Kisah Khalifah Al-Mahdi Taklukkan Konstantinopel, Harun Al-Rasyid Jadi Bintang Abbasiyah
loading...
A
A
A
Selain itu, Al-Mahdi juga menunjukkan para jenderal dan aparatur terbaik untuk membantu Musa. Tak ayal, pasukan ini dengan sangat mudah memadamkan pemberontakan yang terjadi. Dalam waktu singkat, Musa berhasil mengendalikan seluruh wilayah tersebut dan menghukum semua pemberontak.
Tapi di tahun 169 H, dilema merasuki pikiran Al-Mahdi. Dia menilai dari kedua putranya, bahwa Harun lah yang sebenarnya lebih layak terlebih dahulu diangkat sebagai khalifah. Ide ini kemudian dia sampaikan ke hadapan pemuka Bani Abbas, dan mereka menyetujui.
Ketika itu Musa bin Al-Mahdi masih berada di Jurjan dan baru selesai membereskan semua hal di wilayah tersebut pasca pemberontakan di Tabaristan. Lalu datanglah kurir yang membawa surat dari ayahnya yang memerintahkan agar dia segera pulang untuk menerima keputusan ini. Tapi Musa menolak, dan memukuli kurir yang membawa surat tersebut.
Mendengar tanggapan dari putranya, Al-Mahdi memutuskan untuk mendatangi langsung Musa bin Al-Mahdi ke Jurjan. Tapi dia tidak pernah sampai ke Jurjan menemui putranya, karena Al-Mahdi keburu menghembuskan napas terakhirnya.
Imam As-Suyuthi dalam "Tarikh Khulafa’; Sejarah Para Khalifah" mengatakan penyebab kematiannya berawal saat dia mengejar binatang buruan dengan berkuda. Binatang buruan itu memasuki reruntuhan sebuah bangunan. Sementara itu, seokor kuda berlari di belakangnya lalu menyeruduk punggungnya hingga dia tewas seketika.
Hanya saja ada juga yang mengatakan bahwa dia meninggal karena diracun oleh budak perempuannya. Menurut riwayat Tabari, Al-Mahdi wafat pada tanggal 2 Muharram 169 H/ 785 M, di usia 43 tahun. Dia memerintah selama sekitar 10 tahun. Jenazahnya dishalatkan dan dikebumikan oleh putranya yang kedua, Harun Al-Rasyid .
(mhy)