Negara Paling Banyak Dihuni Keturunan Nabi Muhammad

Rabu, 12 Januari 2022 - 16:03 WIB
loading...
A A A
Lalu keturunan ini ada juga yang pergi ke Thailand dan Kamboja --ini kebanyakan keturunan dari Abdul Malik. Karena Abdul Malik itu diangkat mantu oleh raja, dia mendapat titel Al Ahmad Khan. Pergi ke Indonesia lewat Aceh, lalu turun ke Palembang dan kemudian ke Jawa. Keluarga Ahmad Khan ini yang menurunkan Walisanga.

Di Indonesia, para keturunan Rasulullah ini masuk dengan pendekatan kultur lokal. Diikuti, lalu sedikit-dikit digeser, sehingga tidak terjadi peperangan termasuk masuk kepada kesultanan-kesultanan. Maka jadilah Islam di Nusantara tanpa menumpahkan darah. Diakui sebagai dakwah paling efektif yang pernah ada di dunia. Semuanya bisa lihat, masuk tanpa peperangan.

Dengan perkembangan ini, lalu keturunan-keturunan ini berasimilasi dengan penduduk setempat. Karena para keturunan Alawiyin dari Haddramaut (keturunan dari Ahmad al-Muhajir) yang datang ke sini, pada saat hijrah, ada yang tidak membawa istrinya, ada yang masih bujang. Kemudian kawin dengan orang orang setempat.

Ini kemudian menjadi satu kesatuan yang sempurna. Lalu keturunan-keturunan ini menjadi bagian bangsa ini. Kita menghormati penduduk lokal dengan sebutan kalimat saudara ibu. Keturunan Rasul, kalau di kalangan keturunan Sayyidina Hasan, dikenal Syarif.

Tetapi di kalangan Sayyidina Husein disebut Sayyid, kalau jemaah namanya Sa'adah. Dengan berkembangnya waktu, kebanyakan Sayid ini dicintai oleh lingkungannya, dicintai oleh murid-muridnya, kemudian dipanggilah dengan sebutan Al-Habib. Al- Habib itu artinya yang dicintai.

Akhirnya gelar Sayyid-nya mulai hilang, dan berganti dengan julukan Habib. Sementara di beberapa tempat, misal di Aceh, dipanggil Said. Di Malaysia, dipanggil Said. Sebetulnya, habib ini punya kedudukan tertentu, istimewa. Artinya dipanggil habib itu orang yang benar dan dicintai.

Kemudian yang kedua, dia benar menjadi ahli ilmu. Misal, orang biasa dari keturunan mungkin cukup dengan Sayid. Tetapi sekarang titel Habib, karena terjadi degradasi, menjadi panggilan keakraban, untuk akrab. Jadi bukan untuk julukan ulama besar.

"Seharusnya kita bisa memilah antara Sayid dan Habib. Apakah orangnya benar-benar baik, mengajar dengan ilmu dan akhlaknya mulia, dan menjadi panutan? Kalau Sayid ya Sayid, kita dari keturunan. Orang dari keturunan menjadi seperti saya itu bukan pilihan, tetapi ini kodrat dari Allah," kata Habib Zein.

Marga Paling Tertua di Indonesia
Siapa yang tertua dari puluhan marga yang ada di Indonesia? Marga tertua dan paling dekat ialah Assegaf. Lalu Assegaf ini tinggi, keturunannya ada Al-Attas. Jadi kalau dilihat, rata-rata keturunan yang ada di Indonesia ini keturunan ke-37 atau ke-38.

Di Indonesia, kalau di Jakarta, paling besar al-Attas, nomor dua Al-Hadad. Kalau di Surabaya, mungkin yang banyak Al-Jufri. Sekarang dari total 100 lebih marga yang ada di Indonesia, yang masih tersisa hanya 68. Lainnya punah, tidak ada keturunan. Ada yang masih banyak di Indonesia, sementara sudah tidak ada di Hadramaut .

"Marga Baraqbah, misalnya, di sana sudah tidak ada, tetapi di Indonesia banyak. Jadi populasi keturunan para Sayyid itu di Indonesia. Berapa jumlah total keseluruhan? Ini masih kita data. Saya belum bisa memberikan angka pasti, apakah totalnya 500 ribu, apakah 1 juta apakah 1,5 juta, saya belum tahu," jelas Habib Zein.

Tetapi karena kelihatannya besar sekali, setiap orang punya pengaruh besar. Kalau di Jakarta, ada di Tanah Abang, Kampung Melayu, Pekojan, dan yang terbesar di Condet, Jakarta Timur. Karena Condet ini bukan hanya orang Jakarta saja, tetapi banyak juga hijrahan dari Jawa Timur, tinggalnya di Condet, membentuk komunitas (kampung) Arab lebih besar.

(rhs)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1560 seconds (0.1#10.140)