Beberapa Ayat dalam Surat Ar-Rahman Merujuk Indonesia, Ini Penjelasan Pakar Perikanan

Selasa, 26 April 2022 - 14:33 WIB
loading...
A A A


Para ulama tafsir berbeda pendapat mengenai sejauh mana umat Islam dapat memahami al-Quran melalui corak tafsir ilmi. Sebagian mufassir cenderung menolak corak tafsir seperti ini karena dianggap apologetik. Artinya al-Quran hanya diglorifikasi karena ada kesesuaian dengan temuan ilmiah. Padahal pada kenyataannya sumber inspirasi penemuan ilmiah itu bukan berasal dari al-Quran. Sebagian yang lain berpendapat bahwa corak tafsir ilmi merupakan bagian dari tanda kemukjizatan al-Quran. Dengan kata lain, isyarat ilmiah ini diyakini sebagai salah satu bukti Kuasa Allah SWT yang mengungkap isyarat ilmiah jauh sebelum teori itu ditemukan.

Ibnu Jarir al-Thabari (w. 310 H) yang hidup di abad ke-3 mengemukakan dua penafsiran yang selaras dengan riwayat yang didapatkannya.

Pertama riwayat dari Sa’id dan Ibnu Abbas , makna dari dua laut di atas adalah pertemuan antara laut langit (bahr fi al-sama’) dan laut bumi (bahr fi al-ardh).

Menurut pandangan al-Thabari, yang dimaksud dengan ini adalah fenomena air hujan yang turun dari langit yang diibaratkan ada lautan di langit, turun ke lautan bumi.

Kedua riwayat dari al-Hasan dan Qatadah, yang dimaksud dengan dua laut adalah laut Persia (bahr faris) dan laut Romawi (bahr al-rum).



Berbeda dengan al-Thabari, Ibnu Katsir (w. 774 H) yang hidup di sekitar abad ke-8 H berpendapat bahwa tafsir dari ayat di atas adalah pertemuan antara dua arus air tawar dan asin yakni pertemuan antara aliran sungai yang menuju ke laut.

Menurut Ibnu Katsir, keterangan seperti ini juga terdapat dalam bunyi ayat QS al-Furqan ayat 53: “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan), yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin lagi pahit, dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.”

Thahir Ibnu ‘Asyur (w. 1393 H) yang hidup di abad modern dalam tafsirnya al-Tahrir wa al-Tanwir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan al-bahrain adalah Sungai Eufrat di Irak dan Teluk Persia di pantai Basrah serta daerah di sekitar Bahrain saat ini.

Kemungkinan lain menurut Ibnu ‘Asyur adalah dua laut yang dikenal oleh masyarakat Arab ketika wahyu diturunkan, yaitu Laut Merah (di sekitar Jeddah-Yunbu’, Saudi Arabia) dan Laut Oman (sekitar Hadhramaut, Aden, juga beberapa kota lain di Yaman).



Dalam penelitian oceanografi mutakhir sebagaimana dikutip dalam Tafsir Kementerian Agama Tahun 2010, bahwa di bawah garis khatulistiwa di Lautan Pasifik, Atlantik dan lautan Hindia terdapat arus yang bergerak melawan arus permukaannya, arus ini dikenal sebagai Pacific Equatorial Undercurrent atau dikenal juga dengan nama Cromwell Current.

Arus ini bergerak ke timur menentang arus Pacific South Equatorial Current yang bergerak ke barat. Arus Cromwell ini mempunyai ketebalan 150 m, panjang 402 km, batas atas antara 42-91 m, dan selalu bergerak di bawah khatulistiwa.

Menurut para ahli, terdapat batas yang kasat mata di antara arus laut yang bergerak dalam arus Cromwell yang bergerak ke timur menentang arus barat. Batas ini juga dapat dilihat di wilayah lain seperti Selat Gibraltar dan Laut sebelah timur Jepang.
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1723 seconds (0.1#10.140)