Kisah Khalifah Al-Hadi, Ketika Madinah Dikuasai Pemberontak

Selasa, 24 Mei 2022 - 17:30 WIB
loading...
Kisah Khalifah Al-Hadi, Ketika Madinah Dikuasai Pemberontak
Pada era pemerintahan Al-Hadi kondisi hubungan antara Bani Abbas dengan anak keturunan Ali bin Abi Thalib kembali memburuk. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Al-Hadi adalah khalifah keempat Dinasti Abbasiyah . Ia menggantikan ayahnya Al-Mahdi dan memerintah antara tahun 785 sampai kematiannya pada 786.

Pada era pemerintahan Al-Hadi kondisi hubungan antara Bani Abbas dengan anak keturunan Ali bin Abi Thalib kembali memburuk. Setelah sebelumnya selama era Khalifah Al-Mahdi hubungan antara dua kekuatan utama Bani Hasyim ini sempat diperbaiki.



Akbar Shah Najeebabadi dalam bukunya berjudul "The History Of Islam" menyebutkan Khalifah Al-Mahdi belajar dari konflik antara Bani Abbas dengan anak keturunan Ali di masa Khalifah Al-Manshur. Dari sana dia menilai bahwa berurusan dengan darah keturunan Ali bin Abi Thalib, tidak akan baik bagi kelangsungan kekuasaannya. Itu sebabnya Al-Mahdi lebih memilih merangkul mereka dan memperlakukan mereka dengan baik.

Tapi pertimbangan sejenis ini, agaknya tidak ada dalam benak pelanjutnya, Khalifah Al-Hadi. Di era Al-Hadi, terjadi lagi pemberontakan yang dilakukan anak keturunan Ali bin Abi Thalib yang dipimpin Husein bin Ali bin Hasan bin Hasan bin al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib.

Awal pemberontakan ini terjadi ketika Gubernur Madinah Umar bin Abdul Aziz, menangkap Abu Al-Zift Hasan bin Muhammad bin Abdullah bin Al-Hasan. Dia adalah anak Muhammad bin Abdullah yang pernah melakukan pemberontakan pada masa kekhalifahan Al-Manshur.

Abu Al-Zift Hasan bersama Muslim bin Jundub (seorang penyair), dan Umar bin Sallam, seorang maula keluarga Umar bin Khattab, ditangkap karena kedapatan sedang minum anggur (nabidb).

Ketiga orang ini kemudian dipukuli, lalu diikat lehernya oleh aparatur Al-Hadi, kemudian diarak keliling Kota Madinah. Melihat kejadian ini, Husein bin Ali mendatangi Umar bin Abdul Aziz mengajukan protes.

Dia mengatakan bahwa, “memukulnya saja, kalian tidak berhak setelah alim ulama Kufah tidak melarang meminum nabidb. Lalu mengapa kalian malah mengaraknya keliling kota?!”



Mendengar protes dari Husein bin Ali, Umar bin Abdul Aziz memerintahkan agar menghentikan arakan para terdakwah tersebut. Tapi mereka kemudian dijebloskan ke dalam penjara.

Melihat hal tersebut, Husein bin Ali bersama beberapa kerabatnya kembali mendatangi Umar bin Abdul Aziz. Mereka mengajukan protes dan meminta agar saudara mereka dibebaskan. Untuk itu, Husein memberikan jaminan bahwa Hasan bin Muhammad akan bersikap baik dan akan mematuhi peraturan.

Mendapat jaminan dari Husein, Umar kemudian membebaskan Hasan. Tapi Hasan dikenai wajib lapor setiap hari kepada pemerintah. Maka merekapun sepakat.

Akan tetapi yang terjadi kemudian, Hasan malah menghilang, dan selama tiga hari berturut turut tidak melapor ataupun diketahui kabarnya. Umar bin Abdul Aziz memerintahkan aparaturnya agar segera mendatangi Husein bin Ali dan meminta pertanggungjawaban atas jaminannya.

Husein sebenarnya tidak memiliki jawaban atas masalah ini. Dia hanya menggatakan bahwa Hasan kemungkinan sedang sakit. Tapi alasan ini ditolak oleh Umar dengan kasar dan kata-kata penghinaan yang melampaui batas.

Mendengar ini, Yahya bin Abdullah bin Hasan (paman dari Hasan bin Muhammad bin Abdullah) langsung bereaksi. Dia bersumpah tidak akan tidur sebelum membawa Hasan bin Muhammad ke hadapan Umar secepatnya.

Mendengar sumpah dari Yahya, Umar pun pergi. Tapi setelah itu, Husein bin Ali protes. Bagaimana mungkin Yahya bersumpah untuk sesuatu yang dia tidak bisa penuhi? Karena mereka pun tidak mengetahui di mana sebenarnya Hasan bin Muhammad berada. Maka terjadilah perdebatan di antara mereka. Hingga akhirnya, mereka tidak melihat jalan lain, kecuali dua; mereka akan dihukum mati, atau melawan. Mereka memilih yang kedua.



Husein bin Ali dan Yahya bin Muhammad melihat bahwa tidak ada jalan lain bagi mereka selain melakukan perlawanan. Maka mereka pun mengumpulkan para pengikutnya, termasuk beberapa anak keturunan Ali bin Abi Thalib yang lain.

Mereka mendeklarasikan revolusi, dan membaiat Husein bin Ali sebagai pemimpin mereka. Kota Madinah menjadi gempar karena masalah ini. Kelompok Husein bin Ali kemudian menyerang kediaman Gubernur Madinah, Umar bin Abdul Aziz, tapi dia tidak ada di sana. Akhirnya mereka pun mengambil alih sepenuhnya Kota Madinah.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.9114 seconds (0.1#10.140)