Qithfir bin Rawhib Suami Zulaikha dan Kisah Cinta Nabi Yusuf
loading...
A
A
A
Suami Zulaikha sebelum dinikahi Nabi Yusuf adalah Qithfir bin Rawhib. Dia salah seorang pembesar Mesir. Dalam kisah lain ia bernama Ra’il binti Ra’ayil (Ra’el binti Ra’ael). Nama ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir Ath Thabari dan Ibnu Abi Hatim dari Muhammad bin Ishaq.
Sedangkan kebanyakan ulama yang berhati-hati lebih suka menyebutnya seperti yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an yaitu Imra’atul Aziz.
Hanya saja, Al-Quran tidak menyebut soal pernikahan Nabi Yusuf ataupun sosok perempuan yang menjadi istrinya. Bahkan, hadits Nabi Muhammad SAW juga tidak mengungkapkannya.
Penolakan Yusuf
Al-Quran menyampaikan bagaimana Zulaikha jatuh cinta kepada Nabi Yusuf dan mengajaknya selingkuh. Namun Nabi Yusuf menolak.
Mendengar penolakan dari Yusuf, Zulaikha langsung bangun dari tempatnya mengejar Yusuf dan menarik bajunya dari belakang hingga sobek.
Hal ini sebagaimana yang diabadikan oleh Allah dalam QS Yusuf ayat: 23-24 .
“Dan Wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini”. Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh telah mempelakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang zalim tiada akan beruntung.( QS Yusuf : 23 ).
Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini, bahwa Allah SWT menceritakan perihal istri Aziz (Qitfir) yang Yusuf tinggal di dalam rumahnya di Mesir.
Suaminya telah berpesan kepadanya agar memperlakukan dan melayani Yusuf dengan baik. Maka pada suatu hari, istri Aziz merayu Yusuf, yakni menggodanya untuk melakukan perbuatan mesum.
Istri Aziz sangat cinta kepada Yusuf karena telah menjadi seorang laki-laki yang sangat tampan dan berwibawa. Hal inilah yang mendorongnya untuk mempercantik dirinya buat Yusuf, lalu ia menutup semua pintu rumah yang Yusuf ada di dalamnya.
Kemudian ia mengajak Yusuf untuk berbuat mesum. Dan ia berkata, “Marilah ke sini.” Yusuf menolak ajakan itu dengan tolakan yang keras, dan ia mengatakan: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.”
Dalam penjelasannya, bahwa mereka menyebut kata Rabb untuk tuan dan orang besar di kalangan mereka. Dengan kata lain, maksudnya adalah sesungguhnya suamimu adalah tuanku, dia telah memperlakukan diriku dengan perlakuan yang baik dan menempatkan diriku pada kedudukan yang baik, maka aku tidak akan membalas kebaikan ini dengan melakukan perbuatan keji (zina) terhadap istrinya’.
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Rabbnya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” ( QS Yusuf: 24 ).
Dalam penjelasannya, sebenarnya dalam hati Yusuf terbesit untuk melakukannya, karena Yusuf secara manusiawi juga senang kepada Zulaikha dan Zulaikha juga suka sama Yusuf.
Mereka berdua saling suka. Akan tetapi, Yusuf ketika itu melihat larangan Allah dengan perantara ayahnya (Ya’qub). Sang ayah melambai-lambaikan tangan kepada Yusuf seolah-olah melarang Yusuf untuk melakukan perbuatan keji tersebut.
Qithfir Meninggal Dunia
Ulama sejarah, Muhammad bin Ishaq memberi penjelasan dengan kemungkinan besar menukil perkataan seorang Ahli Kitab seperti yang dilakukan Ibn al-Qayyim dalam menjelaskan istri Nabi Yusuf.
Ibn Ishaq memaparkan, Ahli Kitab itu menyampaikan bahwa ketika Nabi Yusuf memutuskan untuk meninggalkan godaan yang tidak bermoral dan lebih memilih penjara, Allah SWT kemudian membuat Nabi Yusuf berada dalam penjara yang ketat.
Hal itu justru untuk melindungi Nabi Yusuf, menguak kebenaran tentang dirinya, dan supaya bisa menikah dengan perempuan tersayang.
Ibn al-Qayyim memberi tanggapan atas penjelasan tersebut. Menurutnya, apa yang disebutkan itu tidak berarti cerita itu benar dan dia menilai cerita tersebut berasal dari Ahli Kitab. Sebab, Rasulullah SAW memerintahkan untuk tidak mempercayai dan tidak menyangkal Ahli Kitab. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Jangan percayai Ahli Kitab dan jangan menampiknya juga. Katakan saja, 'Kami beriman kepada Allah SWT dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad SAW)". (HR Bukhari dari jalur Abu Hurairah)
Selanjutnya, Muhammad bin Ishaq menjelaskan, Nabi Yusuf menikahi perempuan bernama Rahel setelah bebas dari penjara.
Lalu Nabi Yusuf meminta kepada Raja Rayyan bin Al-Walid agar dirinya menjadi penjaga harta dan benda negeri Mesir saat itu. Hal ini sebagaimana Surat Yusuf ayat 55 :
"Dia (Yusuf) berkata, 'Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir), karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan."
Raja Rayyan pun memenuhi Nabi Yusuf dan menyingkirkan posisi Qithfir. Hal ini sebagaimana dalam Surat Yusuf ayat 56 :
"Demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik."
Beberapa hari kemudian, Qithfir meninggal dunia. Lalu Raja Rayyan menikahkan Nabi Yusuf dengan istri Qithfir, Zulaikha.
Muhammad bin Ishak menjelaskan, dari pernikahan tersebut, lahirlah Afraim (Efraim) bin Yusuf, dan Misya (Manasye) bin Yusuf.
Sedangkan kebanyakan ulama yang berhati-hati lebih suka menyebutnya seperti yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an yaitu Imra’atul Aziz.
Hanya saja, Al-Quran tidak menyebut soal pernikahan Nabi Yusuf ataupun sosok perempuan yang menjadi istrinya. Bahkan, hadits Nabi Muhammad SAW juga tidak mengungkapkannya.
Penolakan Yusuf
Al-Quran menyampaikan bagaimana Zulaikha jatuh cinta kepada Nabi Yusuf dan mengajaknya selingkuh. Namun Nabi Yusuf menolak.
Mendengar penolakan dari Yusuf, Zulaikha langsung bangun dari tempatnya mengejar Yusuf dan menarik bajunya dari belakang hingga sobek.
Hal ini sebagaimana yang diabadikan oleh Allah dalam QS Yusuf ayat: 23-24 .
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
“Dan Wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini”. Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh telah mempelakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang zalim tiada akan beruntung.( QS Yusuf : 23 ).
Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini, bahwa Allah SWT menceritakan perihal istri Aziz (Qitfir) yang Yusuf tinggal di dalam rumahnya di Mesir.
Suaminya telah berpesan kepadanya agar memperlakukan dan melayani Yusuf dengan baik. Maka pada suatu hari, istri Aziz merayu Yusuf, yakni menggodanya untuk melakukan perbuatan mesum.
Istri Aziz sangat cinta kepada Yusuf karena telah menjadi seorang laki-laki yang sangat tampan dan berwibawa. Hal inilah yang mendorongnya untuk mempercantik dirinya buat Yusuf, lalu ia menutup semua pintu rumah yang Yusuf ada di dalamnya.
Kemudian ia mengajak Yusuf untuk berbuat mesum. Dan ia berkata, “Marilah ke sini.” Yusuf menolak ajakan itu dengan tolakan yang keras, dan ia mengatakan: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.”
Dalam penjelasannya, bahwa mereka menyebut kata Rabb untuk tuan dan orang besar di kalangan mereka. Dengan kata lain, maksudnya adalah sesungguhnya suamimu adalah tuanku, dia telah memperlakukan diriku dengan perlakuan yang baik dan menempatkan diriku pada kedudukan yang baik, maka aku tidak akan membalas kebaikan ini dengan melakukan perbuatan keji (zina) terhadap istrinya’.
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Rabbnya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” ( QS Yusuf: 24 ).
Dalam penjelasannya, sebenarnya dalam hati Yusuf terbesit untuk melakukannya, karena Yusuf secara manusiawi juga senang kepada Zulaikha dan Zulaikha juga suka sama Yusuf.
Mereka berdua saling suka. Akan tetapi, Yusuf ketika itu melihat larangan Allah dengan perantara ayahnya (Ya’qub). Sang ayah melambai-lambaikan tangan kepada Yusuf seolah-olah melarang Yusuf untuk melakukan perbuatan keji tersebut.
Qithfir Meninggal Dunia
Ulama sejarah, Muhammad bin Ishaq memberi penjelasan dengan kemungkinan besar menukil perkataan seorang Ahli Kitab seperti yang dilakukan Ibn al-Qayyim dalam menjelaskan istri Nabi Yusuf.
Ibn Ishaq memaparkan, Ahli Kitab itu menyampaikan bahwa ketika Nabi Yusuf memutuskan untuk meninggalkan godaan yang tidak bermoral dan lebih memilih penjara, Allah SWT kemudian membuat Nabi Yusuf berada dalam penjara yang ketat.
Hal itu justru untuk melindungi Nabi Yusuf, menguak kebenaran tentang dirinya, dan supaya bisa menikah dengan perempuan tersayang.
Ibn al-Qayyim memberi tanggapan atas penjelasan tersebut. Menurutnya, apa yang disebutkan itu tidak berarti cerita itu benar dan dia menilai cerita tersebut berasal dari Ahli Kitab. Sebab, Rasulullah SAW memerintahkan untuk tidak mempercayai dan tidak menyangkal Ahli Kitab. Nabi Muhammad SAW bersabda:
لا تصدّقوا أهل الكتاب ولا تكذّبوهم، وقولوا: آمنّا بالله وما أَنزل إلينا وما أُنزل
"Jangan percayai Ahli Kitab dan jangan menampiknya juga. Katakan saja, 'Kami beriman kepada Allah SWT dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad SAW)". (HR Bukhari dari jalur Abu Hurairah)
Selanjutnya, Muhammad bin Ishaq menjelaskan, Nabi Yusuf menikahi perempuan bernama Rahel setelah bebas dari penjara.
Lalu Nabi Yusuf meminta kepada Raja Rayyan bin Al-Walid agar dirinya menjadi penjaga harta dan benda negeri Mesir saat itu. Hal ini sebagaimana Surat Yusuf ayat 55 :
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَىٰ خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ
"Dia (Yusuf) berkata, 'Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir), karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan."
Raja Rayyan pun memenuhi Nabi Yusuf dan menyingkirkan posisi Qithfir. Hal ini sebagaimana dalam Surat Yusuf ayat 56 :
وَكَذلِكَ مَكَّنّا لِيوسُفَ فِي الأَرضِ يَتَبَوَّأُ مِنها حَيثُ يَشاءُ نُصيبُ بِرَحمَتِنا مَن نَشاءُ وَلا نُضيعُ أَجرَ المُحسِنينَ
"Demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik."
Beberapa hari kemudian, Qithfir meninggal dunia. Lalu Raja Rayyan menikahkan Nabi Yusuf dengan istri Qithfir, Zulaikha.
Muhammad bin Ishak menjelaskan, dari pernikahan tersebut, lahirlah Afraim (Efraim) bin Yusuf, dan Misya (Manasye) bin Yusuf.
(mhy)