Begini Gambaran Kehidupan di Zaman Rasulullah yang Jarang Diketahui

Jum'at, 22 Oktober 2021 - 19:24 WIB
loading...
Begini Gambaran Kehidupan di Zaman Rasulullah yang Jarang Diketahui
Gambaran kehidupan di zaman Nabi sangat bertolak belakang dengan kehidupan kita sekarang yang serba enak dilengkapi berbagai fasilitas dan teknologi. Foto/dok SINDOnews
A A A
Ustaz Ahmad Sarwat Lc MA
Pengasuh Rumah Fiqih Indonesia,
Lulusan Universitas Islam Imam Muhammad Ibnu Suud LIPIA,
Jurusan Perbandingan Mazhab

Semua kita yang merayakan hari lahir Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pastilah dilatar-belakangi rasa cinta kepada Beliau. Padahal cinta itu perlu diuji dan dibuktikan, setidaknya kita kenal lebih dalam kepada yang kita cintai. Agar cinta kita bukan cinta buta atau cinta palsu.

Masalahnya, banyak sisi kehidupan Rasulullah yang asing dan aneh buat kita. Bukan apa-apa, perbedaan timeline antara masa beliau dengan masa kita ini terpaut 14 abad lebih.

Terlalu banyak sisi kehidupan nyata yang berbeda. Seperti apa kehidupannya? Berikut rangkumannya:

1. Makanan
Mereka tidak makan nasi seperti kita, tapi makan roti atau kurma. Buat perut kita, roti atau kurma itu cemilan, bukan makanan pokok. Habis ngembat roti, masih kepikiran nasi uduk. Kurma hanya kita makan di bulan Ramadhan pas buka puasa. Paling banyak tiga butir, jelas tidak kenyang. Sekedar geli-geliin perut doang sih.

2. Pakaian
Mekkah Madinah itu hitungannya sudah di wilayah subtropis. Ada musim panas dan musim dingin. Pakaian musim panas pasti beda dengan pakaian musim dingin. Kalau kita jelas tidak kenal kedua musim itu. Kalau ada musim-musiman di kita, adanya musim duren, musim rambutan atau paling jauh musim kawin.

3. Rumah
Rumah orang di masa kenabian itu masih amat sederhana. Kebanyakan beralaskan tanah, masuk rumah tetap pakai sendal. Kamar-kamar di dalam rumah itu biasanya tidak ada pintu dan kunci dari dalam. Paling jauh hanya dihamparkan satir saja.Maka jangan heran kalau sampai turun ayat yang mengatur waktu untuk masuk kamar.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِيَسْتَأْذِنْكُمُ الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ وَالَّذِينَ لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُمَ مِنْكُمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ۚ مِنْ قَبْلِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ مِنَ الظَّهِيرَةِ وَمِنْ بَعْدِ صَلَاةِ الْعِشَاءِ ۚ ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَكُمْ

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balihg di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga aurat bagi kamu." (QS. An-Nur: 58)

Kalau kita zaman sekarang pasti mikir, kenapa ada tiga waktu terlarang? Kenapa pintu kamar tidak dikunci saja? Jawabannya karena di masa itu kamar tidak ada pintunya, apalagi kunci.

4. WC
Yang pasti rumah di masa itu tidak ada WC nya. Jadi kalau kebelet, kudu keluar rumah dan pemukiman ke gurun pasir untuk buang hajat. Dan tidak ada kamusnya cebok pakai air. Di gurun mana ada air. Masih mending di kampung Mbah Kakung, buang hajat di kali dan air kali sekalian buat wijik.

Kalau di gurun gersang kayak gitu, mau nggak mau ceboknya pakai tiga buah batu. Seingat saya, seumur-umur belum pernah ngalamin cebok pakai batu. Rasanya kok aneh saja.

Jangan bicara listrik di masa itu. Untuk penerangan di malam hari, ada lampu minyak. Bayangkan saja lampu wasiatnya Aladin. Kita sih nyebutnya lampu teplok alias pelita.

Begitu matahari terbenam, ya sudah semua orang masuk rumah. Lepas shalat Isya' semua penduduk Madinah pun terlelap. Tidak ada kehidupan malam. Dan Nabi sendiri pun terbiasa tidur lepas shalat Isya'.

5. Kamar Mandi
Kalau untuk mandi tidak di gurun pasir, tapi di rumah masing-masing. Ada kamar mandi tapi tidak ada closetnya. Dan karena tidak setiap rumah punya sumur, maka pakai air itu hemat sekali. Maka gaya mandinya tidak jebur-jebur macam kita. Dan tidak harus mandi tiap hari pagi dan sore.

Kalau Nabi mandi, airnya hanya satu sha' alias 3,5 liter. Kalau wudhu' beliau hanya butuh satu mud, kira-kira 0,7-0,8 liter. Hermat air banget, karena tidak setiap rumah punya sumber air.

6. Masjid
Masjid Nabawi tidak ada atapnya, kecuali di bagian yang sempit memang diberi atap, tapi itu pun hanya dari daun kering. Sinar matahari pun tembus juga.Untungnya Madinah tidak kenal musim hujan kayak di kita. Kalau hujan kayak di kita, bisa jadi kolam.

Interiornya dinding kasar tanpa lukisan kaligrafi dengan ornamen bunga. Jelas tidak ada kubah apalagi tiang menara menjulang. Speaker TOA?

Ya nggak ada lah. Jadi adzan itu hanya terdengar sejauh suara Bilal apa adanya. Seberapa jauh sih lengkingan suara manusia. Lantainya pun sama juga dengan rumah mereka, hanya tanah dan pasir. Sehingga ketika ada orang dusun kencing di tengah masjid, cukup disiram seember air, semua langsung menyerap ke tanah.

Pemandangan setiap shalat lima waktu dilaksanakan, semua jamaahnya tetap pakai alas kaki. Tidak ada tempat penitipan sendal. Dan pemegang rekor sebagai masjid yang belum pernah terjadi kasus kehilangan sendal. Oh ya, Masjid Nabawi sejak zaman dulu bahkan hingga kini tidak pernah ada kotak amal ya. Catat itu.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1685 seconds (0.1#10.140)