Ada yang Bilang Walisongo Keturunan Cina, Benarkah?
loading...
A
A
A
Pengamalan madzhab Syafi’i dengan corak tasawuf dan menghormati Ahlul Bait (seperti mengadakan perayaan Maulid Nabi, membaca Diba’ & Barzanji, beragam Shalawat Nabi, doa Nur Nubuwwah dan banyak amalan lainnya) hanya terdapat di Hadramaut, Mesir, Gujarat, Malabar, Srilangka, Sulu & Mindanao, Malaysia dan Indonesia.
Kitab fiqh madzhab Syafi’i Fathul Muin yang populer di Indonesia dikarang oleh Zainuddin al-Malabary dari Malabar, isinya memasukkan pendapat-pendapat baik kaum Fuqaha maupun kaum Sufi.
Hal tersebut mengindikasikan adanya kesamaan sumber yaitu Hadramaut, karena Hadramaut adalah sumber pertama dalam sejarah Islam yang menggabungkan fiqh Syafi’i dengan pengamalan tasawuf dan penghormatan terhadap Ahlul Bait (keturunan Nabi).
Di abad ke-15, raja-raja Jawa yang berkerabat dengan Walisongo seperti Raden Fatah dan Pati Unus sama-sama menggunakan gelar Alam Akbar.
Gelar tersebut juga merupakan gelar yang sering dikenakan oleh keluarga besar Jamaluddin Akbar di Gujarat pada abad ke-14, yaitu cucu keluarga besar Azhamat Khan (atau Abdullah Khan) bin Abdul Malik bin Alwi, seorang anak dari Muhammad Shahib Mirbath, ulama besar Hadramaut abad ke-13.
Keluarga besar ini terkenal sebagai mubaligh musafir yang berdakwah jauh hingga pelosok Asia Tenggara, dan mempunyai putra-putra dan cucu-cucu yang banyak menggunakan nama Akbar, seperti Zainal Akbar, Ibrahim Akbar, Ali Akbar, Nur Alam Akbar dan banyak lainnya.
Keturunan Nabi Muhammad
Sudah disebut di atas bahwa Walisongo keturunan Nabi Muhammad SAW. Habib Luthfi bin Yahya mengatakan para Walisongo adalah keturunan habaib dari marga Adzmatkhan.
"Jika ditelusuri mereka itu masih keturunan Nabi Muhammad SAW,” ujar Muhammad Iskandar, Pengamat Sejarah Universitas Indonesia suatu ketika.
Muhammad Iskandar mengatakan bahwa garis keturunan tersebut dari putri Rasulullah SAW, yakni Sayyidah Fathimah RA. Menurutnya, garis keturunan itu bermula pada Sunan Gresik atau yang lebih dikenal dengan Maulana Malik Ibrahim.
Jalurnya adalah melalui jalur Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja'far al-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa al-Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumh, Alwi al-Tsani, Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal, Jamaluddin Akbar al-Husain (Maulana Akbar), dan Maulana Malik Ibrahim.
Maulana Malik Ibrahim diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy.
“Lalu sunan-sunan yang lainnya, mereka masih keturunan Fathimah RA, banyak hal yang tidak diketahui sama muslim itu sendiri di Indonesia,” katanya.
Habib Luthfi bin Yahya, Rais Aam Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) juga mengatakan hal senada. Ia menegaskan bahwa para Walisongo yang memperjuangkan Islam di Bumi Nusantara adalah keturunan habaib dari marga Adzmatkhan.
Mereka masih saudara tua kita, mereka bersatu dalam marga Al-Adzmatkhan, yang tersebar membaur dengan masyarakat asli negeri ini, bahkan Adzmatkhan banyak yang bersembunyi," ujar Pengasuh Kanzus Shalawat Pekalongan yang juga Pemimpin Forum Ulama Sufi Sedunia ini.
Wali lainnya, Sunan Ampel atau Raden Rahmat keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad SAW. Beliau putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan ibunya bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir dari Dinasti Ming.
Selanjutnya, Sunan Bonang atau Makhdum Ibrahim. Beliau putra dari Sunan Ampel, yang berarti beliau adalah keturunan ke-23 Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan Sunan Drajat atau Raden Qasim merupakan saudara dari Sunan Bonang, yang juga merupakan keturunan ke-23 Rasulullah SAW.
Sementara itu, Sunan Kudus atau Ja’far Shadiq merupakan keturunan ke-24 dari Rasulullah SAW. Ibunya bernama Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel.
Kitab fiqh madzhab Syafi’i Fathul Muin yang populer di Indonesia dikarang oleh Zainuddin al-Malabary dari Malabar, isinya memasukkan pendapat-pendapat baik kaum Fuqaha maupun kaum Sufi.
Hal tersebut mengindikasikan adanya kesamaan sumber yaitu Hadramaut, karena Hadramaut adalah sumber pertama dalam sejarah Islam yang menggabungkan fiqh Syafi’i dengan pengamalan tasawuf dan penghormatan terhadap Ahlul Bait (keturunan Nabi).
Di abad ke-15, raja-raja Jawa yang berkerabat dengan Walisongo seperti Raden Fatah dan Pati Unus sama-sama menggunakan gelar Alam Akbar.
Gelar tersebut juga merupakan gelar yang sering dikenakan oleh keluarga besar Jamaluddin Akbar di Gujarat pada abad ke-14, yaitu cucu keluarga besar Azhamat Khan (atau Abdullah Khan) bin Abdul Malik bin Alwi, seorang anak dari Muhammad Shahib Mirbath, ulama besar Hadramaut abad ke-13.
Keluarga besar ini terkenal sebagai mubaligh musafir yang berdakwah jauh hingga pelosok Asia Tenggara, dan mempunyai putra-putra dan cucu-cucu yang banyak menggunakan nama Akbar, seperti Zainal Akbar, Ibrahim Akbar, Ali Akbar, Nur Alam Akbar dan banyak lainnya.
Keturunan Nabi Muhammad
Sudah disebut di atas bahwa Walisongo keturunan Nabi Muhammad SAW. Habib Luthfi bin Yahya mengatakan para Walisongo adalah keturunan habaib dari marga Adzmatkhan.
"Jika ditelusuri mereka itu masih keturunan Nabi Muhammad SAW,” ujar Muhammad Iskandar, Pengamat Sejarah Universitas Indonesia suatu ketika.
Muhammad Iskandar mengatakan bahwa garis keturunan tersebut dari putri Rasulullah SAW, yakni Sayyidah Fathimah RA. Menurutnya, garis keturunan itu bermula pada Sunan Gresik atau yang lebih dikenal dengan Maulana Malik Ibrahim.
Jalurnya adalah melalui jalur Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja'far al-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa al-Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumh, Alwi al-Tsani, Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal, Jamaluddin Akbar al-Husain (Maulana Akbar), dan Maulana Malik Ibrahim.
Maulana Malik Ibrahim diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy.
“Lalu sunan-sunan yang lainnya, mereka masih keturunan Fathimah RA, banyak hal yang tidak diketahui sama muslim itu sendiri di Indonesia,” katanya.
Habib Luthfi bin Yahya, Rais Aam Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) juga mengatakan hal senada. Ia menegaskan bahwa para Walisongo yang memperjuangkan Islam di Bumi Nusantara adalah keturunan habaib dari marga Adzmatkhan.
Mereka masih saudara tua kita, mereka bersatu dalam marga Al-Adzmatkhan, yang tersebar membaur dengan masyarakat asli negeri ini, bahkan Adzmatkhan banyak yang bersembunyi," ujar Pengasuh Kanzus Shalawat Pekalongan yang juga Pemimpin Forum Ulama Sufi Sedunia ini.
Wali lainnya, Sunan Ampel atau Raden Rahmat keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad SAW. Beliau putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan ibunya bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir dari Dinasti Ming.
Selanjutnya, Sunan Bonang atau Makhdum Ibrahim. Beliau putra dari Sunan Ampel, yang berarti beliau adalah keturunan ke-23 Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan Sunan Drajat atau Raden Qasim merupakan saudara dari Sunan Bonang, yang juga merupakan keturunan ke-23 Rasulullah SAW.
Sementara itu, Sunan Kudus atau Ja’far Shadiq merupakan keturunan ke-24 dari Rasulullah SAW. Ibunya bernama Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel.