Di Kaki Ka'bah, Tatkala Khalifah Meminta Fatwa dari Bekas Budak

Kamis, 18 Juni 2020 - 15:07 WIB
loading...
A A A
Imam Abu Hanifah An-Nu’man menceritakan pengalaman beliau: “Aku pemah melakukan lima kesalahan ketika melakukan manasik di Mekah, lalu seorang tukang cukur mengajariku. Peristiwa tersebut terjadi manakala aku bermaksud mencukur rambut karena hendak menyudahi ihram, maka aku mendatangi seorang tukang cukur, lalu aku bertanya: “Berapa upah yang harus aku bayar untuk mencukur rambut kepala?”

Tukang cukur itu menjawab: “Semoga Allah memberikan hidayah kepada Anda, ibadah tidak mempersyaratkan itu, duduklah dan posisikan kepala sesuka Anda.”

Akupun merasa grogi dan duduk. Hanya saja ketika itu aku duduk membelakangi kiblat, maka tukang cukur tersebut mengisyaratkan agar aku menghadap kiblat dan akupun menuruti kata-katanya. Yang demikian itu semakin membuat aku salah tingkah.

Lalu saya serahkan kepala bagian kiri untuk dipangkas rambutnya, namun tukang cukur itu berkata: “Berikan bagian kanan.”

Lalu akupun menyerahkan bagian kanan kepalaku. “Tukang cukur itu mulai memangkas rambutku sementara aku hanya diam memperhatikannya dengan takjub.

Melihat sikapku, tukang cukur itu berkata: “Mengapa Anda diam saja? Bertakbirlah!”

Lalu akupun takbir hingga aku beranjak untuk pergi. Untuk kesekian kalinya tukang cukur itu menegurku: “Hendak kemanakah Anda?”

Aku katakan: “Aku hendak pergi menuju kendaraanku.”

Tukang cukur itu berkata: “Salatlah dua rakaat dahulu baru kemudian silakan pergi sesuka Anda.”

Akupun salat dua rakaat, lalu aku berkata pada diriku sendiri: ‘Tidak mungkin seorang tukang cukur bisa berbuat seperti ini melainkan pasti dia memiliki ilmu.”

Kemudian aku bertanya kepadanya: “Dari manakah Anda mendapatkan tata cara manasik yang telah Anda ajarkan kepadaku tadi?”

Orang itu menjawab: “Aku melihat Atha’ bin Abi Rabah mengerjakan seperti itu lalu aku mengambilnya dan memberikan pengarahan kepada manusia dengannya.”



Sungguh, gemerlapnya dunia telah merayu Atha’ bin Abi Rabah namun beliau berpaling dan menampiknya dengan serius. Sepanjang hayat beliau hanya mengenakan baju yang harganya tidak lebih dan 5 dirham saja.

Para khalifah telah meminta kesediaan beliau untuk menjadi pendamping mereka, namun beliau tidak mengabulkannya. Karena beliau takut agamanya ternoda oleh dunianya. Namun demikian, terkadang beliau mengunjungi khalifah jika beliau merasa hal itu dapat mendatangkan manfaat bagi kaum muslimin maupun kebaikan bagi Islam.

Seperti dalam peristiwa yang dikisahkan oleh Utsman bin Atha’ Al-Khurasani:

Aku pergi bersama ayah untuk menghadap Khalifah Hisyam bin Abdul Malik, Tatkala perjalanan kami telah dekat dengan Damsyik, tiba-tiba kami bertemu dengan orang tua yang menunggangi himar hitam, mengenakan baju lusuh dan jubah yang telah usang, penutup kepala yang kusut melekat pula di kepalanya. Pelana yang dipakainya terbuat dan kayu murahan, aku tertawa geli karenanya.

Lalu aku bertanya kepada ayah: “Siapakah orang ini?”

Ayah berkata: “Diam kamu, ia adalah penghulu para ahli fikih di Hijaz Atha’ bin Abi Rabah.”

Ketika telah dekat jarak kami dengannya, ayah bergegas turun dari bighalnya sedangkan Atha’ turun dan himamya. Keduanya saling berpelukan dan saling menanyakan kabarnya, kemudian keduanya kembali dan menaiki kendaraannya. Mereka berjalan hingga berhenti di depan pintu istana Hisyam bin Abdul Malik. Keduanya diminta duduk menunggu hingga mendapatkan izin untuk masuk.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2283 seconds (0.1#10.140)