Begini Leluhur Nabi Muhammad SAW Mengelola Kakbah, Makan Gratis bagi Jamaah Haji
loading...
A
A
A
Pada masa pra-Islam, yakni pada era Kakbah dikelola Qushay bin Kilab, Mekkah makin mencorong. Qushay melakukan banyak perubahan pada sistem pengelolaan Kakbah. Leluhur Nabi Muhammad SAW ini dikenal sebagai Bapak Pembangunan Kota Mekkah. Pada masanya, pengelola Kakbah menyiapkan makan gratis pada para peziarah Kakbah.
Ali Husni Al-Kharbuthli dalam bukunya berjudul "Sejarah Ka’bah" mengatakan pada awalnya, di Kota Mekkah tidak ada rumah atau bangunan selain Kakbah.
Kabilah Jurhum maupun belakangan Khuzaah, yang berkuasa di Mekkah, tinggal di luar Tanah Haram. Mereka melarang siapapun untuk menginap pada malam hari di sekitar Baitullah, yang dibangun oleh Nabi Ibrahim bersama putranya Ismail sekitar tahun 2130 SM itu.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" mengemukakan Khuza'a maupun Jurhum tidak ingin melihat ada bangunan lain di sekitar Rumah Tuhan itu. Lagi pula pada malam hari mereka tidak pernah tinggal di tempat itu, melainkan pergi ke tempat-tempat terbuka.
Hingga akhirnya setelah lima abad berlalu, pada era Qushay bin Kilab berkuasa di Mekkah, barulah rumah dan bangunan bisa didirikan di sekitar Kakbah.
Haekal menjelaskan, setelah Qushay memegang pimpinan Mekkah ia mengumpulkan Quraisy dan menyuruh mereka membangun di tempat itu. Dengan dipelopori oleh Qushay sendiri dibangunnya Dar'n-Nadwa sebagai tempat pertemuan pembesar-pembesar Mekkah yang dipimpin oleh Qushay sendiri.
Di tempat ini mereka bermusyawarah mengenai masalah-masalah negeri itu. Menurut kebiasaan mereka, setiap persoalan yang mereka hadapi selalu diselesaikan dengan persetujuan bersama. Baik wanita atau laki-laki yang akan melangsungkan perkawinan harus di tempat ini pula.
Dengan perintah Qushay orang-orang Quraisy lalu membangun tempat-tempat tinggal mereka di sekitar Kakbah itu, dengan meluangkan tempat yang cukup luas untuk mengadakan tawaf sekitar Kakbah dan pada setiap dua rumah disediakan jalan yang menembus ke tempat tawaf tersebut.
Persediaan Makanan
Menurut Haekal, setiap tahun Quraisy memberikan sumbangan dari harta mereka yang diserahkannya kepada Qushay guna membuatkan makanan pada musim ziarah. Makanan ini kemudian diberikan kepada mereka yang datang tidak dalam kecukupan.
Qushay adalah orang yang pertama mewajibkan kepada Quraisy menyiapkan persediaan makanan. Dikumpulkannya mereka itu dan ia sangat merasa bangga terhadap mereka ketika bersama-sama mereka berhasil mengeluarkan Khuza'a dari Mekkah. Ketika mewajibkan itu ia berkata kepada mereka:
"Saudara-saudara Quraisy! Kamu sekalian adalah tetangga Tuhan, keluarga Rumah-Nya dan Tempat yang Suci. Mereka yang datang berziarah adalah tamu Tuhan dan pengunjung RumahNya. Mereka itulah para tamu yang paling patut dihormati. Pada musim ziarah itu sediakanlah makanan dan minuman sampai mereka pulang kembali."
Membagi Tugas
Anak Qushay yang tertua ialah Abd'd-Dar. Namun Abd Manaf, adiknya, sudah lebih dulu tampil ke depan umum dan sudah mendapat tempat pula.
Sesudah usia Qushay makin lanjut, kunci Kakbah pun diserahkan kepada Abd'd-Dar, demikian juga soal air minum, panji dan persediaan makanan.
Seperti ayahnya, Abd'd-Dar juga telah memegang pimpinan Kakbah dan kemudian diteruskan oleh anak-anaknya. Akan tetapi anak-anak Abd Manaf sebenarnya mempunyai kedudukan yang lebih baik dan terpandang juga di kalangan masyarakatnya.
Oleh karena itu, anak-anak Abd Manaf, yaitu Hasyim, Abd Syams, Muthalib dan Naufal sepakat akan mengambil pimpinan yang ada di tangan sepupu-sepupu mereka itu. Tetapi pihak Quraisy berselisih pendapat, yang satu membela satu golongan yang lain membela golongan yang lain lagi.
Selanjutnya, keluarga Abd Manaf mengadakan Perjanjian Mutayyabun dengan memasukkan tangan mereka ke dalam tib, (yaitu bahan wangi-wangian) yang dibawa ke dalam Kakbah.
Mereka bersumpah takkan melanggar janji. Demikian juga pihak Keluarga Abd,d-Dar mengadakan pula Perjanjian Ahlaf: Antara kedua golongan itu hampir saja pecah perang yang akan memusnakan Quraisy, kalau tidak cepat-cepat diadakan perdamaian.
Husain Haekal mengatakan keluarga Abd Manaf diberi bagian mengurus persoalan air dan makanan, sedangkan kunci, panji dan pimpinan rapat di tangan Keluarga Abd'd-Dar. Kedua belah pihak setuju, dan keadaan itu berjalan tetap demikian, sampai pada waktu datangnya Islam.
Hasyim termasuk pemuka masyarakat dan orang yang berkecukupan. Dialah yang memegang urusan air dan makanan. Dia mengajak masyarakatnya seperti yang dilakukan oleh Qushay kakeknya, yaitu supaya masing-masing menafkahkan hartanya untuk memberi makanan kepada pengunjung pada musim ziarah.
Pengunjung Baitullah, tamu Tuhan inilah yang paling berhak mendapat penghormatan. Kenyataannya memang para tamu itu diberi makan sampai mereka pulang kembali.
Peranan yang dipegang Hasyim tidak hanya itu saja, bahkan jasanya sampai ke seluruh Mekkah. Pernah terjadi musim tandus, dia datang membawakan persediaan makanan, sehingga kembali penduduk itu menghadapi hidupnya dengan wajah berseri.
Hasyim jugalah yang membuat ketentuan perjalanan musim, musim dingin dan musim panas. Perjalanan musim dingin ke Yaman, dan perjalanan musim panas ke Suriah.
Ali Husni Al-Kharbuthli dalam bukunya berjudul "Sejarah Ka’bah" mengatakan pada awalnya, di Kota Mekkah tidak ada rumah atau bangunan selain Kakbah.
Kabilah Jurhum maupun belakangan Khuzaah, yang berkuasa di Mekkah, tinggal di luar Tanah Haram. Mereka melarang siapapun untuk menginap pada malam hari di sekitar Baitullah, yang dibangun oleh Nabi Ibrahim bersama putranya Ismail sekitar tahun 2130 SM itu.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" mengemukakan Khuza'a maupun Jurhum tidak ingin melihat ada bangunan lain di sekitar Rumah Tuhan itu. Lagi pula pada malam hari mereka tidak pernah tinggal di tempat itu, melainkan pergi ke tempat-tempat terbuka.
Hingga akhirnya setelah lima abad berlalu, pada era Qushay bin Kilab berkuasa di Mekkah, barulah rumah dan bangunan bisa didirikan di sekitar Kakbah.
Haekal menjelaskan, setelah Qushay memegang pimpinan Mekkah ia mengumpulkan Quraisy dan menyuruh mereka membangun di tempat itu. Dengan dipelopori oleh Qushay sendiri dibangunnya Dar'n-Nadwa sebagai tempat pertemuan pembesar-pembesar Mekkah yang dipimpin oleh Qushay sendiri.
Di tempat ini mereka bermusyawarah mengenai masalah-masalah negeri itu. Menurut kebiasaan mereka, setiap persoalan yang mereka hadapi selalu diselesaikan dengan persetujuan bersama. Baik wanita atau laki-laki yang akan melangsungkan perkawinan harus di tempat ini pula.
Dengan perintah Qushay orang-orang Quraisy lalu membangun tempat-tempat tinggal mereka di sekitar Kakbah itu, dengan meluangkan tempat yang cukup luas untuk mengadakan tawaf sekitar Kakbah dan pada setiap dua rumah disediakan jalan yang menembus ke tempat tawaf tersebut.
Persediaan Makanan
Menurut Haekal, setiap tahun Quraisy memberikan sumbangan dari harta mereka yang diserahkannya kepada Qushay guna membuatkan makanan pada musim ziarah. Makanan ini kemudian diberikan kepada mereka yang datang tidak dalam kecukupan.
Qushay adalah orang yang pertama mewajibkan kepada Quraisy menyiapkan persediaan makanan. Dikumpulkannya mereka itu dan ia sangat merasa bangga terhadap mereka ketika bersama-sama mereka berhasil mengeluarkan Khuza'a dari Mekkah. Ketika mewajibkan itu ia berkata kepada mereka:
"Saudara-saudara Quraisy! Kamu sekalian adalah tetangga Tuhan, keluarga Rumah-Nya dan Tempat yang Suci. Mereka yang datang berziarah adalah tamu Tuhan dan pengunjung RumahNya. Mereka itulah para tamu yang paling patut dihormati. Pada musim ziarah itu sediakanlah makanan dan minuman sampai mereka pulang kembali."
Membagi Tugas
Anak Qushay yang tertua ialah Abd'd-Dar. Namun Abd Manaf, adiknya, sudah lebih dulu tampil ke depan umum dan sudah mendapat tempat pula.
Sesudah usia Qushay makin lanjut, kunci Kakbah pun diserahkan kepada Abd'd-Dar, demikian juga soal air minum, panji dan persediaan makanan.
Seperti ayahnya, Abd'd-Dar juga telah memegang pimpinan Kakbah dan kemudian diteruskan oleh anak-anaknya. Akan tetapi anak-anak Abd Manaf sebenarnya mempunyai kedudukan yang lebih baik dan terpandang juga di kalangan masyarakatnya.
Oleh karena itu, anak-anak Abd Manaf, yaitu Hasyim, Abd Syams, Muthalib dan Naufal sepakat akan mengambil pimpinan yang ada di tangan sepupu-sepupu mereka itu. Tetapi pihak Quraisy berselisih pendapat, yang satu membela satu golongan yang lain membela golongan yang lain lagi.
Selanjutnya, keluarga Abd Manaf mengadakan Perjanjian Mutayyabun dengan memasukkan tangan mereka ke dalam tib, (yaitu bahan wangi-wangian) yang dibawa ke dalam Kakbah.
Mereka bersumpah takkan melanggar janji. Demikian juga pihak Keluarga Abd,d-Dar mengadakan pula Perjanjian Ahlaf: Antara kedua golongan itu hampir saja pecah perang yang akan memusnakan Quraisy, kalau tidak cepat-cepat diadakan perdamaian.
Husain Haekal mengatakan keluarga Abd Manaf diberi bagian mengurus persoalan air dan makanan, sedangkan kunci, panji dan pimpinan rapat di tangan Keluarga Abd'd-Dar. Kedua belah pihak setuju, dan keadaan itu berjalan tetap demikian, sampai pada waktu datangnya Islam.
Hasyim termasuk pemuka masyarakat dan orang yang berkecukupan. Dialah yang memegang urusan air dan makanan. Dia mengajak masyarakatnya seperti yang dilakukan oleh Qushay kakeknya, yaitu supaya masing-masing menafkahkan hartanya untuk memberi makanan kepada pengunjung pada musim ziarah.
Pengunjung Baitullah, tamu Tuhan inilah yang paling berhak mendapat penghormatan. Kenyataannya memang para tamu itu diberi makan sampai mereka pulang kembali.
Peranan yang dipegang Hasyim tidak hanya itu saja, bahkan jasanya sampai ke seluruh Mekkah. Pernah terjadi musim tandus, dia datang membawakan persediaan makanan, sehingga kembali penduduk itu menghadapi hidupnya dengan wajah berseri.
Hasyim jugalah yang membuat ketentuan perjalanan musim, musim dingin dan musim panas. Perjalanan musim dingin ke Yaman, dan perjalanan musim panas ke Suriah.
(mhy)