Selamat Datang Dzulqa'dah, Bulan Larangan Berbuat Aniaya

Sabtu, 12 Juni 2021 - 12:02 WIB
loading...
Selamat Datang Dzulqadah, Bulan Larangan Berbuat Aniaya
Bulan Dzulqadah diharamkan untuk berperang atau juga menganiaya diri sendiri. Di bulan ini, pahala amal kebaikan dilipatgandakan oleh Allah. Foto/Ist
A A A
Selamat datang Dzulqa'qah, Marhaban Yaa Asyhurul Hurum. Hari ini kita memasuki 1 Dzulqa'dah 1442 Hijriyah bertepatan Sabtu (12 Juni 2021). Bulan Dzulqa'dah (12 Juni-10 Juli 2021) adalah bulan ke-11 dalam kalender Islam setelah bulan Syawal.

Secara bahasa, Dzulqa'dah [ذو القعدة] terdiri dari dua kata: Dzul yang artinya "sesuatu yang memiliki" dan Al-Qo'dah yang artinya "tempat yang diduduki". Bulan ini disebut Dzulqa'dah karena pada bulan ini kebiasaan masyarakat Arab duduk (tidak bepergian) di daerahnya dan tidak melakukan perjalanan atau peperangan.


Mereka beristirahat dari berperang guna menyambut bulan haji yaitu Dzulhijjah. Bulan Dzulqa'dah diharamkan untuk berperang atau juga menganiaya diri sendiri.

Berikut firman Allah Ta'ala tentang keutamaan bulan Dzulqa'dah [ذو القعدة]:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu". (QS At-Taubah ayat 36).

Rasulullah SAW bersabda: "Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya'ban". (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Dilarang Bebruat Aniaya
Dalam ayat di atas, Allah berfirman yang artinya: "...Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu". Para ulama menjelaskan maksud menganiaya diri sendiri adalah jangan sampai berbuat maksiat. Sebab kemaksiatan yang dilakukan di bulan haram dosanya lebih besar daripada kemaksiatan di bulan lain.

Misalnya, melakukan maksiat atau berbohong di bulan Dzulqa'dah dosanya lebih besar daripada di bulan Syawal. Dan sebaliknya, jika seseorang melakukan kebaikan di bulan ini misalnya membaca Al-Qur'an, bersedekah, puasa, maka pahalanya dilipatgandakan dari bulan lain.

Ibnu 'Abbas berkata: "Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci. Melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan saleh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak". (Lathoif Al Ma'arif, 207).

Kisah Nabi Musa
Di antara keistimewaan lain dari bulan Dzulqa'dah, bahwa Allah berjanji kepada Nabi Musa 'alahissalam untuk berbicara dengannya selama 30 malam di bulan Dzulqa’dah, ditambah sepuluh malam di awal bulan Dzulhijjah berdasarkan pendapat mayoritas para ahli tafsir. (Tafsir Ibni Katsir II/244). Sebagaimana firman Allah berikut:

"Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Rabbnya empatpuluh malam. Dan berkatalah Musa kepada saudaranya yaitu Harun: 'Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan." (QS. Al-A'raaf: 142)

Allah Ta'ala mengingatkan Bani Israil akan apa yang telah mereka peroleh, yaitu hidayah, berupa firman-Nya langsung kepada Musa dan pemberian Taurat oleh-Nya, yang di dalamnya terdapat beberapa ketentuan dan keterangan mengenai hukum bagi mereka.

Dia telah menjanjikan kepada Musa tiga puluh malam. Para ahli tafsir mengatakan, Musa berpuasa selama tiga puluh malam tersebut. Setelah sampai pada batas waktu yang ditentukan itu, Musa menggosok gigi dengan kulit pohon.

Kemudian Allah menyuruhnya untuk menyempurnakan dengan sepuluh malam hari, sehingga menjadi empat puluh hari. Maksud sepuluh malam itu, terjadi perbedaan pendapat di kalangan ahli tafsir.

Tetapi mayoritas ahli tafsir mengatakan bahwa, "Tiga puluh malam itu adalah bulan Dzulqa'dah, sedangkan yang sepuluh malam adalah bulan Dzulhijjah." Demikian dikatakan oleh Mujahid, Masruq, dan Ibnu Juraij.

Mudah-mudahan Allah menurunkan rahmat dan karunianya sehingga kita dapat mengagungkan bulan ini dengan amal saleh.

Wallahu A'lam

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0939 seconds (0.1#10.140)