Sepupu Nabi SAW Ini Kaya Ilmu dan Harta Serta Cinta Damai

Senin, 09 Agustus 2021 - 05:00 WIB
loading...
Sepupu Nabi SAW Ini Kaya Ilmu dan Harta Serta Cinta Damai
Ilustrasi/Ist
A A A
Abdullah bin Abbas bin Abdul Mutthalib bin Hasyim adalah sepupu Rasulullah SAW . Tak hanya kaya ilmu pengetahuan semata, Ibnu Abbas juga memiliki kekayaan yang lebih besar lagi, yakni etika ilmu serta akhlak para ulama. Dalam kedermawanan dan sifat pemurahnya, ia bagaikan Imam dengan panji-panjinya. Dilimpah-ruahkannya harta bendanya kepada manusia, persis sebagaimana ia melimpah ruahkan ilmunya kepada mereka.



Orang-orang yang sesama dengannya, pernah menceritakan dirinya sebagai berikut:

"Tidak sebuah rumah pun kita temui yang lebih banyak makanan, minuman, buah-buahan, begitupun ilmu pengetahuannya dari rumah Ibnu Abbas."

Di samping itu ia seorang yang berhati suci dan berjiwa bersih, tidak menaruh dendam atau kebencian kepada siapa juga.

Keinginannya yang tak pernah menjadi kenyang, ialah harapannya agar setiap orang, baik yang dikenalnya atau tidak, beroleh kebaikan.

Katanya mengenai dirinya sendiri, Ibnu Abbas mengatakan:

"Setiap aku mengetahui suatu ayat dari kitabullah, aku berharap kiranya semua manusia mengetahui seperti apa yang kuketahui itu. Dan setiap aku mendengar seorang hakim di antara hakim-hakim Islam melaksanakan keadilan dan memutus sesuatu perkara dengan adil, maka aku merasa gembira dan turut mendo'akannya, padahal tak ada hubungan perkara antaraku dengannya.

Dan setiap aku mendengar turunnya hujan yang menimpa bumi Muslimin, aku merasa berbahagia, padahal tidak seekor pun binatang ternakku yang digembalakan di bumi tersebut."

Ibnu Abbas adalah seorang ahli ibadah yang tekun beribadat dan rajin bertaubat, sering bangun di tengah malam dan puasa di waktu siang, dan seolah-olah kedua matanya telah hafal akan jalan yang dilalui oleh air matanya di kedua pipinya, karena seringnya ia menangis, baik di kala ia salat maupun sewaktu membaca Al-Quran.

Dan ketika ia membaca ayat-ayat al-Quran yang memuat berita duka atau ancaman, apalagi mengenai maut dan saat dibangkitkan, maka isaknya bertambah keras dan sedu sedannya menjadi-jadi.



Di samping semua itu, ia juga seorang yang berani, berpikiran sehat dan teguh memegang amanat. Dalam perselisihan yang terjadi antara Ali bin Abu Thalib dan Mu'awiyah, ia mempunyai beberapa pendapat yang menunjukkan tingginya kecerdasan dan banyaknya akal serta siasatnya.

la lebih mementingkan perdamaian dari peperangan, lebih banyak berusaha dengan jalan lemah lembut daripada kekerasan, dan menggunahan pikiran daripada paksaan.

Tatkala Husein radhiallahu anhu bermaksud hendak pergi ke Irak untuk memerangi Ziad dan Yazid, Ibnu Abbas menasehati Husein, memegang tangannya dan berusaha sekuat daya untuk menghalanginya. Dan tatkala ia mendengar kematiannya, ia amat terpukul, dan tidak keluar-keluar rumah karena amat dukanya.

Dan di setiap pertentangan yang timbul antara Muslim dengan Muslim tak ada yang dilakukan oleh Ibnu Abbas, selain mengacungkan bendera perdamaian, berlunak lembut dan melenyapkan kesalah-pahaman.

Benar ia ikut tejun dalam peperangan di pihak Imam Ali terhadap Mu'awiyah, tetapi hal itu dilakukannya, tiada lain hanyalah sebagai tamparan keras yang wajib dilakukan terhadap penggerak perpecahan yang mengancam keutuhan Agama dan kesatuan ummat.

Demikianlah kehidupan Ibnu Abbas, dipenuhi dunianya dengan ilmu dan hikmat, dan disebarkan di antara ummat buah nasehat dan ketaqwaannya. Pada usianya yang 71 tahun ia terpanggil untuk menemui Tuhannya Yang Maha Agung. Maka kota Thaif pun menyaksikan perarakan besar, di mana seorang mukmin diiringkan menuju surganya.

Dan tatkala tubuh kasarnya mendapatkan tempat yang aman dalam kuburnya, angkasa bagai berguncang disebabkan gema janji Allah yang haq:

"Wahai jiwa yang aman tenteram! Kembalilah kamu kepada Tuhanmu dalam keadaan ridla dan diridlai. Maka masuklah ke dalam lingkungan hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surgaku".

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3415 seconds (0.1#10.140)