Silaturahmi, Salah Satu Tiket untuk Masuk Surga

Selasa, 14 Juli 2020 - 19:22 WIB
loading...
Silaturahmi, Salah Satu Tiket untuk Masuk Surga
Menyambung silaturahim adalah termasuk salah satu kewajiban kaum muslimin yang harus ditunaikan. Foto ilustrasi/pinterest
A A A
Wahai muslimah, salah satu tanda orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mereka yang selalu menyambung silaturahmi. Menyambung silaturahmi atau silaturahim iniadalah termasuk salah satu kewajiban kaum muslimin yang harus ditunaikan. Banyak cara untuk menyambung tali silaturahmi. Misalnya dengan cara saling berziarah (berkunjung kepada kerabat), saling memberi hadiah, atau dengan pemberian yang lain.

Sambunglah silaturahmi itu dengan berlemah lembut, berkasih sayang, wajah berseri, memuliakan, dan dengan segala hal yang sudah dikenal manusia dalam membangun silaturahmi. Dengan silaturahmi, pahala yang besar akan diperoleh dari Allah Azza wa Jalla. Silaturahim menyebabkan seseorang bisa masuk ke dalam surga. Silaturahim juga menyebabkan seorang hamba tidak akan putus hubungan dengan Allah di dunia dan akhirat.

Dari Jubair bin Mut’im bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ

"Tidaklah masuk surga orang yang suka memutus (memutus tali silaturahmi)”. (Mutafaqun ‘alaihi).

Artinya, jangan sampai kita termasuk orang-orang yang memutus tali silaturahim. Karena hal ini adalah sesuatu yang harus kita jaga. Karena silaturahim mendatangkan kebaikan untuk kehidupan kita di dunia maupun di akhirat. (Baca juga : Inilah Tiga Amalan Sunnah Sebelum Keluar untuk Bekerja )

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ, وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ, فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya, dan agar diakhirkan sisa umurnya, maka hendaknya ia menyambung tali rahimnya (tali silaturahim). (HR. Al-Bukhari).

Oleh karena itu, tetap sambungkanlah tali silaturahmi. Berhati-hatilah dari memutuskannya. Masing-masing kita akan datang menghadap Allah dengan membawa pahala bagi orang yang menyambung tali silaturahmi. Atau ia menghadap dengan membawa dosa bagi orang yang memutus tali silaturahmi. Marilah kita memohon ampun kepada Allah Ta’ala, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ

"Dan orang-orang yang menghubungkan (menyambung) apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk. (Ar-Ra’d :21).

Al-Qurthubi rahimahullah berkata, ayat tersebut begitu jelas menunjukkan masalah silaturahim (menyambung tali persaudaraan). Ini adalah pendapat Qatadah rahimahullah dan kebanyakan para ahli tafsir. Meski demikian, ayat di atas mencakup semua bentuk ketaatan.

Ada juga suatu riwayat dari imam al-Bukhari dan juga Imam Muslim dari hadis Aisyah radhiyallahu'anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah ersabda:

الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُولُ مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللهُ، وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللهُ

"Rahim bergelantung memegang erat pada arsy seraya berkata, “Barangsiapa menyambungku, Allah akan menyambungnya. Dan siapa yang memutuskanku, Allah pun akan memutusnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dengan melihat pentingnya silaturahim di atas, maka pertanyaannya adalah : Sudahkah kita berlemah lembut terhadap kerabat kita? Sudahkah kita tersenyum tatkala bertemu dengan saudara kita? Sudahkah kita mengunjungi keluarga besar kita? Sudahkah kita mencintai, memuliakan, menghormati, saling menunjungi saat sehat, saling menjenguk ketika sakit? Sudahkah kita membantu memenuhi atau sekadar meringankan yang mereka butuhkan? Semoga para muslimah termasuk yang menjaga tali silaturahim.

Silaturahim menjadi faktor kuat yang dijadikan Allah Azza wa Jalla sebagai sebab lapangnya rezeki orang yang menyambungnya, serta menjadikannya sebab keberkahan dan panjangnya umur untuk bisa melakukan amalan-amalan yang saleh, dan mengambil bekal dari kehidupan yang sementara ini menuju negeri yang kekal dan abadi. (Baca juga : Manfaat Takwa, dari Rezeki Hingga Ampunan Allah Ta'ala )

Ibnu Allan rahimahullah dalam Syarah Riyadhus Shalihîn berkata, “Ibnu at-Tîn berkata, “Zahir hadis di atas bertentangan dengan firman Allah:
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1715 seconds (0.1#10.140)