Ramadhan yang Mengharukan Bagi Keluarga Rasulullah SAW

Senin, 18 April 2022 - 03:01 WIB
loading...
Ramadhan yang Mengharukan Bagi Keluarga Rasulullah SAW
Hampir setiap hari di bulan Ramadhan, Sayyidina Hasan selalu menghidangkan makanan bagi orang miskin untuk berbuka. Foto ilustrasi/dok islamic-center
A A A
Sayyidina Hasan radhiyallahu 'anhu, cucu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (SAW) punya kebiasaan mulia setiap bulan Ramadhan. Hampir setiap hari di bulan Ramadhan beliau menghidangkan makanan bagi orang miskin untuk berbuka puasa.

Sayyidina Hasan adalah khalifah kelima setelah ayahnya Ali bin Thalib wafat. Hasan dan saudaranya Husein merupakan cucu kesayangan Rasulullah SAW yang darinya dikenal Zuriyah al-Rasul atau anak keturunan Rasulullah di kemudian hari.



Sayidina Hasan lahir pada pertengahan Ramadhan tahun ke-3 Hijriyah. Dalam Kitab Al-Thabaqat al-Kubra disebutkan bahwa nama Hasan dan Husein adalah dua nama dari beberapa nama ahli surga. Keduanya merupakan pemimpin para pemuda di surga.

Berikut kisah Sayyidina Hasan yang mengharukan pada bulan Ramadhan. Putra pertama Sayyidina Ali ini setiap bulan Ramadhan selalu melayani dan mengatur makanan yang diberikan kepada segenap orang miskin di Madinah kala itu.

Penduduk Madinah tahu apabila ingin berbuka dan menikmati makanan, mereka selalu datang ke tempat Hasan bin Ali. Setiap hari banyak orang datang, walaupun demikian makanan yang disiapkan selalu mencukupi untuk semua tamu.

Dikisahkan, di antara para tamu itu, ada satu orang yang hari itu membawa pulang makanannya tanpa menyentuhnya. Ia hanya membatalkan dengan sebuah kurma dan 3 teguk air. Dan ini tak luput dari pandangan Beliau dan kemudian bertanya:

"Saudaraku, tidak seperti yang lain engkau tidak memakan makananmu, apakah ada keluargamu yang sedang sakit? Bila iya, izinkan saya membantu atau minimal bolehkah saya menengoknya? Semoga saya bisa melakukan sesuatu."

Orang tua itu pun menatap Sayyidina Hasan dan kemudian dengan wajah sedih ia menjawab: "Maafkan saya, wahai cucu Rasulullah. Saya hidup sebatang kara dan saya tidak punya keluarga lagi. Tentang makanan ini, saya ingin berikan kepada seorang lelaki gagah yang selalu saya temui di perkebunan yang ada di dekat rumahku. Setiap hari saya melihatnya kerja di kebun itu, dan bila waktu berbuka tiba dia selalu memakan sepotong roti kering yang dibasahi air. Ia bekerja dan bekerja, seperti lelah tak menghampirinya."

"Demikian pula tatkala duduk beristirahat, saya senantiasa mendengar lantunan ayat Al-Qur'an dari mulutnya. Saya tak pernah berbicara dengannya. Tapi saya kagum dan sangat hormat keadanya. Hari ini, saya berharap bisa menyenangkannya dengan makanan ini. Setidaknya memberikan dia menu yang berbeda, maafkan saya wahai Tuan," kata orang tua itu.

Sayyidina Hasan bin Ali pun terharu mendengarnya dan meneteskan air matanya: "Makanlah makananmu, dan bawalah makanan untuknya."

"Tidak wahai Tuan, Anda telah demikian baik, biarlah makan jatahku kuberikan padanya, hatiku membisikkan demikian, ijinkanlah wahai Tuan," kata orang tua itu bersikukuh.

Sayyidina Hasan bin Ali makin terharu, air matanya makin menetes deras. "Bapak tua, tahukah engkau siapa lelaki yang hendak kau berikan makanan itu? Dia adalah ayahku, Sayyidina Ali bin Abi Thalib, kekasih Allah dan kekasihnya Rasulullah SAW. Sesungguhnya makanan yang kita makan ini adalah hasil kerjanya. Dan dia memilih berbuka dengan apa yang kau sebutkan tadi."

Masya Allah, begitulah kemurahan hati dan kedermawanan keluarga Rasululah SAW. Sayyidina Hasan dan ayahnya lebih memilih makan seadanya asalkan bisa memberi makan orang lain.

Untuk diketahui, Sayyidina Hasan adalah orang yang paling murah hati dan paling banyak berbuat baik kepada fakir miskin. beliau tidak pernah menolak pengemis. Suatu hari, seseorang bertanya kepadanya: "Mengapa Engkau tidak pernah menolak pengemis?" Beliau menjawab: "Aku mengemis kepada Allah dan mencintai-Nya. Aku malu menjadi pengemis kepada Allah sementara aku menolak seorang pengemis. Sesungguhnya Allah senantiasa melimpahkan nikmat-Nya kepadaku. Dan aku berusaha untuk senantiasa melimpahkan nikmat-Nya kepada manusia. Aku takut bila kuhentikan kebiasaan ini, Allah akan memutuskan kebiasaan-Nya."

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1749 seconds (0.1#10.140)