Besok Gerhana Matahari Cincin, Begini Tata Cara Salat Gerhana Pendek

Sabtu, 20 Juni 2020 - 10:47 WIB
loading...
Besok Gerhana Matahari Cincin, Begini Tata Cara Salat Gerhana Pendek
Gerhana Matahari cincin di atas New Mexico. Foto/Ilustrasi/apod.nasa.gov/Colleen Pinski
A A A
Masyarakat Indonesia akan kembali menyaksikan fenomena langit yang menakjubkan, yakni Gerhana Matahari Cincin (Annular). Peristiwa ini akan terjadi pada Ahad (21/6) atau bertepatan dengan 29 Syawwal 1441 H.

Baca juga: Muhammadiyah Terbitkan Maklumat Salat Gerhana Matahari Cincin

Sebagian besar masyarakat Indonesia berkesempatan menyaksikan gerhana matahari ini meski dalam wujud gerhana sebagian, karena hanya sebagian kecil paras Matahari yang tertutupi oleh Bulan.

Gerhana matahari (al–kusuf asy–syams) terjadi saat bumi, bulan, dan matahari benar-benar sejajar dalam satu garis lurus ditinjau dari perspektif tiga dimensi, dengan Bulan berada di antara Bumi dan Matahari. (Baca juga: Daftar Daerah di Indonesia yang Bisa dan Tidak Melihat Gerhana Matahari Cincin )

KH Sirril Wafa, Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengatakan dalam khazanah ilmu falak, Gerhana Matahari terjadi bersamaan dengan konjungsi Bulan-Matahari (ijtima’) dengan Bulan menempati salah satu di antara dua titik nodalnya.

Titik nodal, terangnya, merupakan titik potong khayali di langit di mana orbit Bulan tepat memotong ekliptika (masir asy–syams), yakni bidang edar orbit Bumi dalam mengelilingi Matahari.

“Sebagai akibat kesejajaran tersebut maka pancaran sinar Matahari yang menuju ke Bumi akan terblokir sedikit oleh Bulan. Maka peristiwa Gerhana Matahari selalu terjadi di siang hari,” kata dosen Ilmu Falak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu seperti disiarkan laman NU, Jumat (19/6/2020).

Lebih lanjut, Kiai Sirril Wafa menjelaskan bahwa pemblokiran tersebut terjadi secara tidak merata di sekujur paras bumi yang sedang terpapar sinar matahari pada saat itu. Melainkan hanya di sektor–sektor tertentu saja yang bergantung pada geometri orbit Bulan kala kesejajaran tersebut terjadi. Hal tersebut mengingat ukuran bulan jauh lebih kecil dibanding bumi.

Dalam setiap tahun Hijriyyah terjadi 12 peristiwa ijtima’. Akan tetapi, tidak setiap ijtima’ menghasilkan Gerhana Matahari. Sebab, orbit bulan membentuk sudut 5 derajat 14 menit terhadap ekliptika sehingga bulan tidak selalu menempati salah satu di antara dua titik nodalnya manakala ijtima’ terjadi.

“Situasi dimana ijtima’ terjadi bersamaan dengan bulan menempati atau berdekatan dengan salah satu titik nodalnya hanya terjadi minimal 2 kali dan maksimal 4 kali dalam setiap tahun Hijriyyah,” jelas Kiai Sirril.

Daerah yang Menyaksikan
LF PBNU melakukan hisab (perhitungan ilmu falak) terhadap peristiwa Gerhana Matahari tahun 1441 H ini menggunakan sistem hisab haqiqy bittahqiq (kontemporer).

Hasil hisab menunjukkan ketampakan Gerhana Matahari Cincin di Indonesia berupa gerhana sebagian. Sebagian besar Indonesia berkesempatan menyaksikannya, kecuali masyarakat yang berada di Provinsi Bengkulu (sebagian), Lampung (sebagian), Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat (kecuali Indramayu), Jawa Tengah (sebagian besar), dan Jawa Timur (sebagian kecil).

“Provinsi-provinsi tersebut tidak bisa menyaksikan gerhana karena berada di luar wilayah gerhana,” terang KH Sirril.

Data hisab Gerhana Matahari yang dilakukan untuk seluruh ibukota kabupaten/kota se-Indonesia membentuk peta Gerhana Matahari yang tersaji dalam gambar.

Besok Gerhana Matahari Cincin, Begini Tata Cara Salat Gerhana Pendek

Dalam peta tersebut Indonesia dilintasi oleh hanya Zona Penumbra. Dalam zona penumbra ini hanya akan terlihat gerhana sebagian dengan magnitudo gerhana (besarnya persentase penutupan cakram Matahari oleh cakram Bulan pada saat puncak gerhana) bergantung kepada lokasi masing-masing.

Dari hasil hisab yang telah dilakukan, durasi terpanjang Gerhana Matahari terjadi di Kota Banda Aceh, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, yakni mencapai 2 jam 24 menit. Sementara itu, magnitudo terbesar terjadi di Kota Manokwari, Provinsi Papua Barat, yang mencapai 47,86 persen.

Sebaliknya, durasi terpendek dan magnitudo terkecil Gerhana Matahari terjadi di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah yang hanya 19 menit dengan magnitudo 0,62 persen.

Khusus untuk Kota Ambon, Manokwari, dan Jayapura, gerhana belum berakhir pada saat matahari terbenam sehingga durasi gerhana diperhitungkan pada saat matahari terbenam.



Maklumat Muhammadiyah
Sementara itu, Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah mengeluarkan Maklumat No.01/MLM/I.1/E/2020 tentang Salat Gerhana Matahari Cincin.

Maklumat yang ditandatangani Ketua, Syamsul Anwar dan Sekretaris, Muhammad Mas'udi ini mempertimbangkan Surat Edaran PP Muhammadiyah No 05/EDR/I.0/E/2020 tentang Tuntutan dan Panduan Menghadapi Pandemi dan Dampak Covid-19.

Baca Juga: Puasa Sunnah Syawal Tinggal 10 Hari Lagi

Berikut ini empat poin Maklumat Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah terkait salat gerhana matahari cincin.

1. Salat gerhana dilaksanakan secara berjamaah di rumah masing-masing

2. Salat dan khutbah dikerjakan sebatas kemampuan

3. Informasi daerah/kota yang terlintasi gerhana dan dapat mengadakan salat tercantum dalam lampiran

4. Pengamatan gerhana dilaksanakan secara terbatas, tidak mengumpulkan massa dalam jumlah banyak dan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah maupun Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC).

Salat Gerhana

Laman resmi Nahdlatul Ulama (NU) juga memuat tata cara salat gerhana matahari. Durasi salat gerhana matahari cukup panjang karena dianjurkan membaca tasbih pada rukuk pertama selama bacaan seratus ayat Surat Al-Baqarah dan bacaan delapan puluh ayat Surat Al-Baqarah pada rukuk kedua.

Setelah salat dua rakaat, jamaah mendengarkan khutbah salat gerhana sebagaimana pelaksanaan khutbah Jumat. Salat gerhana dilakukan idealnya demikian.

Baca Juga: Jadwal Puasa Sunnah di Bulan Juni 2020

Tetapi pada saat waktu gerhana semakin pendek, ulama mazhab Syafii membolehkan pelaksanaan salat gerhana matahari secara singkat.

Salat gerhana singkat ini dapat dilakukan dengan membaca Surat Al-Fatihah sebanyak empat kali pada dua rakaat tersebut tanpa surat panjang seperti yang dianjurkan.

Salat gerhana singkat juga dapat dilakukan dengan membaca Surat Al-Fatihah saja tanpa diiringi dengan surat pendek. Salat gerhana singkat ini dapat dilakukan dengan membaca tiga kali tasbih seperti jumlah bacaan tasbih shalat pada biasanya.

Ini lebih ringkas seperti keterangan Syekh Ibnu Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi dalam I’anatut Thalibin berikut ini.

ولو اقتصر على الفاتحة في كل قيام أجزأه، ولو اقتصر على سور قصار فلا بأس. ومقصود التطويل دوام الصلاة إلى الانجلاء

Artinya, “Kalau seseorang membatasi diri pada bacaan Surat Al-Fatihah saja, maka itu sudah memadai. Tetapi kalau seseorang membatasi diri pada bacaan surat-surat pendek setelah baca Surat Al-Fatihah, maka itu tidak masalah. Tujuan mencari bacaan panjang adalah mempertahankan salat dalam kondisi gerhana hingga durasi gerhana bulan selesai,” (Lihat Syekh Ibnu Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I’anatut Thalibin, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425-1426 H], juz I, halaman 303).

Salat dua rakaat gerhana matahari dianjurkan selama gerhana matahari berlangsung. Adapun dua khutbah salat gerhana matahari boleh tetap berlangsung atau boleh dimulai meski gerhana matahari sudah selesai.

Sebelum salat ada baiknya seseorang melafalkan niat terlebih dahulu sebagai berikut:

أُصَلِّي سُنَّةَ الكُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ لله تَعَالَى

Ushallî sunnatal kusûf rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ. Artinya, “Saya shalat sunnah gerhana matahari dua rakaat karena Allah SWT.”

Baca Juga: Puasa Syawal, Pahalanya Seperti Puasa Setahun Penuh

Adapun secara teknis, salat sunnah gerhana matahari sendirian adalah sebagai berikut:

1. Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram.
2. Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati.
3. Baca ta‘awudz dan Surat Al-Fatihah tanpa surat panjang atau baca surat pendek.
4. Rukuk.
5. Itidal.
6. Baca ta‘awudz dan Surat Al-Fatihah tanpa surat panjang atau baca surat pendek.
7. Rukuk.
8. Itidal
9. Sujud pertama.
10. Duduk di antara dua sujud.
11. Sujud kedua.
12. Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua.
13. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama. Durasi pengerjaan rakaat kedua lebih pendek daripada pengerjaan rakaat pertama.
14. Setelah sujud kedua pada rakaat kedua, duduk tasyahud untuk membaca tasyahud akhir.
15. Salam.
16. Istighfar dan doa.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4720 seconds (0.1#10.140)