Setelah Kepepet dan Merasa Bersalah, Begini Kelakuan Abu Nawas

Sabtu, 27 Juni 2020 - 08:38 WIB
loading...
Setelah Kepepet dan...
Abu Nawas selalu bisa melunakkan hati orang. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
Abu Nawas adalah pujangga Arab dan merupakan salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Penyair ulung sekaligus tokoh sufi ini mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami dan hidup pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M). ( )

Alkisah, suatu ketika Abu Nawas melontarkan kata-kata hinaan, dan cacian kepada Ismail bin Sahl. Salim Samsuddin dalam Abu Nuwas Fi Nawadirihi Wa Ba'dzu Qasaaidihi tidak menjelaskan siapa Ismail bin Sahl ini. Yang jelas saat itu ia menjadi objek hinaan Abu Nawas. ( )

Lantas dengan cara apa Abu Nawas melancarkan hinaannya kepada Ismail bin Sahl? Tentunya dengan puisi atau syi’ir.

Salah satu puisi adalah berisi tentang roti. Kira-kira begini puisinya;

خُبْزُ إسْمَاعِيْل كَالْوَشْ * يِ إذا مَا انْشَقَّ يَرْقَا

“Roti Ismail bin Sahl tak ubahnya sebuah tipu daya, ketika kau membelahnya roti itu tipis sekali”

Ini hanya salah satu puisi aneh yang Abu Nawas lancarkan kepada Ismail bin Sahl. Bagaimana tidak aneh? Urusan roti saja bisa semenyakitkan ini. ( )

Singkat cerita, karena ada suatu urusan, Abu Nawas mau tidak mau harus menemui Ismail bin Sahl. Ini seolah menjadi kesempatan emas Ismail bin Sahl untuk membalas olok-olokan dari Abu Nawas. ( )

Akhirnya bertemulah keduanya. “Wahai Abu Nawas, berani sekali kau menemuiku,” ujar Ismail bin Sahl mengawali pembicaraan.
( )

“Dengan wajah apa kau berani menghadapku?” tambah Ismail bin Sahl.

Abu Nawas yang tadinya diam saja tanpa berani mengawali pembicaraan lantas berkata:

يا إسمماعيل، جِئْتُكَ بِالْوَجْهِ اَلَّذِيْ أَلْقَى بِهِ رَبِّي، فَإنَّ ذُنُوْبِي إلَيْهِ أكْثَرُ مِنْ ذَنْبِي مَعَكَ

“Wahai Ismail bin Sahl, aku menghadapmu dengan wajah sebagaimana aku bertemu dengan Tuhan, dosaku kepada-Nya jauh lebih banyak, jika dibandingkan dosa yang kuperbuat kepadamu” ucap Abu Nawas dengan kalem dan rendah hati.”
( )

Mendengar ucapan Abu Nawas yang begitu kalem dan rendah hati, Ismail bin Sahl lantas kagum. Niatnya yang ingin membalas olok-olokan Abu Nawas pun sirna. Pertemuan keduanya pun menjadi ajang berdamai dan saling bermaafan.( )

Kisah ini dinukil dari Salim Samsuddin dalam Kitab Abu Nuwas Fi Nawadirihi Wa Ba'dzu Qasaaidihi diterjemahkan oleh Muhammad Lutfi.

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1808 seconds (0.1#10.140)