Istighfar yang Hakiki Mengandung Taubat, Begini Penjelasan Syaikh Yusuf Al-Qardhawi
loading...
A
A
A
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi mengatakan istighfar yang hakiki juga mengandung tobat . Sebagaimana tobat juga mengandung istighfar. Dan keduanya mewakili yang lain ketika disebut secara terpisah.
Sedang jika disebutkan secara tersendiri dalam sebuah redaksi, seperti dalam redaksi: "Dan mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya", maka istighfar di situ bermakna: meminta perlindungan dari kejahatan akibat dosa yang telah dilakukannya.
"Sedangkan tobat bermakna kembali dan meminta perlindungan dari kejahatan yang mungkin terjadi akibat perbuatan-perbuatannya yang buruk," tutur Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya berjudul "at Taubat Ila Allah".
Sementara itu Ibnu Qayyim dalam "Madarij Salikin" mengatakan bahwa di sini ada dua dosa. Dosa yang telah lampau, istighfar darinya bermakna, meminta perlindungan dari kejahatannya, serta dosa yang ia takutkan akan terjadi. Sedangkan tobat darinya bermakna, bertekad untuk tidak mengerjakannya lagi.
Sedangkan kembali kepada Allah SWT mencakup dua jenis, kembali kepada-Nya untuk menjaga diri dari kejahatan akibat perbuatan yang telah dikerjakannya. Serta kembali kepada-Nya untuk menjaga diri dari kejahatan dirinya serta perbuatan buruknya di masa mendatang.
Istighfar di sini juga usaha untuk menghilangkan bahaya. Sedangkan tobat adalah meminta manfaaat yang dapat diraih. Maghfirah adalah agar ia dijaga dari bahaya kejahatan dosanya. Sedangkan taubat adalah agar setelah ia dijaga dari kejahatan itu ia mendapatkan apa yang ia senangi. Dan keduanya mengandung yang lain jika disebut secara terpisah.
Misi Para Rasul
Istighfar adalah meminta ampunan. Atau menghapus dosa dan menghilangkan bekasnya, serta menjaga dari keburukannya. Ibnu Qayyim berkata, hakikat maghfirah adalah menjaga keburukan dosa. Di antaranya adalah mighfar, yaitu alat yang menjaga kepala dari kecelakaan.
Ampunan itu hanya diminta kepada Allah ta'ala saja, karena di antara nama-Nya adalah "al Ghafuur", "al Ghaffaar", serta "Ghaafir adz Dzanb". Dan di antara sifat-sifat Allah SWT adalah: "Allah mengampuni dosa-dosa semuanya." [QS. az-Zumar: 53]
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi menjelaskan Al-Quran menyampaikan kepada kita bahwa rasul-rasul Allah yang diutus kepada bangsa-bangsa diperintahkan untuk beristighfar. Secara sendiri atau bersamaan.
Seperti disebutkan al-Quran tentang Nabi Nuh dan dakwahnya kepada kaumnya:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)
"Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun- , niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." [ QS Nuh : 10-12]
Dan seperti Allah SWT menyebutkan tentang Nabi Huud dan dakwahnya kepada kaum Aad, yaitu ia berkata:
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa". [ QS Huud : 52]
Juga Nabi Shaleh yang mengajak kaum Tsamud :
وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ
Sedang jika disebutkan secara tersendiri dalam sebuah redaksi, seperti dalam redaksi: "Dan mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya", maka istighfar di situ bermakna: meminta perlindungan dari kejahatan akibat dosa yang telah dilakukannya.
"Sedangkan tobat bermakna kembali dan meminta perlindungan dari kejahatan yang mungkin terjadi akibat perbuatan-perbuatannya yang buruk," tutur Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya berjudul "at Taubat Ila Allah".
Sementara itu Ibnu Qayyim dalam "Madarij Salikin" mengatakan bahwa di sini ada dua dosa. Dosa yang telah lampau, istighfar darinya bermakna, meminta perlindungan dari kejahatannya, serta dosa yang ia takutkan akan terjadi. Sedangkan tobat darinya bermakna, bertekad untuk tidak mengerjakannya lagi.
Sedangkan kembali kepada Allah SWT mencakup dua jenis, kembali kepada-Nya untuk menjaga diri dari kejahatan akibat perbuatan yang telah dikerjakannya. Serta kembali kepada-Nya untuk menjaga diri dari kejahatan dirinya serta perbuatan buruknya di masa mendatang.
Istighfar di sini juga usaha untuk menghilangkan bahaya. Sedangkan tobat adalah meminta manfaaat yang dapat diraih. Maghfirah adalah agar ia dijaga dari bahaya kejahatan dosanya. Sedangkan taubat adalah agar setelah ia dijaga dari kejahatan itu ia mendapatkan apa yang ia senangi. Dan keduanya mengandung yang lain jika disebut secara terpisah.
Misi Para Rasul
Istighfar adalah meminta ampunan. Atau menghapus dosa dan menghilangkan bekasnya, serta menjaga dari keburukannya. Ibnu Qayyim berkata, hakikat maghfirah adalah menjaga keburukan dosa. Di antaranya adalah mighfar, yaitu alat yang menjaga kepala dari kecelakaan.
Ampunan itu hanya diminta kepada Allah ta'ala saja, karena di antara nama-Nya adalah "al Ghafuur", "al Ghaffaar", serta "Ghaafir adz Dzanb". Dan di antara sifat-sifat Allah SWT adalah: "Allah mengampuni dosa-dosa semuanya." [QS. az-Zumar: 53]
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi menjelaskan Al-Quran menyampaikan kepada kita bahwa rasul-rasul Allah yang diutus kepada bangsa-bangsa diperintahkan untuk beristighfar. Secara sendiri atau bersamaan.
Seperti disebutkan al-Quran tentang Nabi Nuh dan dakwahnya kepada kaumnya:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)
"Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun- , niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." [ QS Nuh : 10-12]
Dan seperti Allah SWT menyebutkan tentang Nabi Huud dan dakwahnya kepada kaum Aad, yaitu ia berkata:
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa". [ QS Huud : 52]
Juga Nabi Shaleh yang mengajak kaum Tsamud :
وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ