Benarkah Malam 17 Ramadhan Nuzulul Quran?
loading...
A
A
A
Benarkah malam 17 Ramadhan Nuzulul Quran? Begitu beberapa atau bahkan kebanyakan orang bertanya-tanya tentang waktu turunnya Al-Qur'an. Pertanyaan ini muncul karena pada surat Al-Qadar disebutkan Al-Qur’an turun pada malam Lailatul Qodar .
Selanjutnya, Rasulullah SAW mengatakan bahwa Lailatul Qodar ada di sepuluh akhir bulan Ramadhan . Di sisi lain, Nuzulul Qur'an selalu diperingati pada tanggal 17 Ramadhan.
Ahmad Zarkasih, Lc, dalam buku berjudul "Meraih Lailatul Qadar, Haruskah I’tikaf?" menjelaskan tentang Nuzulul Qur'an yang diambil dari beberapa kitab yang menerangkan tentang masalah ini.
Sejumlah ulama menyebut metode turunnya Al-Qur’an dalam kitab-kitab mereka dengan istilah kaifiyah alTanzil. Dalam kitabnya al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, Imam Badruddin al-Zarkasyi menyebut setidaknya ada 3 pendapat soal kaifiya Tanzil ini. Dan ketiganya adalah pendapat yang terekam dalam banyak kitab-kitab ulama tentang ilmu Qur’an.
Pertama, Al-Qur'an turun dengan ayat yang lengkap semuanya ketika malam Lailatul-Qadr ke bait-al-Izzah atau langit dunia dari al-Lauh alMahfudz. Kemudian turun secara berangsur-angsur melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW selama 20 atau 23 tahun kemudian dimulai dengan 5 ayat pertama al-‘Alaq.
Kedua, Al-Qur'an turun secara berangsur ke langit dunia (bait al-Izzah) di 20 atau 23 malam Lailatul Qadr selama 20 atau 23 tahun tersebut. Barulah setelah semuanya lengkap di langit dunia, Jibril menurunkannya berangsuran kepada Nabi Muhammad saw, selama 20 atau 23 tahun.
Ketiga, Al-Qur'an turun langsung kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsuran selama lebih dari 20 tahun dan dimulai di malam Lailatul-Qadr.
Dari tiga pendapat tersebut, pendapat yang banyak dipegang oleh jumhur Ulama, yaitu pendapat pertama, bahwa Al-Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia (daarul Izzah) pada malam Lailatul Qadr kemudian diturunkan dengan cara berangsur-angsur sepanjang kehidupan Nabi SAW setelah beliau diangkat menjadi Nabi di Mekkah dan Madinah sampai wafat beliau.
"Banyak para ulama yang mengatakan bahwa pendapat inilah yang setidaknya bisa diterima dengan bantahan yang minim," ujar Ahmad Zarkasih.
Pendapat ini karena berdasar kepada suatu riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Hakim dalam mustadrok-nya dengan sanad yang sahih, dari Ibnu Abbas radhiyallhu ‘anhuma.
Beliau mengatakan bahwasanya Al-Qur'an itu turun sekaligus ke langit dunia pada malam lailatul qadr. Kemudian diturunkan berangsur-angsur selama 20 tahun, kemudian ia mambaca ayat.
“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik .” ( QS Al Furqan : 33)
“Dan Al-Qur'an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian.” ( QS Al Isra : 106)
Imam An-Nasa’i juga meriwayatkan dengan sanad yang sahih dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: “……dan Al-Qur’an diletakkan di baitil izzah dari langit dunia kemudian Jibril turun dengan membawanya kepada Muhammad SAW.”
Turun Sekaligus
Ada beberapa ayat yang dijadikan alasan dan argumen oleh ulama tentang pendapat ini; yakni bahwa Al-Qur’an turun sekaligus lebih dahulu ke baiytul-‘izzah, sebelum akhirnya disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Beberapa ayat tersebut adalah:
“Bulan Ramandhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia.” ( QS Al-Baqarah : 185)
“Sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.” ( QS Al-Qodr : 1)
“Sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam yang diberkahi.” ( QS Ad-Dukhon : 3)
Dalam 3 ayat tersebut, semua menjelaskan tentang turunnya Al-Qur'an pertama kali, yaitu pada bulan Ramadhan tepatnya malam Lailatul Qadr; malam kemuliaan.
Selanjutnya pada surat Ad-Dukhon, yang dimaksud malam mubarak alias malam yang diberkahi ialah malam Lailatul Qadr pada bulan Ramadhan sebagaimana yang dikatakan oleh kebanyakan ulama tafsir, salah satunya adalah Imam al-Alusiy dalam kitab tafsirnya.
Nah, dalam ayat-ayat tersebut, Allah SWT menggunakan kalimat anzala, yang secara bahasa artinya itu adalah menurunkan. Dan itu dimaksudkan menurunkan secara sekaligus. Karena dalam ayat lain, Allah SWT menjelaskan proses turunnya ayat kepada Nabi Muhammad tidak menggunakan kalimat anzala, tapi menggunakan kalimat Nazzala; yang berarti adalah menurunkan secara berangsuran.
Tafsir Jalalayn juga menafsirkan Surat Ad-Dukhon itu "pada suatu malam yang diberkati" yaitu Lailatul qadar. Hanya saja, Jalalayn menyebut lailatul qadar adalah malam pertengahan bulan Sya'ban.
Pada malam tersebut diturunkanlah Al-Qur'an dari Umul Kitab atau Lohmahfuz yaitu dari langit yang ketujuh hingga ke langit dunia.
Diturunkan Secara Berangsur
Setelah diturunkan secara lengkap (keseluruhan) dari Lauh Mahfudz ke langit Dunia (Baitul-Izzah), Al-Qur’an turun secara berangsuran selama 23 tahun.
Ini menurut salah satu pendapat yang banyak dipegang ulama; 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Dan turunnya Al-Qur’an secara berangsuran telah dijelaskan dalam firman Allah SWT
“Dan Al-Qur'an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian.” ( QS Al Isra : 106)
Menurut Ahmad Zarkasih, inilah salah satu keistimewaan Al-Qur’an, bahwa kitab suci ummat Nabi Muhammad ini turun secara berangsuran setelah sebelumnya diturunkan secara lengkap/sekaligus.
Ini berbeda dengan kitab-kitab samawi lainnya yang diturunkan secara sekaligus, yaitu Injil, Taurat dan Zabur, tanpa ada angsurannya. Allah SWT berfirman:
Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). ( QS Al-Furqan : 32)
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. ( QS Al-Furqan : 33)
Selanjutnya, Rasulullah SAW mengatakan bahwa Lailatul Qodar ada di sepuluh akhir bulan Ramadhan . Di sisi lain, Nuzulul Qur'an selalu diperingati pada tanggal 17 Ramadhan.
Ahmad Zarkasih, Lc, dalam buku berjudul "Meraih Lailatul Qadar, Haruskah I’tikaf?" menjelaskan tentang Nuzulul Qur'an yang diambil dari beberapa kitab yang menerangkan tentang masalah ini.
Sejumlah ulama menyebut metode turunnya Al-Qur’an dalam kitab-kitab mereka dengan istilah kaifiyah alTanzil. Dalam kitabnya al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, Imam Badruddin al-Zarkasyi menyebut setidaknya ada 3 pendapat soal kaifiya Tanzil ini. Dan ketiganya adalah pendapat yang terekam dalam banyak kitab-kitab ulama tentang ilmu Qur’an.
Pertama, Al-Qur'an turun dengan ayat yang lengkap semuanya ketika malam Lailatul-Qadr ke bait-al-Izzah atau langit dunia dari al-Lauh alMahfudz. Kemudian turun secara berangsur-angsur melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW selama 20 atau 23 tahun kemudian dimulai dengan 5 ayat pertama al-‘Alaq.
Kedua, Al-Qur'an turun secara berangsur ke langit dunia (bait al-Izzah) di 20 atau 23 malam Lailatul Qadr selama 20 atau 23 tahun tersebut. Barulah setelah semuanya lengkap di langit dunia, Jibril menurunkannya berangsuran kepada Nabi Muhammad saw, selama 20 atau 23 tahun.
Ketiga, Al-Qur'an turun langsung kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsuran selama lebih dari 20 tahun dan dimulai di malam Lailatul-Qadr.
Dari tiga pendapat tersebut, pendapat yang banyak dipegang oleh jumhur Ulama, yaitu pendapat pertama, bahwa Al-Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia (daarul Izzah) pada malam Lailatul Qadr kemudian diturunkan dengan cara berangsur-angsur sepanjang kehidupan Nabi SAW setelah beliau diangkat menjadi Nabi di Mekkah dan Madinah sampai wafat beliau.
"Banyak para ulama yang mengatakan bahwa pendapat inilah yang setidaknya bisa diterima dengan bantahan yang minim," ujar Ahmad Zarkasih.
Baca Juga
Pendapat ini karena berdasar kepada suatu riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Hakim dalam mustadrok-nya dengan sanad yang sahih, dari Ibnu Abbas radhiyallhu ‘anhuma.
Beliau mengatakan bahwasanya Al-Qur'an itu turun sekaligus ke langit dunia pada malam lailatul qadr. Kemudian diturunkan berangsur-angsur selama 20 tahun, kemudian ia mambaca ayat.
وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik .” ( QS Al Furqan : 33)
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
“Dan Al-Qur'an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian.” ( QS Al Isra : 106)
Imam An-Nasa’i juga meriwayatkan dengan sanad yang sahih dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: “……dan Al-Qur’an diletakkan di baitil izzah dari langit dunia kemudian Jibril turun dengan membawanya kepada Muhammad SAW.”
Turun Sekaligus
Ada beberapa ayat yang dijadikan alasan dan argumen oleh ulama tentang pendapat ini; yakni bahwa Al-Qur’an turun sekaligus lebih dahulu ke baiytul-‘izzah, sebelum akhirnya disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Beberapa ayat tersebut adalah:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ
“Bulan Ramandhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia.” ( QS Al-Baqarah : 185)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.” ( QS Al-Qodr : 1)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ
“Sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam yang diberkahi.” ( QS Ad-Dukhon : 3)
Dalam 3 ayat tersebut, semua menjelaskan tentang turunnya Al-Qur'an pertama kali, yaitu pada bulan Ramadhan tepatnya malam Lailatul Qadr; malam kemuliaan.
Selanjutnya pada surat Ad-Dukhon, yang dimaksud malam mubarak alias malam yang diberkahi ialah malam Lailatul Qadr pada bulan Ramadhan sebagaimana yang dikatakan oleh kebanyakan ulama tafsir, salah satunya adalah Imam al-Alusiy dalam kitab tafsirnya.
Nah, dalam ayat-ayat tersebut, Allah SWT menggunakan kalimat anzala, yang secara bahasa artinya itu adalah menurunkan. Dan itu dimaksudkan menurunkan secara sekaligus. Karena dalam ayat lain, Allah SWT menjelaskan proses turunnya ayat kepada Nabi Muhammad tidak menggunakan kalimat anzala, tapi menggunakan kalimat Nazzala; yang berarti adalah menurunkan secara berangsuran.
Tafsir Jalalayn juga menafsirkan Surat Ad-Dukhon itu "pada suatu malam yang diberkati" yaitu Lailatul qadar. Hanya saja, Jalalayn menyebut lailatul qadar adalah malam pertengahan bulan Sya'ban.
Pada malam tersebut diturunkanlah Al-Qur'an dari Umul Kitab atau Lohmahfuz yaitu dari langit yang ketujuh hingga ke langit dunia.
Diturunkan Secara Berangsur
Setelah diturunkan secara lengkap (keseluruhan) dari Lauh Mahfudz ke langit Dunia (Baitul-Izzah), Al-Qur’an turun secara berangsuran selama 23 tahun.
Ini menurut salah satu pendapat yang banyak dipegang ulama; 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Dan turunnya Al-Qur’an secara berangsuran telah dijelaskan dalam firman Allah SWT
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
“Dan Al-Qur'an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian.” ( QS Al Isra : 106)
Menurut Ahmad Zarkasih, inilah salah satu keistimewaan Al-Qur’an, bahwa kitab suci ummat Nabi Muhammad ini turun secara berangsuran setelah sebelumnya diturunkan secara lengkap/sekaligus.
Ini berbeda dengan kitab-kitab samawi lainnya yang diturunkan secara sekaligus, yaitu Injil, Taurat dan Zabur, tanpa ada angsurannya. Allah SWT berfirman:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا
Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). ( QS Al-Furqan : 32)
وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. ( QS Al-Furqan : 33)
(mhy)