Di Manakah Keberadaan Wali Berpangkat Al-Ghauts?

Selasa, 05 April 2022 - 18:11 WIB
loading...
Di Manakah Keberadaan Wali Berpangkat Al-Ghauts?
Ustaz Miftah el-Banjary, Dai yang juga pakar ilmu linguistik Arab dan Tafsir Al-Quran asal Banjar Kalimantan Selatan. Foto/Ist
A A A
Tg DR Miftah el-Banjary MA
Pakar Ilmu Linguistik Arab,
Pimpinan Majelis Dalail Khairat Indonesia-Malaysia

Dalam ajaran al-Imam Muhyiddin Ibnu Arabi, waliyullah yang tertinggi dinamakan (القطب) Al-Qutb (kutub) atau poros alam. Ia kadang juga dinamakan (الغوث) "Al-Ghauts" (penolong) atau (سلطان الأولياء) Sulthan al-Awliya (raja para wali). Akan tetapi, sebagian membedakan antara Sulthan al-Awliya atau Ghauts dengan Qutb.

Menurut pandangan ini, semua Sulthan al-Awliya adalah Qutb, tetapi tidak semua Qutb adalah Sulthan al-Awliya/Ghauts al-Adham (الغوث الأعظم). Ada pula yang menyatakan bahwa maqam kedudukan "Wali al-Ghauts" ini merupakan pangkat tertinggi paling puncak yang menempati satu tingkat lebih tinggi di atas Wali Qutb dan satu tingkatan di bawah Nabi Khaidir 'alaihisaalam.

Ada juga keterangan yang menyebut dengan istilah "Qutb al-Aqtab" (قطب الأقطب) atau kutubnya kutub. Ada pula keterangan menyebutkan Qutb memiliki dua wakil, yakni dinamakan Wali Aimmah (ولي الأئمة).

Salah satu wali Aimah, yakni "Imam Kanan" hanya mengetahui (عالم الملكوت) Alam Malakut (alam kekuasaan, alam gaib); dan yang satunya "Imam Kiri" hanya mengetahui (عالم الملك) Alam Mulk (alam kerajaan, alam dunia jasmani).

Qutb al-Ghauts adalah pusat daya-daya spiritual. Ia mengumpulkan semua maqam. Ia adalah kutub semesta lahiriyah maupun semesta batiniah, yang semuanya berputar di sekelilingnya, seperti Ka'bah yang menjadi sumbu perputaran dalam thawaf.

Kadang-kadang Qutb diberi kekuasaan eksternal (politik) atas seluruh umat. Empat khalifah pertama pasca Nabi (Khalifah Abu Bakar bin Shiddiq, Khalifah Umar bin Khattab Khalifah Utsman bin Affan dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib) adalah Qutb Agung atau Sulthan al-Awliya, yang memiliki kekuasaan politik.

Tetapi kebanyakan Qutb hanyalah penguasa rohani, dan tidak memiliki kekuasaan politik. Abu Yazid al-Busthami dan Maulana Rumi ialah contoh dari jenis wali ini. Mayoritas wali qutb tidak memiliki kekuasaan eksternal.

Setiap Zaman Hanya Ada 1 Wali Qutub
Dalam setiap zaman hanya ada satu wali Kutub atau dalam pendapat lain, satu Sulthan Awliya, di mana semua wali berputar di sekelilingnya, dan pandangan ini hampir disepakati. Seperti dijelaskan oleh Hakim al-Tirmidzi, Syekh al-Akbar Ibnu ‘Arabi, dan al-Hujwiry.

Meski sudah menjadi kesepakatan hanya ada satu Sulthan Awliya di setiap zaman, namun dalam kenyataan sejarah kita kerap menjumpai kabar bahwa ada lebih dari satu syekh sufi yang hidup dalam kurun waktu yang sama, atau berdekatan, tetapi dianggap sebagai Qutb atau Sulthan Awliya.

Demikian pula, dalam setiap tarekat, sering kali muncul klaim bahwa pendiri tarekat, yang sama-sama hidup dalam kurun waktu yang relatif sama, atau beberapa mursyid penerusnya menempati kedudukan maqam Qutub. Bahkan, di masa sekarang pun terdapat beberapa kabar ada wali Qutub lebih dari satu yang berada di beberapa tempat.

Barangkali Qutb yang dimaksud di sini seperti yang disinggung oleh Syekh al-Akbar Ibn Arabi, yakni Qutb untuk maqam spiritual tertentu. Karenanya, dalam maqam tawakkal, misalnya, terdapat satu Qutb, tempat manifestasi tertinggi dari maqam spiritual tertentu pada zamannya.

Ibnu 'Arabi sendiri, misalnya, dikenal sebagai Sulthan al-'Arifin (rajanya orang berpengetahuan), sedangkan Maulana Rumi ialah Sulthan al-Muhibbin (rajanya para pencinta). Atau persoalannya pada "zaman" Qutb hanya satu untuk setiap masa, tetapi persoalannya masa atau zaman yang mana?

Jika sudah bicara dunia spiritual, waktu adalah relatif, nonlinier, dan ada banyak alam selain alam dunia ini, yang berarti juga ada banyak masa atau zaman. Bagaimanapun, ini akan tetap menjadi misteri, dan kita orang awam hanya bisa berspekulasi berdasarkan keterangan-keterangan.

Ibnu Arabi dalam kitab "Futuhat al-Makiyyah" menyatakan bahwa ada 84 kategori wali, dan 35 di antaranya memiliki batas pada masa tertentu. Keterangan dari Ibnu 'Arabi ini juga dikutip oleh Syekh Yusuf an-Nabhani dalam kitab "Jami' Karamah al-Awliya."

Kedudukan spiritual wali terdiri dari tingkatan-tingkatan dari yang tertinggi hingga yang terendah. Masing-masing derajat ini sesuai dengan tingkatan realisasinya. Tetapi ada beberapa pandangan tentang maqam atau kedudukan kewalian yang berbeda-beda, dan berikut ini beberapa di antaranya.

Menurut Syekh Hakim at-Tirmidzi, ada lima kategori umum Wali :

1. Al-Budala (البدلاء), wali-wali pengganti, yang berada pada derajat kedekatan.
2. Al-Akhyar (الأخيار) orang-orang pilihan, manusia yang memilih Allah dan karenanya Allah pun memilih mereka.
3. Al-Abrar (الأبرار), orang-orang baik, mereka adalah orang-orang yang amalnya bebas dari segala sesuatu selain Allah.
4. Al-Muhadditsin (المحدثين), orang yang dijaga dengan kebenaran oleh Allah.
5. Khatam al-Awliya (خاتم الأولياء), penutup para wali. Kedudukannya berada di atas semua kedudukan wali.

Menurut Syekh Husain Kamal, jumlah golongan wali dalam tradisi Tarekat Chistiyyah disebutkan ada:
• 1 orang Qutb al-Awliya
• 70 orang Wali Nujaba
• 300 orang Wali Nugaba
• 500 orang Wali Akhyar
• 25 orang Wali Abrar,
• 4 orang Wali Autad, dan
•.40 orang wali Abdal.

Menurut Imam al-Hujwiry, berdasarkan keterangan para sufi ahli kasyaf ada:
• 1 orang Wali Qutb
• 3 orang atau 12 orang menurut Ibnu ‘Arabi wali Nuqaba
•.4 orang Wali Autad
• 40 orang Wali Abdal atau 7 orang versi Ibnu ‘Arabi
• 300 orang Wali Akhyar,
• 4.000 orang Rijalul Ghaib.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1404 seconds (0.1#10.140)