Sholat Dhuha dalam Pandangan Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari

Selasa, 06 Juni 2023 - 07:05 WIB
loading...
Sholat Dhuha dalam Pandangan...
Ustaz Miftah el-Banjary menyampaikan beberapa pandangan Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari mengenai sholat sunnah Dhuha. Foto/Ist
A A A
Dr H Miftah el-Banjary MA
Pakar Ilmu Linguistik Arab,
Pengasuh Ponpes Dalail Khairat Garagata Tabalong Kalimantan Selatan

Menurut pandangan Maulana Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari (1710-1812) dalam Kitabnya Sabilal Muhtadin (سبيل المهتدين), sholat yang terafdhal sesudah sholat tarawih adalah sholat Dhuha.

Jumlah rakaatnya sekurangnya dua rakaat atau empat rakaat atau enam rakaat, namun lebih sempurna 12 rakaat karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إن صليت الضحى عشرا لم يكتب عليك في ذلك اليوم ذنب وإن صليتها اثنتي عشرة بنى الله لك بيتا في الجنة

Artinya: "Jika engkau kerjakan sunnah Dhuha sepuluh rakaat niscaya tidak disuratkan bagimu dosa pada hari itu. Dan jika kau sholatkan dua belas rakaat niscaya diperbuat bagimu rumah di dalam surga." (HR Al-Baihaqi dari Ibnu Umar)

Delapan rakaat karena jumlah rakaatnya tidak jauh dari 12 rakaat, maka termasuk yang ter-afdhal kalau dibandingkan dengan jumlah yang di bawahnya. Karena perbuatan yang banyak tentunya pahalanya lebih banyak daripada amal yang sedikit.

Namun dalam beberapa hal, amal yang sedikit pahalanya lebih banyak dari amal yang banyak. Seperti sholat dua rakaat qashar bagi orang yang musafir apabila jarak yang ditempuhnya sampai tiga marhalah, lebih afdhal dari shalat empat rakaat. Satu rakaat sholat Witir lebih afdhal dari dua rakaat shalat sunnah fajar dan dua rakaat sholat Tahajjud.

Memendekkan sholat sunnah Fajar lebih afdhal daripada memanjangkannya. Sholat hari raya lebih afdhal dari shalat gerhana dengan cara yang paling sempurna. Berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung lebih afdhal daripada memisahkannya.

Syaikh Zayadi berkata, "Yang terkuat bahwa jumlah rakaat yang terbanyak shalat Dhuha yaitu delapan rakaat, sebagaimana diterangkan di dalam Kitab "Syarah Muhazzab" yang dinukil dan sebagian para fukaha."

Jika ditambah melebihi dari delapan rakaat disengaja dan tahu haramnya, maka shalat Dhuhanya tidak sah dan berubah menjadi shalat sunnah mutlak.

Sholat Dhuha dianjurkan dikerjakan dua rakaat dengan sekali salam karena Nabi sendiri mengerjakannya setiap dua rakaat sekali salam sebagaimana yang diterangkan oleh Imam Abu Dawud.

Sunnah dibaca pada rakaat pertama sesudah membaca Al-Fatihah adalah Surat asy-Syams dan rakaat kedua Surat Adh-Dhuha. Syaikh Ramli berkata dalam Kitabnya "Nihayah", disunnahkan membaca dalam shalat Dhuha Surat Al-Kafirun dan Surat Al-Ikhlas. Kedua sunnah ini lebih afdhal dari membaca Surah asy-Syams dan adh-Dhuha, sekalipun kedua surah ini juga di dalam Al-Qur'an.

Sebab, Surat Al-Ikhlas pahalanya sama dengan pahala membaca sepertiga Al-Qur'an, sedangkan Surat Al-Kafirun pahalanya sama dengan membaca seperempat Al-Qur'an.

Waktu mengerjakan sholat Dhuha sesudah matahari naik sekira setinggi segalah sampai dengan gelincir matahari. Inilah yang diyakinkan oleh Imam Rafi'i dan yang diterangkan oleh Imam Nawawi di dalam Kitab Majmu' dan Kitab Tahkik. Dan akhir waktunya sampai dengan gelincir matahari.

Syaikhul Islam berkata yang dimaksudkan dengan rembang (gelincir) matahari adalah dari ucapan Rafi'i, tetapi nenunda shalat Dhuha sampai matahari naik dan melebihi dari segalah adalah yang lebih baik.

Demikian pandangan Syaikh Muhammad Arsyah Al-Banjary dan beberapa ulama terkait sholat sunnah Dhuha. Semoga kita termasuk orang yang istiqamah mengerjakannya.

(rhs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2415 seconds (0.1#10.140)