Kisah Urwah bin Zubair dan Doa 4 Remaja di Kaki Kakbah yang Terkabul

Minggu, 10 April 2022 - 19:52 WIB
loading...
A A A
Maka siapa lagi yang kiranya lebih unggul nasabnya dari Urwah? Adakah kemuliaan di atasnya selain kemuliaan iman dan kewibawaan Islam?



Semangat Mencari Ilmu
Demi merealisasikan cita-cita yang didambakan dan harapan kepada Allah yang diutarakan di Kakbah yang agung tersebut, ia amat gigih dalam usahanya mencari ilmu. Maka ia mendatangi dan menimbanya dari sisa-sisa para sahabat Rasulullah SAW yang masih hidup.

Urwah mendatangi rumah demi rumah mereka, sholat di belakang mereka, menghadiri majelis-majelis mereka. Ia juga meriwayatkan hadis dari Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Zaid bin Tsabit, Abu Ayyub al-Anshari, Usamah bin Zaid, Sa’id bin Zaid, Abu Hurairah, Abdullah bin Abbas, Nu’man bin Basyir dan banyak pula mengambil dari bibinya Aisyah Ummul Mukminin.

Pada gilirannya nanti, ia berhasil menjadi satu di antara fuqaha sa’bah (tujuh ahli fikih) Madinah yang menjadi sandaran kaum muslimin dalam urusan agama.

Para pemimpin yang salih banyak meminta pertimbangan kepadanya baik tentang urusan ibadah maupun negara karena kelebihan yang Allah berikan kepadanya. Sebagai contoh adalah Umar bin Abdul Aziz. Ketika ia diangkat menjadi gubernur di Madinah pada masa Al-Walid bin Abdul Malik, orang-orang pun berdatangan untuk memberikan selamat kepadanya.

Usai sholat zuhur, Umar bin Abdul Aziz memanggil sepuluh fuqaha Madinah yang dipimpin oleh Urwah bin Zubair. Ketika sepuluh fuqaha itu telah berada di sisinya, maka Umar melapangkan majelis bagi mereka serta memuliakannya.

Setelah bertahmid kepada yang berhak dipuji ia berkata, “Saya mengundang Anda semua untuk suatu amal yang banyak pahalanya, yang mana saya mengharapkan Anda semua agar sudi membantu dalam kebenaran. Saya tidak ingin memutuskan suatu masalah kecuali setelah mendengarkan pendapat Anda semua atau seorang yang hadir di antara kalian. Bila kalian melihat seseorang mengganggu orang lain atau pejabat yang melakukan kezaliman, maka saya mohon dengan tulus agar Anda sudi melaporkannya kepada saya.”

Kemudian Urwah mendo’akan baginya keberuntungan dan memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar senantiasa menjadikan beliau tetap lurus dan tidak menyimpang.



Ahli Ilmu dan Amal
Sungguh telah terkumpul pada diri Urwah bin Zubair antara ilmu dan amal. Beliau membiasakan berpuasa di musim panas dan salat di waktu malam yang sangat dingin. Lidahnya senantiasa basah dengan zikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, senantiasa bersanding dengan Kitabullah dan tekun membacanya.

Urwah menghatamkan seperempat Al-Qur’an setiap siang dengan membuka mushaf, lalu salat malam membacanya ayat-ayat Al-Qur’an dengan hafalan. Tak pernah ia meninggalkan hal itu sejak menginjak remaja hingga wafatnya melainkan sekali saja. Yaitu ketika peristiwa mengharukan terjadi.

Dengan menunaikan salat, Urwah memperoleh ketenangan jiwa, kesejukan pandangan dan surga di dunia. Ia tunaikan sebagus mungkin, ia tekuni rukun-rukunnya secara sempurna dan panjangkan salatnya sedapat mungkin.

Telah diriwayatkan bahwa ia pernah melihat seseorang menunaikan salat secepat kilat. Setelah selesai, dipanggilnya orang tersebut dan ditanya, “Wahai anak saudaraku, apakah engkau tidak memerlukan apa-apa dari Rabb-mu Yang Maha Suci? Demi Allah aku memohon kepada Rabb-ku segala sesuatu sampai dalam urusan garam.”

Urwah bin Zubair r.a adalah seorang yang ringan tangan, longgar dan dermawan. Di antara bukti kedermawanannya adalah manakala beliau memiliki sebidang kebun yang luas di Madinah dengan air sumurnya yang tawar, pepohonan yang rindang serta buahnya yang lebat. Ia pasang pagar yang mengelilinginya untuk menjaga kerusakannya dari binatang-binatang dan anak-anak yang usil. Hingga tatkala buah telah masak dan membangkitkan selera bagi yang memandangnya, dibukalah beberapa pintu sebagai jalan masuk bagi siapapun yang menghendakinya.

Begitulah orang-orang keluar masuk kebun Urwah sambil merasakan lezatnya buah-buahan yang masak sepuas-puasnya dan membawa sesuai keinginannya. Setiap kali memasuki kebun, ia mengulang-ulangi firman Allah yang artinya, “Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu, ‘Masya Allah, laa quwwata illa billah” (sesunggunnya atas kehendak Allah semua itu terwujud. Tiada kekuatan kecuali degan pertolongan Allah)…” (Qs. Al-Kahfi: 39).



Ujian Berat
Suatu masa di masa khalifah Al-Walid bin Abdul Malik, Allah berkendak menguji Urwah dengan suatu cobaan yang tak seorang pun mampu bertahan dan tegar selain orang yang hatinya subur keimanan dan penuh dengan kayakinan.

Tatkala amirul mukminin mengundang Urwah untuk berziarah ke Damaskus. Ia mengabulkan undangan tersebut dan mengajak putra sulungnya. Amirul mukminin menyambutnya dengan gembira, memperlakukannya dengan penuh hormat dan melayaninya dengan ramah.

Kemudian datanglah ketetapan dan kehendak Allah, laksana angin kencang yang tak dikehendaki penumpang perahu. Putra Urwah masuk ke kandang kuda untuk melihat kuda-kuda piaraan pilihan. Tiba-tiba saja seekor kuda menyepaknya dengan keras hingga menyebabkan kematiannya.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1352 seconds (0.1#10.140)