Gus Baha Sebut Ada Amalan Idul Fitri yang Pahalanya Setara Ikut Perang Badar

Senin, 02 Mei 2022 - 06:00 WIB
loading...
Gus Baha Sebut Ada Amalan Idul Fitri yang Pahalanya Setara Ikut Perang Badar
Gus Baha: Amalan kebaikan itu dapat dilakukan sebanyak mungkin di hari raya Idul Fitri sehingga dapat menjadi amalan penyempurna dan pelengkap Ramadhan kita semua. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menyatakan bahwa pada Idul Fitri ini umat Islam bisa melakukan amalan yang besar pahalanya setara dengan sahabat yang ikut perang Badar .

Amalan kebaikan itu dapat dilakukan sebanyak mungkin di hari raya Idul Fitri sehingga dapat menjadi amalan penyempurna dan pelengkap Ramadhan kita semua.

Pertama, silaturahmi , atau menyambung tali persaudaraan. Silaturahmi, menurut Gus Baha, nilai atau esensi atau unsur ibadahnya sama dengan yang dilakukan secara konvensional.



Alkisah, Rasulullah SAW pernah memberi tahu para sahabat bahwa ada orang-orang yang mendapatkan pahala yang setara dengan sahabat yang ikut perang Badar, padahal mereka tidak ikut dalam peperangan. Para sahabat pun bertanya, “Mengapa sama wahai Rasulullah SAW?”

“Karena mental (kekuatan hati) mereka sama dengan yang sedang berperang dan ketidakikutsertaan mereka adalah karena ada halangan syar’i,” jawab Rasul.

Kedua birrul walidain . Saat itu sahabat-sahabat yang lain ingin berjumpa dan sowan kepada Rasulullah SAW, namun ‘Uwais al-Qarni berhalangan karena harus mengurus ibundanya. Akhirnya, ‘Uways al-Qarni mendapat julukan ‘Khairul Qurun” dari Rasulullah SAW, tetap dinilai dan dianggap pernah sowan dan berjumpa dengan Nabi SAW.

Kepada Umar bin Khattab, Rasullah SAW mengapresiaisi keutamaan ‘Uways al-Qarni. Beliau meminta menyampaikan salamnya kepada ‘Uways al-Qarni, serta menyarankan Umar untuk meminta istighfar (meminta untuk didoakan) karena istighfar ‘Uways al-Qarni itu mustajab (doanya terkabul). Predikat dan keutamaan tersebut karena amalan ‘Uwais al-Qarni kepada ibundanya, dan birrul walidain adalah juga perintah dari Rasulullah SAW.

Jika masih ada di antara kita yang memiliki egoisme tinggi sehingga menghalangi kita untuk berbuat baik kepada orang tua, atau bahkan lupa dengan orang tua (naudzubillah), maka inilah salah satu saat yang tepat untuk menyudahi itu semua. "Mari berbuat baik sebanyak-banyaknya kepada orang tua. Mulai dari hal kecil, seperti membuatnya tersenyum di malam Idul Fitri ini, atau membantu pekerjaan rumah, atau hal-hal baik lain yang dapat membuat kedua orang tua tidak kecewa," ujar Gus Baha.



Ketiga, sakit. Sakit yang dimaksud dalam konteks ini bukan sakit yang sebenarnya, melainkan kabar bahagia untuk orang yang sedang sakit. Seseorang yang sudah terbiasa melakukan kebaikan, ibadah seperti tahajud, witir saat sehat maka kebaikan pahalanya tetap dan tidak berkurang saat dirinya sakit. Artinya tahajud dan witirnya yang tidak bisa dilakukan saat sakit tetap dihitung pahala melakukan ibadah tersebut.

Keempat, memperbanyak zikir, takbir, shalat, membaca al-Qur’an dan menahan diri untuk tidak membuat kerusakan umat.

"Itu semua sebagai ijazah yang dapat diamalkan oleh kita semua, yaitu menghidupkan hari raya dengan memperbanyak silaturahmi (poin pertama), birrul walidain (poin kedua) , zikir, istighfar, salawat Nabi, membaca al-Qur’an dan menahan diri untuk tidak melakukan kerusakan umat," ujar Gus Baha dalam tausiyahnya yang dilansir Kanal Narasi TV dalam jaringan YouTube.

Bulan Ramadhan telah usai, menurut Gus Baha, kenangan bersama Ramadhan tentu menjadi kenangan yang sangat dirindukan, karena harus menunggu 11 bulan kemudian agar bertemu kembali dengan bulan yang penuh berkah ini. Itu pun, jika Allah SWT memberi kita umur panjang.

Sebagai manusia yang diberikan hati oleh Allah SWT, sepatutnya untuk tetap mensyukuri apa yang Allah SWT karuniakan. Bersyukur berjumpa dengan Ramadhan, begitu juga bersyukur berpisah dengan Ramadhan. Alhamdulillah.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1512 seconds (0.1#10.140)