Bukan Pangkat dan Kekayaan, Inilah Orang Paling Mulia di Sisi Allah

Sabtu, 25 Juni 2022 - 07:05 WIB
loading...
Bukan Pangkat dan Kekayaan, Inilah Orang Paling Mulia di Sisi Allah
Ukuran kemuliaan manusia tidak dilihat dari pangkat kedudukan, harta kekayaan dan suku. Allah menegaskan orang yang paling mulia di sisi-Nya ialah yang paling bertakwa. Foto/SINDOnews
A A A
Banyak orang memandang kemuliaan manusia dari sisi material dan lahiriah. Mereka yang punya pangkat, kedudukan dan kekayaan sering kali dianggap mulia dan dikagumi banyak orang.

Kebiasaan manusia memandang kemuliaan itu selalu ada sangkut-pautnya dengan kedudukan dan kekayaan. Banyak yang beranggapan betapa mulianya mereka yang kaya raya, bertitel raja, terlahir dari kaum bangsawan, punya jabatan tinggi, berparas cantik rupawan dan lainnya. Anggapan ini tentu keliru jika tidak memiliki sifat yang satu ini.

Lantas, siapa sebenarnya yang paling mulia di sisi Allah? Ayat berikut patut kita jadikan renungan.

Allah menegaskan bahwa orang yang paling mulia di sisi-Nya ialah yang paling bertakwa. Berikut firman-Nya dalam Al-Qur'an:

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ ذَكَرٍ وَّاُنۡثٰى وَجَعَلۡنٰكُمۡ شُعُوۡبًا وَّقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوۡا‌ ؕ اِنَّ اَكۡرَمَكُمۡ عِنۡدَ اللّٰهِ اَ تۡقٰٮكُمۡ‌ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ خَبِيۡرٌ

Artinya: "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti." (QS. Al-Hujurat Ayat 13)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa, bersuku-suku supaya saling mengenal, saling tolong menolong dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Allah tidak menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kepangkatan atau kekayaannya karena yang paling mulia di antara manusia hanyalah yang paling bertakwa kepada-Nya.

Dari Ibnu Umar berkata: "Rasulullah SAW melakukan tawaf di atas untanya yang telinganya tidak sempurna (terputus sebagian) pada Hari Fath Makkah (pembebasan Mekkah). Lalu beliau menyentuh tiang Ka'bah dengan tongkat yang bengkok ujungnya. Beliau tidak mendapatkan tempat untuk menderumkan untanya di masjid sehingga unta itu dibawa keluar menuju lembah lalu menderumkannya di sana.

Kemudian Rasulullah memuji Allah dan mengagungkan-Nya, kemudian berkata: "Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah menghilangkan pada kalian keburukan perilaku Jahiliah. Wahai manusia, sesungguhnya manusia itu ada dua macam: (1) Orang yang berbuat kebajikan, bertakwa, dan mulia di sisi Tuhannya. Dan (2) orang yang durhaka, celaka, dan hina di sisi Tuhannya. Kemudian Rasulullah membaca ayat di atas (Ya Ayyuhan-naas inna khalaqnakum min dhakarin wa untsa sampai akhir ayat), lalu berkata: "Inilah yang aku katakan, dan aku memohon ampun kepada Allah untukku dan untuk kalian. (HR Ibnu hibban dan at-Tirmizi)

Dalam Hadis lain dari Abu Hurairah, berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah melihat pada hati dan amalan kalian". (HR Muslim)

Kemuliaan yang sesungguhnya diukur dari ketakwaan kita kepada Allah. Takwa dalam arti bagaimana mentaati perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga kita diberi taufik agar termasuk golongan orang-orang yang bertakwa.

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1454 seconds (0.1#10.140)