Begini Sholat Rasulullah SAW sebelum Isra dan Mikraj

Rabu, 22 Desember 2021 - 05:15 WIB
loading...
Begini Sholat Rasulullah SAW sebelum Isra dan Mikraj
Nabi Muhammad SAW mendirikan sholat sebelum ibadah ini diwajibkan. (Foto/Ilustrasi: Ist)
A A A
Perintah sholat lima kali sehari sebagai kewajiban diperoleh Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT langsung pada saat beliau di -Isra dan Mikraj -kan. Lalu, bagaimana sholat Nabi sebelum perintah itu diperoleh?



Ibnu Hajar dalam kitab “Fathul Bari” mengatakan bawah sesungguhnya kapan kewajiban sholat itu dimulai banyak menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan ulama. "Ada yang menyebutkan, sholat sudah dikerjakan Nabi Muhammad SAW sejak beliau diangkat menjadi rasul," tuturnya.

Pada awal kerasulannya, ada yang mengatakan, beliau biasa melakukan sholat dua rakaat pada waktu pagi dan petang. Namun, yang jelas dalam masalah sholat lima waktu, kata Ibnu Hajar, para ulama tidak berbeda pendapat bahwa sholat lima waktu itu diwajibkan Allah kepada beliau dan umatnya yaitu pada malam kejadian di-isra' dan mikraj-kannya Nabi Muhammad SAW.

Adapun perkataan ' Aisyah ra yang menyatakan bahwa Khadijah wafat sebelum diwajibkannya sholat (sedangkan disebutkan bahwa Nabi melakukan sholat wajib bersama Khadijah). Menurut pendapat yang kuat (mu'tamad) menyatakan bahwa sholatnya tersebut adalah sholat sebelum diwajibkannya sholat lima waktu.

Jadi, yang dimaksudkan oleh Aisyah dengan perkataannya bahwa Khadijah wafat sebelum difardhukan sholat adalah sebelum difardhukan sholat lima waktu. Maka, tidaklah ada pertentangan di antara kedua pendapat itu. "Benar memang bahwa Khadijah wafat sebelum peristiwa isra' dan mikraj," demikian penjelasan Imam Ibnu Hajar.

Yahya Ibnu Salam juga berpendapat semua keterangan mengenai wajib sholat dalam Al-Quran Al-Karim yang turun sebelum terjadinya peritiwa di-isra' dan mikraj-kan Nabi Muhammad SAW, bukanlah sholat lima waktu. Sholat lima waktu itu baru diwajibkan pada malam Nabi Muhammad SAW di-isra' dan mikraj-kan. Hal itu terjadi setahun sebelum hijrahnya ke Madinah.

Al-lmam Qadhi berkata, “Tidak dinafikkan (diingkari) bahwa Khadijah mendirikan sholat bersama Rasulullah SAW setelah sholat diwajibkan. Tidak ada perbedaan pendapat bahwa Khadijah meninggal sebelum hijrahnya Rasulullah SAW dan bahwa sholat lima waktu diwajibkan pada malam kejadian isra' mikraj-nya Rasulullah SAW."

Ibnu Dahiyah menegaskan bahwa yang dimaksud sholatnya Khadijah bersama Rasulullah SAW adalah sholat yang dikerjakan Rasulullah SAW sejak diangkat menjadi rasul, yaitu sebanyak dua rakaat pada waktu pagi (Subuh) dan dua rakaat pada waktu petang (Ashar). Sedangkan, sholat lima waktu diwajibkan pada malam isra mi'raj, yakni setelah wafatnya Khadijah.”



Surat Ad-Dhuha
Dalam keterangan buku "Sejarah Hidup Muhammad" karya Muhammad Husein Haikal , disebutkan kisah awal Nabi Muhammad SAW menerima wahyu di Gua Hira hingga turun wahyu surat Ad-Dhuha. Ketika itu, Nabi Muhammad sedang menantikan bimbingan wahyu dalam menghadapi masalahnya yang berat. Namun, wahyu itu sekarang terputus. Jibril pun tidak datang lagi kepadanya.

Tempat di sekitarnya jadi sunyi dan bisu. Beliau merasa terasing dari orang lain dan dirinya. Beliau kembali merasa dalam ketakutan seperti ketika mendapatkan wahyu yang pertama. Konon, Khadijah pernah mengatakan kepadanya, “Mungkin Tuhan sedang tidak menyukai engkau."

Ketika Nabi SAW sedang dalam kekhawatiran tersebut—sesudah sekian lama wahyu terhenti—tiba-tiba datang wahyu:

“Demi waktu matahari sepenggalah naik. Dan demi malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tiada meninggikan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan. Dan kelak pasti Tuhanmu memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.

Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta maka janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)” (QS Ad-Dhuha: 1-11)



Mahamulia Allah. Betapa damainya dalam jiwa. Betapa gembiranya dalam hati. Rasa cemas dan takut dalam diri Nabi Muhammad semuanya hilang sudah. Terbayang senyum di wajahnya. Bibirnya pun mengucapkan kata-kata syukur, suci, dan penuh khidmat.

Tidak lagi Khadijah merasa takut dan gelisah bahwa Tuhan sudah tidak menyukai Muhammad. Bahkan, Tuhan telah melindungi mereka berdua dengan rahmat-Nya. Segala rasa takut dan keragu-raguannya hilang sama sekali dari hatinya.

Sekarang yang ada ialah hidup dan ajakan hanya kepada Allah semata. Hanya kepada Allah Yang Mahabesar menundukkan kepala. Segala yang ada di langit dan bumi bersujud belaka kepada-Nya.

Hanya Dialah Yang Haq dan selain-Nya batil. Hanya kepada-Nya hati manusia dihadapkan. Seluruh hidup bergantung kepada-Nya. Kepada-Nya pula roh akan kembali. “Sesungguhnya akhir (akhirat) itu lebih baik bagimu dari permulaan (dunia)".

Hari kemudian merupakan tempat berkumpulnya jiwa dengan segala bentuk, yang tidak lagi kenal ruang dan waktu. Semua cara hidup pertama (alam dunia) akan terlupakan.

Hari kemudian yang akan disinari cahaya pagi berkilauan, malam yang gelap, bintang-bintang di langit, bumi, dan gunung-gunung, akan dihubungi oleh jiwa yang pasrah dan menyerah. Kehidupan inilah yang akan menjadi tujuan. Inilah kebenaran yang sesungguhnya. Di luar itu hanya bayangan belaka.

Kebenaran inilah yang cahayanya disinari oleh jiwa Muhammad. Kemudian, akan dipantulkan kembali guna memikirkan bagaimana mengajak orang ingat kepada Tuhan.

Guna mengajak orang kepada Tuhan, ia harus membersihkan “pakaiannya” serta menjauhi perbuatan mungkar. la harus tabah menghadapi segala gangguan demi menjaga dakwah kepada kebenaran. la harus menuntun umat kepada ilmu yang belum mereka ketahui.

Cukuplah Tuhan telah memilihnya sebagai pengemban amanah. Cukup sudah bahwa Tuhan telah menemukannya sebagai seorang yatim piatu, lalu dilindungi-Nya di bawah asuhan kakeknya, Abdul Muthalib, dan pamannya, Abu Thalib.

Muhammad yang hidup miskin, telah diberi kekayaan dengan amanah Tuhan. Dipermudah pula bersama Khadijah sebagai kawan semasa mudanya, kawan semasa dalam menyendiri (tahannuts) di Gua Hira, kawan semasa kerasulannya, kawan yang penuh cinta kasih, dan yang memberi nasihat dengan rasa kasih sayangnya.

Tuhan telah mendapatinya tidak tahu jalan. Lalu, diberinya petunjuk berupa risalah. Cukuplah semua itu. Hendaklah ia mengajak orang kepada kebenaran, berusaha sebisa mungkin. Begitulah ketentuan Tuhan terhadap seorang nabi yang telah dipilih-Nya. la tidak ditinggalkan-Nya, juga tidak dibenci-Nya.

Tuhan telah mengajarkan Nabi Muhammad SAW sholat. la pun sholat. Begitupun dengan Khadijah dan anak-anaknya. Selain anak-anaknya, tinggal bersama keluarga Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib sebagai anak muda yang belum baligh.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2836 seconds (0.1#10.140)