Habis Manis Sepah Dibuang

Selasa, 25 Mei 2021 - 18:25 WIB
loading...
Habis Manis Sepah Dibuang
Setiap pasangan suami istri hendaklah menyadari bahwa kecantikan atau ketampanan dan perkara-perkara yang bersifat lahiriyah pada hakekatnya sebuah ujian. Foto ilustrasi/ist
A A A
Kisah cinta dua insan di zaman Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ini, banyak hikmah dan nasehat . Kisahnya menjadi sangat abadi dalam sejarah percintaan hingga masa kini. Seperti pepatah 'Habis manis sepah dibuang' itulah gambaran cinta Laila bintu Al Judi dengan Abdurrahman bin Abi Bakar.



Dikisahkan, pada suatu hari Abdurrahman pergi berniaga ke Negeri Syam. Di tengah perjalanan, ia melihat seorang wanita yang sangat cantik jelita, berbadan semampai, dengan senyuman manis nan rupawan, ia bernama Laila bintu Al Judi. Dalam sekejap, pesona Laila, menancapkan panah asmaranya dan menghujam hati Abdurrahman. Sehingga, sejak hari itu Abdurrahman tergila-gila dan mabuk kepayang kepada Laila.

Hari terus berlalu, Abdurrahman semakin tak kuasa menahan badai asmaranya kepada Laila. Ia begitu tergila-gila kepada Laila, ia selalu menyebut nama Laila, hingga Khalifah Umar bin Al Khattab radhiyallahu‘anhu merasa sangat iba kepadanya. Dan saat Umar mengutus pasukan perang untuk menundukkan negeri Syam, beliau pun berpesan kepada panglima perangnya : "jika Laila bintu Al Judi menjadi salah satu tawanan perangmu dan menjadi budak, maka berikanlah ia (Laila) kepada Abdurrahman radhiyallahu‘anhu".



Dan, takdir Allah terjadi. Kaum muslimin berhasil menundukkan dan menguasai negeri Syam, dan Laila termasuk dalam salah satu tawanan perang. Sesuai pesan Khalifah Umar radhiyallahu‘anhu, maka Laila pun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiyallahu‘anhu.

Betapa senangnya Abdurrahman, karena pucuk di cinta ulam pun tiba, impiannya untuk mendapatkan Laila akhirnya kesampaian. Ia pun menjadikan Laila sebagi istri yang sangat ia cintai, sampai-sampai ia tak peduli lagi pada istrinya yang lain. Merasa tidak diperlakukan sewajarnya, para istri Abdurahman itu mengadukan perilaku suaminya kepada Aisyah, istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sekaligus saudarinya.

Baca juga: Inilah Amalan di Bulan Syawal yang Berlimpah Pahala

Namun, belum lama Laila mengobati mabuk asmara yang dialami Abdurrahman, wanita jelita ini ditimpa suatu penyakit yang menyebabkan bibirnya terkelepai ke bawah. Sejak itulah cinta putra Abu Bakar itu luntur, bahkan sirna dalam sekejap.

Apabila dahulu dia sampai melupakan istri-istrinya yang lain sekarang sikapnya kepada Laila sungguh bertolak belakang. Abdurrahman selalu berperilaku kasar terhadapnya. Tidak tahan dengan perilaku demikian, Laila mengadukan sikap suaminya kepada Aisyah.

Maka Aisyah menegur saudaranya. “"Wahai saudaraku Abdurrahman, dulu engkau mencintai Laila dan sangat berlebihan dalam mencintainya. Dan sekarang engkau membencinya dan sangat berlebihan membencinya. Maka, hendaknya engkau pilih, Engkau akan berlaku adil kepada Laila atau engkau mengembalikan dia kepada keluarganya". (Tarikh Damaskus oleh Ibnu Asakir [35/34] dan Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi [16/559])



Dan karena desakan saudarinya tersebut, akhirnya Abdurrahman mengembalikan Laila kepada keluarganya. Cinta yang dulu menggebu-gebu kini berakhir dalam perceraian, sungguh malang kisah cinta Laila ini.

Hikmah Kisah

Dari kisah Laila dan Abdurrahman ini, terlihat bahwa kadang cinta dan benci terasa tipis batasnya. Sebaik apapun atau sesempurna apapun seseorang suatu saat akan ada kekurangan. Sebaliknya seburuk apapun orang yang anda benci, pasti ia memiliki kelebihan. Maka dibutuhkan sikap proposional serta objektif dalam menilai, mencintai atau membenci orang lain.



Di antara pelajaran dari kisah Abdurrahman dan Laila ini, setiap pasangan suami istri hendaklah menyadari bahwa kecantikan atau ketampanan dan perkara-perkara yang bersifat lahiriyah pada hakekatnya sebuah ujian. Dianugerahi pasangan yang nyaris ‘sempurna’ hendaklah bersyukur dan tidak melupakan tanggung jawabnya kepada istri yang lainnya (suami yang poligami)

Syaikh Dr. Abdullah bin Ath-Thayyar dalam al ‘Adalah Fi At-Ta’addud, berkata: “Adil terhadap para istri adalah salah satu hak istri yang paling pokok dan menjadi faktor terpenting kebaikan dan ketentraman keluarga serta tercapainya keharmonisan antara anggota keluarga”.



Adil dalam sandang, papan, pangan serta hal-hal yang suami mampu, adapun kecenderungan, perasaan cinta, hati ini di luar kehendak manusia. Allah berfirman,
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2323 seconds (0.1#10.140)