Kisah Nebukadnezar Bantai 70.000 Orang untuk Hentikan Didihan Darah Nabi Yahya
loading...
A
A
A
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Qashash Al-Anbiya" mengutip sejumlah riwayat memaparkan tentang pembunuhan Nabi Yahya as . Putra Nabi Zakariya ini dipenggal lehernya oleh raja di Damaskus. Belakangan kepala Nabi Yahya ditemukan di era Nabi Isa as .
Diriwayatkan, darah Nabi Yahya mendidih dan agar berhenti mendidih, Nebukadnezar membunuh ribuan rakyat tak berdosa. Upaya ini gagal sampai kemudian Nabi Yeremia berdiri di atasnya dan berkata, "Wahai darah, kamu telah menghilangkan begitu banyak nyawa Bani Israil, maka berhentilah kamu dengan seizin Allah.”
Abu Ubaid Al-Qasim bin Sallam meriwayatkan, dari Abdullah bin Saleh, dari Al-Laits, dari Yahya bin Said, dari Said bin Musayib, ia berkata, ketika Nebukadnezar datang ke Damaskus, ia menemukan darah Yahya bin Zakaria yang mendidih, lalu ia bertanya tentang darah tersebut.
Setelah diberitahukan, lalu ia membunuh masyarakat sekitar untuk meredam didihan darah Yahya, dan setelah 70.000 orang yang dibunuh barulah darah itu berhenti mendidih.
Ibnu Katsir menjelaskan, isnad riwayat ini shahih sampai Said bin Musayib. Itu menunjukkan bahwa Yahya terbunuh di Damaskus, dan kisah Nebukadnezar itu bermula setelah zaman Isa, sebagaimana dikatakan oleh Atha' dan Hasan Basri. Wallahu a'lam.
Kepala Nabi Yahya
Al-Hafizh Ibnu Asakir meriwayatkan, dari Walid bin Muslim, dari Zaid bin Waqid, ia berkata, “Aku melihat kepala Yahya bin Zakaria ketika Bani Israil membangun masjid di Damaskus. Kepala itu dikeluarkan dari salah satu sudut kiblat di sisi mihrab, di sebelah timur. Kepala itu masih lengkap kulit dan rambutnya, sama sekali tidak berubah."
Pada riwayat lain disebutkan, seakan-akan ia baru saja terbunuh sesaat yang lalu.
Dan diriwayatkan pula, bahwa kepala itu ditemukan di bawah salah satu tiang yang dikenal dengan sebutan Tiang Sakasikah. Wallahu a'lam.
Rujuk setelah Talak Tiga
Dalam Kitab “Al-mustaqsha fii fadhail Al-Aqsha” Al-Hafizh Ibnu Asakir meriwayatkan, dari Abbas bin Shubh, dari Marwan, dari Said bin Abdil Aziz, dari Qusaim maula Muawiyah, ia berkata:
Ketika itu, Raja Damaskus, Haddad bin Haddad telah menikahkan putranya dengan anak perempuan saudaranya, Azil Ratu Shaida. Salah satu kepemilikannya adalah pasar raja-raja yang ada di Damaskus, pasar yang memproduksi emas dan menjual budak-budak belian.
Saat itu anak raja Damaskus telah bersumpah menceraikan istrinya sebanyak tiga kali. Namun setelah itu ia ingin merujuknya kembali, maka ia meminta pendapat kepada Yahya bin Zakaria.
Lalu Yahya berkata, “Kamu tidak boleh menikahi wanita itu hingga ia menikah dengan lelaki lain dan diceraikan.”
Ternyata mantan istri anak raja Damaskus itu tidak mau menerima saran dari Yahya. Ia sangat kesal dengan jawaban tersebut, karena ia masih mencintai mantan suaminya. Maka wanita itu meminta kepada raja untuk memenggal kepada Yahya bin Zakaria, dengan petunjuk dari ibunya.
Pada awalnya raja menolak permintaan itu, namun pada akhirnya ia menyetujuinya. Maka diutuslah sejumlah pasukan untuk membunuh Yahya yang ketika itu tengah melakukan sholat di Masjid Jairon.
Setelah dibunuh, lalu kepala Yahya diserahkan kepada wanita tersebut. Tiba-tiba kepala Yahya yang tidak berbadan itu berkata, “Kamu tidak boleh menikah dengannya kecuali kamu telah menikah dengan lelaki yang lain dan diceraikan.”
Wanita itu pun terkejut mendengarnya. Lalu ia mengambil sebuah keranjang dan meletakkan kepala Yahya ke dalamnya dan membawa keranjang kepada ibunya. Dan lagi-lagi kepala itu berkata seperti tadi.
Setelah keranjang itu diserahkan kepada ibunya, tiba-tiba wanita itu tenggelam ke dalam bumi hingga kakinya, lalu naik lagi ke atas pinggangnya, hingga ibunya itu berteriak-teriak tidak keruan.
Para pelayannya pun berteriak-teriak dan memukul-mukul wajah mereka sendiri.
Kemudian wanita itu tenggelam lagi hingga sampai ke atas pundaknya. Lalu ibunya memerintahkan pelayan laki-lakinya untuk mengambil pedang dan menebas leher putrinya sendiri agar ia tidak kehilangan semuanya.
Lalu pelayan itu pun melaksanakannya. Setelah itu tubuh wanita tersebut tertelan seluruhnya ke dalam bumi, hanya tinggal kepalanya saja.
Sementara itu, darah Yahya masih saja mengalir dan bergolak hingga kedatangan Nebukadnezar ke negeri itu, lalu ia membunuh 75.000 orang untuk meredam didihannya."
Said bin Abdul Aziz mengatakan, itu adalah darah dari semua Nabi Bani Israil yang pernah dibunuh, meskipun Nebukadnezar telah membunuh orang sebanyak itu untuk meredam didihannya, darah itu tetap saja masih mendidih.
Hingga akhirnya Yeremia berdiri di atasnya dan berkata, "Wahai darah, kamu telah menghilangkan begitu banyak nyawa Bani Israil, maka berhentilah kamu dengan seizin Allah.”
Lalu darah itu pun terdiam dan tidak lagi mendidih. Kemudian Nebukadnezar menghentikan pembunuhan. Setelah itu banyak sekali penduduk Damaskus yang melarikan ke Baitul Maqdis, lalu dikejar oleh Nebukadnezar.
Di Baitul Maqdis Nebukadnezar membunuhi lagi masyarakat di sana, hingga tidak terhitung jumlahnya. Lalu ia menawan sejumlah tawanan dan kemudian kembali lagi ke Damaskus.
Menurut Wikipedia, dalam masa pemerintahannya, Nebukadnezar sempat mengalami kegilaan dan hidup seperti hewan selama 7 tahun.
Pada tahun 562 SM, Nebukadnezar meninggal di Babilon pada tahun ke-43 pemerintahannya. Setelah terserang wabah nyamuk akhirnya Nebukadnezar meninggal, tahtanya diteruskan oleh putranya, Ewil-Merodakh.
Diriwayatkan, darah Nabi Yahya mendidih dan agar berhenti mendidih, Nebukadnezar membunuh ribuan rakyat tak berdosa. Upaya ini gagal sampai kemudian Nabi Yeremia berdiri di atasnya dan berkata, "Wahai darah, kamu telah menghilangkan begitu banyak nyawa Bani Israil, maka berhentilah kamu dengan seizin Allah.”
Abu Ubaid Al-Qasim bin Sallam meriwayatkan, dari Abdullah bin Saleh, dari Al-Laits, dari Yahya bin Said, dari Said bin Musayib, ia berkata, ketika Nebukadnezar datang ke Damaskus, ia menemukan darah Yahya bin Zakaria yang mendidih, lalu ia bertanya tentang darah tersebut.
Setelah diberitahukan, lalu ia membunuh masyarakat sekitar untuk meredam didihan darah Yahya, dan setelah 70.000 orang yang dibunuh barulah darah itu berhenti mendidih.
Ibnu Katsir menjelaskan, isnad riwayat ini shahih sampai Said bin Musayib. Itu menunjukkan bahwa Yahya terbunuh di Damaskus, dan kisah Nebukadnezar itu bermula setelah zaman Isa, sebagaimana dikatakan oleh Atha' dan Hasan Basri. Wallahu a'lam.
Kepala Nabi Yahya
Al-Hafizh Ibnu Asakir meriwayatkan, dari Walid bin Muslim, dari Zaid bin Waqid, ia berkata, “Aku melihat kepala Yahya bin Zakaria ketika Bani Israil membangun masjid di Damaskus. Kepala itu dikeluarkan dari salah satu sudut kiblat di sisi mihrab, di sebelah timur. Kepala itu masih lengkap kulit dan rambutnya, sama sekali tidak berubah."
Pada riwayat lain disebutkan, seakan-akan ia baru saja terbunuh sesaat yang lalu.
Dan diriwayatkan pula, bahwa kepala itu ditemukan di bawah salah satu tiang yang dikenal dengan sebutan Tiang Sakasikah. Wallahu a'lam.
Rujuk setelah Talak Tiga
Dalam Kitab “Al-mustaqsha fii fadhail Al-Aqsha” Al-Hafizh Ibnu Asakir meriwayatkan, dari Abbas bin Shubh, dari Marwan, dari Said bin Abdil Aziz, dari Qusaim maula Muawiyah, ia berkata:
Ketika itu, Raja Damaskus, Haddad bin Haddad telah menikahkan putranya dengan anak perempuan saudaranya, Azil Ratu Shaida. Salah satu kepemilikannya adalah pasar raja-raja yang ada di Damaskus, pasar yang memproduksi emas dan menjual budak-budak belian.
Saat itu anak raja Damaskus telah bersumpah menceraikan istrinya sebanyak tiga kali. Namun setelah itu ia ingin merujuknya kembali, maka ia meminta pendapat kepada Yahya bin Zakaria.
Lalu Yahya berkata, “Kamu tidak boleh menikahi wanita itu hingga ia menikah dengan lelaki lain dan diceraikan.”
Ternyata mantan istri anak raja Damaskus itu tidak mau menerima saran dari Yahya. Ia sangat kesal dengan jawaban tersebut, karena ia masih mencintai mantan suaminya. Maka wanita itu meminta kepada raja untuk memenggal kepada Yahya bin Zakaria, dengan petunjuk dari ibunya.
Pada awalnya raja menolak permintaan itu, namun pada akhirnya ia menyetujuinya. Maka diutuslah sejumlah pasukan untuk membunuh Yahya yang ketika itu tengah melakukan sholat di Masjid Jairon.
Setelah dibunuh, lalu kepala Yahya diserahkan kepada wanita tersebut. Tiba-tiba kepala Yahya yang tidak berbadan itu berkata, “Kamu tidak boleh menikah dengannya kecuali kamu telah menikah dengan lelaki yang lain dan diceraikan.”
Wanita itu pun terkejut mendengarnya. Lalu ia mengambil sebuah keranjang dan meletakkan kepala Yahya ke dalamnya dan membawa keranjang kepada ibunya. Dan lagi-lagi kepala itu berkata seperti tadi.
Setelah keranjang itu diserahkan kepada ibunya, tiba-tiba wanita itu tenggelam ke dalam bumi hingga kakinya, lalu naik lagi ke atas pinggangnya, hingga ibunya itu berteriak-teriak tidak keruan.
Para pelayannya pun berteriak-teriak dan memukul-mukul wajah mereka sendiri.
Kemudian wanita itu tenggelam lagi hingga sampai ke atas pundaknya. Lalu ibunya memerintahkan pelayan laki-lakinya untuk mengambil pedang dan menebas leher putrinya sendiri agar ia tidak kehilangan semuanya.
Lalu pelayan itu pun melaksanakannya. Setelah itu tubuh wanita tersebut tertelan seluruhnya ke dalam bumi, hanya tinggal kepalanya saja.
Sementara itu, darah Yahya masih saja mengalir dan bergolak hingga kedatangan Nebukadnezar ke negeri itu, lalu ia membunuh 75.000 orang untuk meredam didihannya."
Said bin Abdul Aziz mengatakan, itu adalah darah dari semua Nabi Bani Israil yang pernah dibunuh, meskipun Nebukadnezar telah membunuh orang sebanyak itu untuk meredam didihannya, darah itu tetap saja masih mendidih.
Hingga akhirnya Yeremia berdiri di atasnya dan berkata, "Wahai darah, kamu telah menghilangkan begitu banyak nyawa Bani Israil, maka berhentilah kamu dengan seizin Allah.”
Lalu darah itu pun terdiam dan tidak lagi mendidih. Kemudian Nebukadnezar menghentikan pembunuhan. Setelah itu banyak sekali penduduk Damaskus yang melarikan ke Baitul Maqdis, lalu dikejar oleh Nebukadnezar.
Di Baitul Maqdis Nebukadnezar membunuhi lagi masyarakat di sana, hingga tidak terhitung jumlahnya. Lalu ia menawan sejumlah tawanan dan kemudian kembali lagi ke Damaskus.
Menurut Wikipedia, dalam masa pemerintahannya, Nebukadnezar sempat mengalami kegilaan dan hidup seperti hewan selama 7 tahun.
Pada tahun 562 SM, Nebukadnezar meninggal di Babilon pada tahun ke-43 pemerintahannya. Setelah terserang wabah nyamuk akhirnya Nebukadnezar meninggal, tahtanya diteruskan oleh putranya, Ewil-Merodakh.
(mhy)