Tuntutlah Ilmu Walau ke Negeri China, Hadis atau Bukan?
loading...
A
A
A
Tuntulah ilmu sekalipun di negeri China . Begitu kalimat yang disebut banyak dai sebagai hadis . Para ulama ahli hadis justru menyebut kalimat tersebut bukan hadis. Dan bahkan ada yang menyebut menyebut sebagai hadis batil.
Bunyi kalimat yang sudah populer dan dianggap banyak kalangan sebagai hadis tersebut adalah sebagai berikut:
اطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ
Carilah ilmu sekalipun di negeri China.
Hadis ini diriwayatkan Ibnu Adi (2/207), Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbahan (2/106), Al-Khotib dalam Tarikh (9/364) dan Ar-Rihlah 1/2, al-Baihaqi dalam al-Madkhal (241, 324), Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil Ilmi (1/7-8) dari jalan Hasan bin Athiyah, menceritakan kami Abu A’tikah Tharif bin Sulaiman dari Anas secara marfu’ (sampai kepada Rasulullah SAW).
Mereka semuanya menambahkan:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi dalam tulisannya berjudul "Hadits Bathil: Menuntut Ilmu Meskipun Harus ke Negeri Cina" dengan mengutip banyak ulama mengatakan, kecacatan hadis ini terletak pada Abu A’tikah. Dia telah disepakati kelemahannya.
Imam Bukhari menyebut: “Munkarul hadits”. Nasa’i berkata: “Tidak terpercaya”. Abu Hatim berkata: “Hadisnya hancur”. Sedangkan Al-Marwazi bercerita: “Hadis ini pernah disebut di sisi Imam Ahmad, maka beliau mengingkarinya dengan keras”.
Ibnul Jauzi dalam Al-Maqashid al-Hasanah mencantumkan hadis ini dalam al-Maudhu’at dan menyebut, “Ibnu Hibban berkata: “Hadis bathil, tidak ada asalnya.” Dan disetujui as-Sakhawi.
Abu Ubaidah menyimpulkan hadis ini adalah hadis batil, dan tidak ada jalan lain yang menguatkannya.
Matan Hadis
Syaikh Abdul Aziz bin Baz, setelah menjelaskan lemahnya hadis ini, mengatakan: “Seandainya hadis ini shahih, maka tidaklah menunjukkan tentang keutamaan negeri China dan penduduknya, karena maksud hadis ini –kalaulah memang shahih– adalah anjuran untuk menuntut ilmu sekalipun harus menempuh perjalanan yang sangat jauh. Sebab menuntut ilmu merupakan perkara yang sangat penting. Ilmu merupakan sebab kebaikan dunia dan akhirat bagi orang yang mengamalkannya.
Jadi, bukanlah maksud hadits ini adalah negeri Cina itu sendiri, tetapi karena Cina adalah negeri yang jauh dari tanah Arab, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikannya sebagai permisalan. Hal ini sangat jelas sekali bagi orang yang mau memperhatikan hadits ini”. (Lihat At-Tuhfatul Karimah fi Bayani Ba’dhi Ahadits Maudhu’ah wa Saqimah hal. 60)
Adapun tambahan dalam hadis ini dengan lafadz:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.
Syaikh Al-Albani dalam kitabnya "Silsilah Ahadits Adh-Dha’ifah" mengatakan lafadz ini diriwayatkan dari banyak jalur sekali dari Anas sehingga bisa terangkat ke derajat hasan sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafizh al-Mizzi.
Bunyi kalimat yang sudah populer dan dianggap banyak kalangan sebagai hadis tersebut adalah sebagai berikut:
اطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ
Carilah ilmu sekalipun di negeri China.
Hadis ini diriwayatkan Ibnu Adi (2/207), Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbahan (2/106), Al-Khotib dalam Tarikh (9/364) dan Ar-Rihlah 1/2, al-Baihaqi dalam al-Madkhal (241, 324), Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil Ilmi (1/7-8) dari jalan Hasan bin Athiyah, menceritakan kami Abu A’tikah Tharif bin Sulaiman dari Anas secara marfu’ (sampai kepada Rasulullah SAW).
Mereka semuanya menambahkan:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi dalam tulisannya berjudul "Hadits Bathil: Menuntut Ilmu Meskipun Harus ke Negeri Cina" dengan mengutip banyak ulama mengatakan, kecacatan hadis ini terletak pada Abu A’tikah. Dia telah disepakati kelemahannya.
Imam Bukhari menyebut: “Munkarul hadits”. Nasa’i berkata: “Tidak terpercaya”. Abu Hatim berkata: “Hadisnya hancur”. Sedangkan Al-Marwazi bercerita: “Hadis ini pernah disebut di sisi Imam Ahmad, maka beliau mengingkarinya dengan keras”.
Ibnul Jauzi dalam Al-Maqashid al-Hasanah mencantumkan hadis ini dalam al-Maudhu’at dan menyebut, “Ibnu Hibban berkata: “Hadis bathil, tidak ada asalnya.” Dan disetujui as-Sakhawi.
Abu Ubaidah menyimpulkan hadis ini adalah hadis batil, dan tidak ada jalan lain yang menguatkannya.
Matan Hadis
Syaikh Abdul Aziz bin Baz, setelah menjelaskan lemahnya hadis ini, mengatakan: “Seandainya hadis ini shahih, maka tidaklah menunjukkan tentang keutamaan negeri China dan penduduknya, karena maksud hadis ini –kalaulah memang shahih– adalah anjuran untuk menuntut ilmu sekalipun harus menempuh perjalanan yang sangat jauh. Sebab menuntut ilmu merupakan perkara yang sangat penting. Ilmu merupakan sebab kebaikan dunia dan akhirat bagi orang yang mengamalkannya.
Jadi, bukanlah maksud hadits ini adalah negeri Cina itu sendiri, tetapi karena Cina adalah negeri yang jauh dari tanah Arab, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikannya sebagai permisalan. Hal ini sangat jelas sekali bagi orang yang mau memperhatikan hadits ini”. (Lihat At-Tuhfatul Karimah fi Bayani Ba’dhi Ahadits Maudhu’ah wa Saqimah hal. 60)
Adapun tambahan dalam hadis ini dengan lafadz:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.
Syaikh Al-Albani dalam kitabnya "Silsilah Ahadits Adh-Dha’ifah" mengatakan lafadz ini diriwayatkan dari banyak jalur sekali dari Anas sehingga bisa terangkat ke derajat hasan sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafizh al-Mizzi.