Kisah Ajaib Syekh Abdul Qadir Jilani Diludahi Nabi

Selasa, 01 Juni 2021 - 13:53 WIB
loading...
Kisah Ajaib Syekh Abdul Qadir Jilani Diludahi Nabi
Kisah perjalanan hidup Syekh Abdul Qadir Jilani saat berdakwah diceritakan dalam manaqibnya. Foto/Ist
A A A
Syekh Abdul Qadir Al-Jilani (471 H/1078 M-561 H/1167 M) sosok wali besar yang memiliki karomah luar biasa. Beliau memiliki kisah ajaib pernah diludahi Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Kisah karomah Syekh Abdul Qadir Jilani ini diceritakan oleh Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah yang juga pendiri STAI An-Nawawi Purworejo, KH Achmad Chalwani Nawawi. Berikut kisahnya yang ditayangkan oleh Channel Youtube NU Online sebagaimana dilansir dari tsaqafah.id.

"Syekh Abdul Qadir itu orang Arab lahir di Persia, Iran. Kampungnya namanya Jilan. Provinsinya Thus, satu daerah dengan Imam Al-Ghozali. Pesantrennya di Baghdad. Setelah selesai di pesantren, beliau tidak pulang ke Iran, tetapi bermukim di Baghdad.

Pagi-pagi jam delapan beliau duduk di rumah, ribuan manusia datang. Ada satu permintaan: 'Yaa Abdal Qadir Haddisinnas liyantafi’u bi ilmik (orang sebanyak ini ajarkanlah ilmumu. Supaya dapat kemanfaatan dari ilmumu).'

Syekh Abdul Qadir menjawab, 'Saya belum berani mengajarkan ilmu-ilmu saya sebelum mendapat perintah langsung Nabi.' Pagi menjawab seperti itu, menjelang Zuhur, Nabi datang. Bukan lewat mimpi tetapi datang langsung, syakhsia jasadiyah.

Orang apabila mencapai maqam-nya bisa seperti itu. Nabi memerintah seperti usulnya orang banyak tadi. 'Yaa Abdal Qadir haddisinnas liyantafi’u bi ilmik (orang sebanyak ini ajarkanlah ilmumu. Supaya dapat kemanfaatan dari ilmumu).’
Nabi memerintah seperti itu, Syekh Abdul Qadir mengatakan: "Ya Rasul, kaifa ukhadisu fusshokha al baghdada faiinni rajulun a’jamiyun (Rasul, bagaimana saya mengajari orang-orang Baghdad, mereka alim-alim dan fasih sementara saya orang asing).' Rasul berkata, 'Ya Abdal Qadir, iftakh faka! (Abdul Qodir bukalah mulutmu!)’ Ia membuka mulutnya dan diludahi Nabi sebanyak tujuh kali.

Setelah itu Nabi pergi dan waktu masuk Zuhur. Setelah sholat Zuhur, ribuan orang datang. 'Ya Abdal Qadir, segeralah kamu ajari ilmu pada sekian orang banyak!’ Syekh Abdul Qadir sudah duduk hendak mengajarkan ilmunya, tetapi lidahnya terkunci. Sulit untuk bicara.

"Beliau duduk terus. Tiba-tiba ada orang datang belakangan, seorang laki-laki sendirian. Dipandang terus siapa itu yang datang belakangan? Ternyata Sayyidina Ali yang datang. Sayyidina Ali memerintahnya seperti perintah Nabi, 'Yaa Abdal Qodir haddisinnas liyantafi’u bi ilmik (orang sebanyak ini ajarkanlah ilmumu. Supaya dapat kemanfaatan dari ilmumu).'

Syekh Abdul Qadir menjawab, 'Ya Sayyidi Ali, fami mughollaq (wahai Sayyidina Ali mulutku terkunci tidak bisa untuk bicara).' Sayyidiina Ali berkata, 'Iftakh faka! (Buka mulutmu!)’ Beliau membuka mulut lalu diludahi Sayyidina Ali enam kali.

Syekh Abdul Qadir bertanya: "Sayyidina Ali kok meludahinya tidak seperti Nabi? Nabi meludahi tujuh kali, sampeyan kok enam kali?" Sayyidina Ali berkata, 'Ya Abdal Qadir adaban ma'a Rasulillah.

Abdul Qadir, saya menjaga tata krama dengan Nabi. Nabi meludahi tujuh kali masak saya meludahi tujuh kali? Orang yang salah paham nanti mengira saya menyamai Nabi. Saya khawatir ada anggapan seperti itu. Makanya saya meludahi enam kali.’

"Inilah etika dan ketinggian adab. Oleh karena itu para santri, para murid jangan punya niat menyamai guru. Walaupun praktiknya sama, jangan niat menyamai, niatlah mencontoh! Nanti barokahnya hilang," kata KH Achmad Chalwani.

Dalam manaqib dijelaskan:

وَيَصْدُرُ عَنْ صَدْرِهِ عُلُوْمٌ اِلَهِيَةٌ وَحِكْمَهٌ رَبَانِيَةٌ

Setelah Sayyidina Ali pergi, Syekh Abdul Qadir mengajar dengan lancar. Ribuan ilmu keluar dari hatinya. Orang yang datang mengular hingga tujuh kilometer atau lebih dari puluhan ribu pada saat itu. Orang yang duduk di paling belakang bisa mendengarkan langsung suara Syekh Abdur Qodir sama kerasnya seperti yang duduk di depan padahal belum ada pengeras suara.

Dalam manaqib juga dijelaskan:

وَلَمْ يَكُنْ هُنَاكَ مكَبِّرٌ صَوْتٍ

"Di sana belum ada pengeras suara." Itulah karomah Syekh Abdul Qodir Jilani.

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2489 seconds (0.1#10.140)