Peristiwa Besar di Bulan Rajab, Rasulullah SAW Pimpin Pasukan Muslim dalam Perang Tabuk
loading...
A
A
A
Puing-puing Tsamud
Dalam perjalanannya tentara itu sudah sampai di Hijr. Di tempat ini terdapat pula puing-puing bekas rumah-rumah kaum Tsamud yang terukir pada batu besar. Di tempat itu mereka oleh Rasulullah diperintahkan berhenti. Orang-orang pun mulai mengambil air dari sumur. Setelah selesai, kata Rasul kepada mereka:
"Jangan ada yang minum air sumur ini, juga jangan dipakai berwudu untuk sembahyang. Bila sudah ada adonan yang kamu buat dengan air itu berikanlah kepada ternak dan sama sekali jangan kamu makan. Juga jangan ada yang keluar malam ini kalau tidak disertai seorang teman."
Menurut Haekal, soalnya tempat itu tiada pernah dilalui orang dan kadang timbul angin badai berupa pasir yang dapat menimbun manusia atau binatang.
Malam itu ada dua orang yang keluar diluar perintah Rasul. Salah seorang daripada mereka dibawa angin dan yang seorang lagi tertimbun pasir.
Keesokan harinya orang melihat pasir itu telah menimbuni sumur sehingga air tidak ada lagi. Orang jadi takut akan kehausan lebih ngeri lagi karena perjalanan masih panjang. Akan tetapi, sementara mereka dalam keadaan demikian, tiba-tiba datang awan membawa hujan dan mereka pun kini mendapat air berlimpah-limpah.
Perasaan takut hilang dan mereka semua bergembira. Ada mereka yang berkata satu sama lain, bahwa itu suatu mujizat. Sedang yang lain mengatakan itu hanya awan lalu.
Romawi Menarik Pasukannya
Setelah itu pasukan tentara itu meneruskan perjalanan ke Tabuk. Sebenarnya tentang pasukan ini dan kekuatannya beritanya sudah sampai kepada pihak Romawi. Oleh karena itu pihak Romawi lebih suka menarik mundur pasukannya yang tadinya sudah ditujukan ke perbatasan dengan maksud hendak melindungi daerah Syam dengan benteng-bentengnya itu.
Setelah pihak Muslimin sampai di Tabuk dan Nabi Muhammad SAW mengetahui pihak Romawi menarik diri dan berada dalam ketakutan, dirasa sudah tidak pada tempatnya akan mengejar mereka terus sampai ke dalam negeri mereka.
Oleh karena itu Beliau tetap tinggal di perbatasan, akan menghadapi siapa saja yang akan menyerang atau melawannya. Beliau berusaha menjaga perbatasan-perbatasan itu supaya jangan ada pihak yang melanggarnya.
Kisah Yohanna bin Ru'ba
Ketika itulah Yohanna bin Ru'ba - seorang amir (penguasa) Aila yang tinggal di perbatasan oleh Nabi telah dikirimi surat supaya ia tunduk atau akan diserbu.
Yohanna datang sendiri dengan memakai salib dari emas di dadanya. Ia datang dengan membawa hadiah dan menyatakan setia. Ia mengadakan perdamaian dengan Nabi Muhammad dan bersedia membayar jizyah.
Di samping itu, Rasulullah telah pula membuat surat-surat perjanjian perdamaian dengan mereka. Berikut ini salah satu bunyi teks itu, yakni yang dibuat dengan Yohanna:
"Atas nama Allah, Pengasih dan Penyayang. Surat ini ialah perjanjian keamanan atas nama Tuhan dari Muhammad, Nabi Utusan Allah kepada Yohanna ibn Ru'ba serta penduduk Aila, atas kapal-kapal dan kendaraan-kendaraan dalam perjalanan mereka di darat dan di laut, mereka berada dalam jaminan Allah dan Muhammad, termasuk mereka penduduk Syam, penduduk Yaman dan penduduk pantai laut.
Barangsiapa melakukan suatu pelanggaran maka selain dirinya, hartanya itu tidak akan dapat melindunginya dan Muhammad dibenarkan mengambil itu dari mereka. Mereka tidak boleh dirintangi dari air yang dikehendaki atau jalan yang akan ditempuhnya, di darat atau di laut."
Sebagai tanda persetujuan atas perjanjian ini Rasulullah SAW telah pula memberikan hadiah kepada Yohanna berupa mantel tenunan Yaman disertai perhatian penuh kepadanya, setelah diperoleh persetujuan bahwa Aila akan membayar jizya sebesar 3000 dinar tiap tahun.
Pemberontakan Duma
Nabi Muhammad sebenarnya sudah tidak perlu lagi berperang setelah pihak Romawi menarik diri, dan telah dibuat perjanjian dengan daerah-daerah yang terletak di perbatasan dan karena sudah merasa aman setelah pula balatentara Bizantium kembali dari wilayah itu, kalau tidak karena lalu timbul suatu kekuatiran baru.
Namun pihak Ukaidir bin Abdul Malik al-Kindi orang Nasrani, Penguasa Duma akan memberontak dengan mendapat bantuan balatentara Romawi bilamana mereka datang dari jurusan itu.
Itu sebabnya Nabi lalu menugaskan Khalid bin Walid dengan sebuah pasukan berkuda terdiri dari 500 orang. Sedangkan Rasulullah berbalik dengan pasukannya kembali ke Madinah.
Dalam perjalanannya tentara itu sudah sampai di Hijr. Di tempat ini terdapat pula puing-puing bekas rumah-rumah kaum Tsamud yang terukir pada batu besar. Di tempat itu mereka oleh Rasulullah diperintahkan berhenti. Orang-orang pun mulai mengambil air dari sumur. Setelah selesai, kata Rasul kepada mereka:
"Jangan ada yang minum air sumur ini, juga jangan dipakai berwudu untuk sembahyang. Bila sudah ada adonan yang kamu buat dengan air itu berikanlah kepada ternak dan sama sekali jangan kamu makan. Juga jangan ada yang keluar malam ini kalau tidak disertai seorang teman."
Menurut Haekal, soalnya tempat itu tiada pernah dilalui orang dan kadang timbul angin badai berupa pasir yang dapat menimbun manusia atau binatang.
Malam itu ada dua orang yang keluar diluar perintah Rasul. Salah seorang daripada mereka dibawa angin dan yang seorang lagi tertimbun pasir.
Keesokan harinya orang melihat pasir itu telah menimbuni sumur sehingga air tidak ada lagi. Orang jadi takut akan kehausan lebih ngeri lagi karena perjalanan masih panjang. Akan tetapi, sementara mereka dalam keadaan demikian, tiba-tiba datang awan membawa hujan dan mereka pun kini mendapat air berlimpah-limpah.
Perasaan takut hilang dan mereka semua bergembira. Ada mereka yang berkata satu sama lain, bahwa itu suatu mujizat. Sedang yang lain mengatakan itu hanya awan lalu.
Romawi Menarik Pasukannya
Setelah itu pasukan tentara itu meneruskan perjalanan ke Tabuk. Sebenarnya tentang pasukan ini dan kekuatannya beritanya sudah sampai kepada pihak Romawi. Oleh karena itu pihak Romawi lebih suka menarik mundur pasukannya yang tadinya sudah ditujukan ke perbatasan dengan maksud hendak melindungi daerah Syam dengan benteng-bentengnya itu.
Setelah pihak Muslimin sampai di Tabuk dan Nabi Muhammad SAW mengetahui pihak Romawi menarik diri dan berada dalam ketakutan, dirasa sudah tidak pada tempatnya akan mengejar mereka terus sampai ke dalam negeri mereka.
Oleh karena itu Beliau tetap tinggal di perbatasan, akan menghadapi siapa saja yang akan menyerang atau melawannya. Beliau berusaha menjaga perbatasan-perbatasan itu supaya jangan ada pihak yang melanggarnya.
Kisah Yohanna bin Ru'ba
Ketika itulah Yohanna bin Ru'ba - seorang amir (penguasa) Aila yang tinggal di perbatasan oleh Nabi telah dikirimi surat supaya ia tunduk atau akan diserbu.
Yohanna datang sendiri dengan memakai salib dari emas di dadanya. Ia datang dengan membawa hadiah dan menyatakan setia. Ia mengadakan perdamaian dengan Nabi Muhammad dan bersedia membayar jizyah.
Di samping itu, Rasulullah telah pula membuat surat-surat perjanjian perdamaian dengan mereka. Berikut ini salah satu bunyi teks itu, yakni yang dibuat dengan Yohanna:
"Atas nama Allah, Pengasih dan Penyayang. Surat ini ialah perjanjian keamanan atas nama Tuhan dari Muhammad, Nabi Utusan Allah kepada Yohanna ibn Ru'ba serta penduduk Aila, atas kapal-kapal dan kendaraan-kendaraan dalam perjalanan mereka di darat dan di laut, mereka berada dalam jaminan Allah dan Muhammad, termasuk mereka penduduk Syam, penduduk Yaman dan penduduk pantai laut.
Barangsiapa melakukan suatu pelanggaran maka selain dirinya, hartanya itu tidak akan dapat melindunginya dan Muhammad dibenarkan mengambil itu dari mereka. Mereka tidak boleh dirintangi dari air yang dikehendaki atau jalan yang akan ditempuhnya, di darat atau di laut."
Sebagai tanda persetujuan atas perjanjian ini Rasulullah SAW telah pula memberikan hadiah kepada Yohanna berupa mantel tenunan Yaman disertai perhatian penuh kepadanya, setelah diperoleh persetujuan bahwa Aila akan membayar jizya sebesar 3000 dinar tiap tahun.
Pemberontakan Duma
Nabi Muhammad sebenarnya sudah tidak perlu lagi berperang setelah pihak Romawi menarik diri, dan telah dibuat perjanjian dengan daerah-daerah yang terletak di perbatasan dan karena sudah merasa aman setelah pula balatentara Bizantium kembali dari wilayah itu, kalau tidak karena lalu timbul suatu kekuatiran baru.
Namun pihak Ukaidir bin Abdul Malik al-Kindi orang Nasrani, Penguasa Duma akan memberontak dengan mendapat bantuan balatentara Romawi bilamana mereka datang dari jurusan itu.
Itu sebabnya Nabi lalu menugaskan Khalid bin Walid dengan sebuah pasukan berkuda terdiri dari 500 orang. Sedangkan Rasulullah berbalik dengan pasukannya kembali ke Madinah.