Syarat Sah Tawaf: Menutup Aurat dan Bersuci dari Hadas

Jum'at, 01 Juli 2022 - 16:40 WIB
loading...
A A A
Pendapat pertama menyatakan bersuci dari hadas adalah syarat sah tawaf sehingga siapa yang tawaf dalam keadaan berhadas maka tawafnya tidak sah. Inilah pendapat Malik, asy-Syafi’i, dan Ahmad dalam riwayat yang masyhur.

Pendapat kedua menyatakan bersuci dari hadas hukumnya wajib. Inilah pendapat Abu Hanifah dan Ahmad dalam sebuah riwayat.

Pendapat ketiga menyatakan bersuci dari hadas kecil dalam tawaf hukumnya Sunnah. Inilah pedapat sejumlah ulama salaf dan Ahmad dalam sebuah riwayat dan dirajihkan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim serta Ibnu Hazm.

Sedangkan orang yang berhadas besar dilarang melakukan tawaf kecuali ada uzur. Ibnu Taimiyah mengatakan, "Adapun tawaf tidak boleh atas orang yang haidh dan nifas menurut nash dan ijma’.



Pendapat ini didasarkan kepada dalil-dalil berikut ini:

1. Pada asalnya kewajiban bersuci dari hadas tidak ada hingga ada dalil yang menetapkannya. Ibnul Qayyim mengatakan tidak ada seorangpun yang menukil dari Nabi SAW bahwa beliau memerintahkan kaum Muslimin bersuci (untuk tawaf), baik dalam umrah ataupun haji, padahal banyak sekali orang yang berhaji dan berumrah bersama beliau.

"Tidak mungkin bersuci adalah wajib dan beliau tidak menjelaskannya. mengakhirkan penjelasan pada waktu dibutuhkan tidak boleh," ujar Ibnul Qayyim.

2. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ

Kuncinya sholat adalah bersuci, pengharamnya adalah takbir dan penghalalnya adalah salam. [HR Ahmad 1/123 dan dishahihkan al-Albâni dalam Shahih al-Jâmi’ 1/1083].

Ibnu Taimiyah menjelaskan hadis ini dengan menyatakan bahwa dalam hadis ini ada dua pengertian, salah satunya pengharaman sholat dengan takbir dan penghalalannya dengan salam dan ibadah yang tidak diharamkan dengan takbir dan dihalalkan dengan salam bukan termasuk sholat.

Kedua, inilah dia sholat yang kuncinya bersuci. Setiap sholat kuncinya bersuci sehingga pengharamannya takbir dan penghalalannya dengan salam. Sehingga yang tidak diharamkan dengan takbir dan dihalalkan dengan salam maka kuncinya bukan bersuci.

3. Hadis Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ مِنَ الْخَلَاءِ، فَأُتِيَ بِطَعَامٍ، فَذَكَرُوا لَهُ الْوُضُوءَ فَقَالَ: أُرِيدُ أَنْ أُصَلِّيَ فَأَتَوَضَّأَ؟

Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari WC , lalu dihidangkan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam makanan lalu mereka menanyakan wudhu beliau, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Apakah aku akan sholat sehingga berwudhu?. [HR Muslim].

Ibnu Taimiyah menyatakaan bahwa hadis ini menunjukkan tidak diwajibkan berwudhu kecuali apabila ingin shalat dan wudhu bagi selain sholat hukumnya Sunnah bukan wajib.



4. Perbuatan Nabi SAW berwudhu ketika thawaf adalah perbuatan mutlak yang tidak harus menunjukkan wajib. Sedangkan pernyataan bahwa itu adalah penjelas dari hadis Nabi (خُذُوا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ) , maka dijawab bahwa itu tidak menunjukkan kewajiban, karena pengertian (خُذُوا عَنِّي) di sini adalah mengerjakan seperti perbuatan beliau.

Apabila beliau mengerjakannya karena hukumnya Sunnah maka kita mengerjakannya juga karena hukumnya Sunnah. Apabila kita lakukan dengan keyakinan wajib (padahal hukumnya sunnah) maka kita tidak mengambil dan mencontoh Rasulullah SAW.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2997 seconds (0.1#10.140)