Bohongi Prajurit Kerajaan, Abu Nawas Ditangkap dan Diborgol
loading...
A
A
A
Abu Nawas adalah pujangga Arab dan merupakan salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Penyair ulung sekaligus tokoh sufi ini mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami dan hidup pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M). (
)
Pada suatu pagi hari, Abu Nawas sedang duduk-duduk bersantai di teras rumahnya. Beberapa saat kemudian, datanglah beberapa prajurit.
"Pak Tua, di manakah aku bisa menemukan tempat untuk bersenang-senang di daerah sekitar sini?" tanya seorang prajurit yang ternyata komandan prajurit.
"Kalau tidak salah di sebelah sana," jawab Abu Nawas malas-malasan.
"Di manakah tempat itu?" tanya prajurit lainnya dengan sifat yang tidak menghargai.
"Pergilah ke arah sana, lurus tanpa belok-belok, maka kalian akan menjumpai tempat untuk bersenang-senang," jawab Abu Nawas.
( )
Rombongan tentara kerajaan itu akhirnya pergi juga menuju tempat yang sudah ditunjukkan oleh Abu Nawas. Setelah beberapa saat, kagetlah mereka semua karena tempat yang mereka cari tidak ditemukan, kecuali hanya sebuah komplek kuburan yang sangat luas. Dan tentu saja hal ini membuat para prajurit berang karena merasa telah ditipu oleh Abu Nawas.
( )
Mereka pun kembali lagi ke tempat Abu Nawas.
"Wahai Pak Tua, keluarlah engkau. Kenapa engkau berani sekali membohongi kami?" tanya Sang Komandan yang tidak tahu kalau yang diajak bicara itu sebenarnya adalah Abu Nawas, si penasehat Kerajaan.
( )
"Siapakah engkau ini? Berani sekali membohogi kami?" tanya salah seorang prajurit.
"Aku adalah abdi," jawab Abu Nawas, terkesan asal bicara.
Komandan dan para prajurit merasa geram dan marah. "Prajurit...tangkap dia!" perintah komandan kepada anak buahnya. "Engkau akan aku bawa ke panglima kami," kata komandan kepada Abu Nawas.
( )
Rupanya Abu Nawas dihadapkan ke panglima kerajaan. "Wahai Panglima, kami telah menangkap seorang pembohong yang berani membohongi pasukan kerajaan," kata komandan melaporkan.
Panglima bersikap biasa saja. Bahkan, dia memerintahkan kepada prajurit untuk melepaskan borgol di tangan Abu Nawas. Komandan dan para prajurit terkejut dan merasa heran, ada apa gerangan ini.
(
Setelah itu, panglima pun mendekati Abu Nawas. "Tuan Abu, maafkan perbuatan anak buahku di sini ya," kata panglima itu dengan sangat sopannya.
Panglima dan Abu Nawas sudah saling mengenal. Mereka seringkali bertemu ketika sang khalifah mengundangnya ke istana.
( )
Betapa terkejutnya sang komandan dan para prajuritnya. Perasaan sombong dan congkak yang tadi menyelimuti mereka seakan berubah menjadi rasa takut.
Pada suatu pagi hari, Abu Nawas sedang duduk-duduk bersantai di teras rumahnya. Beberapa saat kemudian, datanglah beberapa prajurit.
"Pak Tua, di manakah aku bisa menemukan tempat untuk bersenang-senang di daerah sekitar sini?" tanya seorang prajurit yang ternyata komandan prajurit.
"Kalau tidak salah di sebelah sana," jawab Abu Nawas malas-malasan.
"Di manakah tempat itu?" tanya prajurit lainnya dengan sifat yang tidak menghargai.
"Pergilah ke arah sana, lurus tanpa belok-belok, maka kalian akan menjumpai tempat untuk bersenang-senang," jawab Abu Nawas.
( )
Rombongan tentara kerajaan itu akhirnya pergi juga menuju tempat yang sudah ditunjukkan oleh Abu Nawas. Setelah beberapa saat, kagetlah mereka semua karena tempat yang mereka cari tidak ditemukan, kecuali hanya sebuah komplek kuburan yang sangat luas. Dan tentu saja hal ini membuat para prajurit berang karena merasa telah ditipu oleh Abu Nawas.
( )
Mereka pun kembali lagi ke tempat Abu Nawas.
"Wahai Pak Tua, keluarlah engkau. Kenapa engkau berani sekali membohongi kami?" tanya Sang Komandan yang tidak tahu kalau yang diajak bicara itu sebenarnya adalah Abu Nawas, si penasehat Kerajaan.
( )
"Siapakah engkau ini? Berani sekali membohogi kami?" tanya salah seorang prajurit.
"Aku adalah abdi," jawab Abu Nawas, terkesan asal bicara.
Komandan dan para prajurit merasa geram dan marah. "Prajurit...tangkap dia!" perintah komandan kepada anak buahnya. "Engkau akan aku bawa ke panglima kami," kata komandan kepada Abu Nawas.
( )
Rupanya Abu Nawas dihadapkan ke panglima kerajaan. "Wahai Panglima, kami telah menangkap seorang pembohong yang berani membohongi pasukan kerajaan," kata komandan melaporkan.
Panglima bersikap biasa saja. Bahkan, dia memerintahkan kepada prajurit untuk melepaskan borgol di tangan Abu Nawas. Komandan dan para prajurit terkejut dan merasa heran, ada apa gerangan ini.
(
Baca Juga
Setelah itu, panglima pun mendekati Abu Nawas. "Tuan Abu, maafkan perbuatan anak buahku di sini ya," kata panglima itu dengan sangat sopannya.
Panglima dan Abu Nawas sudah saling mengenal. Mereka seringkali bertemu ketika sang khalifah mengundangnya ke istana.
( )
Betapa terkejutnya sang komandan dan para prajuritnya. Perasaan sombong dan congkak yang tadi menyelimuti mereka seakan berubah menjadi rasa takut.