekerja sambil duduk di sini berdiri di sana.
Sedang pemalas lari menghindar tertidur di sana..."
Kebetulan waktu itu Ammar sedang bekerja di salah satu sisi bangunan. la juga turut berdendang, mengulang-ulangnya dengan nada tinggi. Salah seorang kawan menyangka bahwa Ammar bermaksud dengan nyanyian itu hendak menonjolkan dirinya, hingga di antara mereka terjadi pertengkaran dan keluar kata-kata yang menunjukkan kemarahan.
Mendengar itu Rasulullah murka, sabdanya: "Apa maksud mereka terhadap Ammar? Diserunya mereka ke surga, tapi mereka hendak mengajaknya ke neraka. Sungguh, 'Ammar adalah biji mataku sendiri...!"
Jika Rasulullah SAW telah menyatakan kesayangannya terhadap seorang Muslim demikian rupa, pastilah keimanan orang itu, kecintaan dan jasanya terhadap Islam, kebesaran jiwa dan ketulusan hati serta keluhuran budinya telah mencapai batas dan puncak kesempurnaan. Demikian halnya Ammar.
Berkat nikmat dan petunjuk-Nya, Allah telah memberikan kepada Ammar ganjaran setimpal, dan menilai takaran kebaikannya secara penuh. Hingga disebabkan tingkatan petunjuk dan keyakinan yang telah dicapainya, maka Rasulullah menyatakan kesucian imannya dan mengangkat dirinya sebagai contoh teladan bagi para sahabat, sabdanya:
"Contoh dan ikutilah setelah kematianku nanti Abu Bakar dan Umar dan ambillah pula hidayah yang dipakai Ammar untuk jadi bimbingan!"
Mengenai perawakannya, para ahli riwayat melukiskannya sebagai berikut:
la adalah seorang yang bertubuh tinggi dengan bahunya yang bidang dan matanya yang biru. Dia pendiam, tak banyak bicara. Tubuhnya penuh dengan bekas-bekas siksaan.
Dia adalah pejuang yang berani mati. Sungguh telah diterjuninya bersama Rasulullah sebagai gurunya semua perjuangan bersenjata, baik Badar, Uhud, Khandaq, Tabuk. Pendeknya semua tanpa kecuali. Dan tatkala Rasulullah telah wafat, maka ia melanjutkan perjuangannya terus-menerus.
(mhy)