Cara Mengetahui Waktu Sahur yang Benar, Berikut Fiqihnya

Rabu, 22 April 2020 - 08:05 WIB
loading...
Cara Mengetahui Waktu Sahur yang Benar, Berikut Fiqihnya
Dai yang juga Direktur Quantum Akhyar Institute Ustaz Adi Hidayat mengulas ilmu Fiqih seputar Ramadhan. Foto/Ist
A A A
Dai yang juga Direktur Quantum Akhyar Institute Ustaz Adi Hidayat mengulas ilmu Fiqih seputar Ramadhan dalam kajian online dari kediamannya di Perumahan Pondok Timur Mas, Villa Jaka Setia Bekasi, kemarin.

Kita biasa mengerjakan Sunnah Nabi yaitu makan sahur pada waktu sahar. Ada yang makan terlalu malam agar punya energi lebih. Apabila waktu fajarnya 4.30, imsaknya jam berapa? Pukul 4.30, kalau 4.25 masih boleh makan. Saat adzan itulah waktunya tidak boleh lagi makan.

"Ada yang teriak imsak 5 menit lagi itu masih cukup buat minuk teh manis, nanti saya kasih tahu belum, belum. Cuma kalau makan, minum sampai bablas adzan mesti diluruskan," kata Ustaz Adi Hidayat.

Di Masjid boleh disampaikan pengingat Subuh sebentar lagi tiba. Jadi yang dimaksud Imsak tadi bukan yang biasa kita ketahui. Bab tentang perkataan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, jangan menghentikan makanmu karena adzannya Bilal bin Rabbah radhiyallahu 'anhu.

Ustaz Adi Hidayat menjelaskan, di zaman Nabi SAW ketika hijrah ke Madinah ada dua orang yang ditugaskan untuk adzan yaitu Bilal bin Rabbah dan Abdullah bin Abi Ummi Makhtum radhiyallahu 'anhuma. Beliau pandangannya ditutup oleh Allah ta'ala agar tidak melihat maksiat. Abdullah berusaha meningkatkan ibadah kepada Allah hingga dikenal sebagai ahli masjid. Masjid zaman Nabi tidak memiliki atap seperti masjid sekarang.

Beliau pernah meminta keringanan agar tidak ke masjid karena jaraknya jauh saat Subuh tidak ada yang membimbing, maka Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Apakah kamu mendengar adzan? Iya. Maka tetaplah hadir".

Ke Masjid baru datang saja dapat pahala 25 derajat. Maka beliau berusaha tetap ke masjid. Maka saat itu Nabi menetapkan adzan 2 kali, Yang pertama sahabat Bilal sebelum masuk waktu subuh, yang kedua Abdullah bin Abi Ummi Makhtum.

Banyak yang keliru karena baca hadisnya hanya sebagian sehingga sudah adzan masih makan. Antara jeda itu apa yang terjadi? Bilal bin Rabbah radhiyallaahu 'anhu ketika bulan Ramadhan biasa adzan sebelum masuk waktu Subuh, maka teruskan makannya sampai nanti Abdullah bin Abi Ummi Makthum radhiyallahu 'anhu.

Lalu apa yang dilakukan di antara jeda itu? Di Madinah diabadikan adzannya 2 kali, adzan pertama peringatan mau masuk waktu subuh. "Kalau kita ingin ikuti Sunnah Nabi pelajari dulu dan beri tahu masyarakat," terang Dai yang pernah menuntut ilmu ke Tripoli Libya itu.

Antara adzan pertama dan kedua berapa jaraknya dan apa yang dikerjakan? Hadisnya dari sahabat yang pernah diadopsi Nabi SAW yaitu Zaid bin Tsabit radhiyallaahu 'anhu. "Kami sahur bersama Nabi muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sampai kami salat. Kemudian beliau bertanya kepada Zaid bin Tsabit saat engkau sahur bersama Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam? Jaraknya 50 ayat Al-Qur'an dibaca dengan tartil. Bisa kita tarik kesimpulan 15 menit sebelum Subuh diingatkan".

"Saya senang di kampung-kampung banyak Sunnah Nabi dihidupkan. Para Kiyai di kampung sudah banyak sanadnya. Kepada yang awam jangan diberikan banyak teori nanti pusing. Jadi untuk puasa Ramadhan tidak bisa sembarangan, ada aturan yang mesti dipahami," jelas Ustaz Adi Hidayat.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

"Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga." (HR At-Thabrani)

Kita mesti mengetahui waktunya dari waktu Fajar sampai Maghrib. Kalau belum masuk fajar masih boleh makan. Imsak itu menahan, kecuali kalau istilah orang Indonesia mengingatkan. Bagus saling mengingatkan apalagi dengan adanya jadwal puasa.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2213 seconds (0.1#10.140)